Satu Islam Untuk Semua

Saturday, 16 August 2014

Bersepuluh Mengguncang Dunia


Ilmu bukan monopoli pria. Siapapun yang memiliki keinginan boleh menuntut ilmu, dan menjadi yang terbaik di bidangnya.

Adalah Maryam Mirzakhani (37), perempuan asal Iran yang berhasil menjadi wanita pertama penerima Fields Medal. Fields Medal adalah penghargaan yang diberikan kepada matematikawan yang berusia kurang dari 40 tahun pada Kongres Internasional; Persatuan Matematika Internasional. (selengkapnya…)

Bicara soal wanita super, tidak perlu jauh-jauh mencarinya ke luar negri. Tanah air punya banyak contoh yang bahkan, sebagiannya terbaik di dunia.

Evvy Kartini

Penemu Penghantar Listrik Berbahan Gelas

Evvy adalah sarjana Fisika Institut Teknologi Bnadung. Ia juga telah menyelesaikan S2-nya di Universitas Teknik Berlin. Ia dikenal sebagai ilmuwan penemu penghantar listrik berbahan gelas, yang berkat penemuannya itu, revolusi baterai pun di depan mata. Baterai tidak lagi identik berpenghantar elektrolit cair.

Setelah mepresentasikan hasil penelitiannya tersebut di Konferensi Internasional Hamburan Netron (ICNS) Jepang, namanya mulai tercatat dalam jurnal penelitian internasional bergengsi seperti Physica B (1994). Sejak itu, tawaran presentasi dan konferensi mengalir deras.

Selain sering berkolaborasi dengan profesor-profesor dunia, Dr. Evvy juga telah menerima penghargaan. Diantaranya, Indonesia Toray Science Foundation/ITSF 2004 dan penghargaan Riset Unggulan Terpadu (RUT) VI dari Kementerian Negara Riset dan Teknologi. Namanya juga tercatat di sepuluh jurnal bergengsi sebagai peneliti utama. Selain tercatat di jurnal Physica B, Evvy juga menulis buku Solid State Ionics (2001) bersama profesor dari Jepang.

Sri Fatmawati

Penemu obat anti kanker dari Spons laut

Wanita asal Madura ini telah memenangkan Fellowship International L’Oreal-UNESCO For Women In Science (FWIS) tahun 2013. Inilah event yang memberikan penghargaan bagi kaum perempuan di dunia penelitian.

Sri Fatmawati, memulai kariernya di Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, dan telah menjalani riset untuk pasca sarjananya di Indonesia dan Jepang. Pendidikan ini mengantarkan dirinya meraih gelar PhD dalam Agro-Environmental Sciences.

Berkat memenangkan FWIS, ia mendapat beasiswa senilai US$40.000  untuk jangka waktu hingga 2 tahun untuk melakukan penelitian di Institute of Natural Products Chemistry, National Center for Scientific Research (CNRS) di Gif-sur-Yvette, Perancis.
Eniya Listiani

Penemua katalis baru untuk sel bahan bakar
Pemegang gelar Doctor of Engineering dari Universitas Waseda Tokyo ini berhasil membuka jalan ke kota hidrogen setelah memproduksi ”jantung” sel bahan bakar hidrogen dengan komponen lokal 80 persen sehingga harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan pasaran di Asia kini

Berkat penemuannya itu, ia mendapat penghargaan dari Masyarakat Ilmu Polimer Jepang.

Selain itu, ia juga telah mendapat berbagai penghargaan baik Nasional, maupun Internasional. Diantaranya, Mizuno Award (2003), Koukenkai Award (2003), Asia Excellence Award, Habibie Award (2010), Inovasi HKI (2010), PII-Engineering Award Adikara Rekayasa 2006, ASEAN Outstanding Engineering Achievement Award 2006, dan Ristek Medco Energy Award 2008.

Rahmiana Zein

http://islamindonesia.id/wp-content/uploads/2014/08/rahmiana-zein-53eea6beba6961.jpg
Kromatografi Tercepat

Di bawah bimbingan Profesor Toyohide Takeuchi di Universitas Gipu, Jepang, pada tahun 1998, Prof. Dr. Rahmiana Zein, yang saat itu sedang melakukan penelitian untuk disertasi doktor bidang kimia menemukan teknik kromatografi tercepat di dunia. Jika sebelum ini peneliti membutuhkan waktu antara 1.000 dan 100 menit untuk membedah senyawa kimia, teknik yang digunakan Rahmiana Zein mampu mendiagnosis senyawa kimia dalam waktu kurang dari 10 menit.

Ia menjabat sebagai Kepala Laboratorium Kimia Lingkungan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas(Unand), Padang, Sumatera Barat.

Pratiwi Sudarmono


Astronot pertama Indonesia

Tak disangka, ternyata astronot pertama Indonesia adalah seorang perempuan. Prof. Dr. Pratiwi Sudarmono merupakan astronot pertama Indonesia yang berencana menjalankan misinya ke luar angkasa pada bulan Oktober tahun 1985. Beliau yang saat itu berusia 33 tahun menduduki posisi sebagai spesialis muatan dalam misi Wahana Antariksa NASA STS-61-H.

Namun, sayangnya misi tersebut gagal dilaksanakan karena adanya bencana Challenger yang mengakibatkan pesawat yang akan dinaiki oleh Prof. Dr. Pratiwi Sudarmono meledak pada misi sebelumnya. Selain menjadi astronot pertama di Indonesia, Prof. Dr. Pratiwi Sudarmono juga merupakan astronot ilmuwan pertama Asia.

Fenny M. Dwivany


Peneliti Pisang

Fenny M. Dwivany, perempuan kelahiran 1972 ini melakukan penelitian mengenai proses pematangan pada pisang ambon. Setelah menghabiskan waktu dua tahun, ia menemukan keberadaan hormon etilen yang memiliki peranan penting untuk membuat pisang menjadi matang.

Selain mendapatkan penghargaan peneliti perempuan, mahasiswi Sekolah Ilmu Teknologi Hayati (SITH) ITB ini juga memperoleh International L’Oreal UNESCO for Women in Science, Endeavour Award dari pemerintah Australia pada 2010 dan paperterbaik Hayati Award 2009.

Sidrotun Naim


Dokter Udang

Naim adalah orang Indonesia pertama yang memfokuskan diri untuk meneliti penyakit pada udang. Awal mula ketertarikan Naim saat ia bekerja untuk program Indonesia-Aceh WWF sebagai konsultan program kelautan. Saat ia bekerja, ia tidak menemukan ahli udang di Indonesia. Padahal Indonesia merupakan salah negara pengekspor udang terbesar di dunia. Dan saat itu masih banyak petambak udang yang kebingungan apabila udangnya terkena penyakit.

Mahasiswi Sekolah Ilmu Teknologi Hayati (SITH) ITB ini meneliti penyakit udang dan mencari vaksinnya di Departeman Ilmu Hewan dan Mikrobiologi University Of Arizona, Amerika Serikat. Salah satu solusi yang sedang dikembangkan adalah dengan menggabungkan budidaya udang dengan ikan Nila dalam satu tambak. Untuk prestasi lainnya Naim memenangi L’Oreak National Fellowship pada 2009 dan L’Oreal-UNESCO FWIS International 2012.

Tri Mumpuni


Pemberdaya listrik di lebih dari 60 lokasi terpencil di Indonesia

Sejak kecil kedua orang tuanya mengajarkan untuk berbagi dan memberi. Bahkan, pada kelas 4 SD ia sudah ikut ibunya keliling ke kampung-kampung mengobati orang yang kena penyakit koreng. Dari pengalaman itulah, ia mendapat pelajaran bahwa dari proses hubungan manusia itu uang bukan segala-galanya.

Sewaktu masih muda, ia sudah terbiasa melihat dan membantu ibunya yang aktif dalam kegiatan sosial. Ia juga bercita-cita sebagai dokter, bidang yang sama sekali bertolak belakang dengan keadaannya sekarang ini.

Berkat pengabdiannya terhadap masyarakat, ia mendapat penghargaan Ashden Award 2012 dan ia mendapat bantuan sebanyak £20.000 atau sekitar Rp300 juta, Climate Hero 2005 dari World Wildlife Fund for Nature, dan Penghargaan Ramon Magsaysay 2011.

Ines Irene Catherine Atmosukarto


Doktor bidang Biologi Sel dan Molekuler

Ines adalah perempuan pertama Indonesia yang memperoleh beasiswa Unesco-L’oreal Fellowhsip. Pengetahuannya mengenai endonif, mikroba yang hidup dalam sel tanaman dan berpotensi menjadi obat, mencetuskan gagasan untuk membuat penelitian menyeluruh mengenai potensi tanaman Indonesia dalam menghasilkan endofit. Hasilnya akan dibawa ke Departemen Plant Science, MontanaUniversity, Amerika Serikat.

Ketika mengikuti masa orientasi di UI, Ines mendapat beasiswa ke luar negeri dari Menristek BJ Habibie. Ines kemudian terbang ke University of Adelaide, Australia pada 1992. Dalam waktu dua tahun, ia berhasil menyelesaikan Bachelor of Science bidang Biokimia dan Ilmu Genetika. Setahun kemudian, memperoleh Bachelor of Science with First Class Honour, dan mendapat beasiswa program doktor pada 1996. Ines dinyatakan lulus pada 2001 dengan menyandang gelarDoctor of Philosophy in Molecular and Cellular Biology. Selesai menyelesaikan pendidikannya, Ines kembali keIndonesia untuk mengabdikan ilmunya di Pusat Biokimia LIPI di Cibinong, Bogor, yang dijalaninya sampai sekarang.

Lindarti Purwaningsih


Ilmuwan wanita Indonesia bidang teknologi nano.

Teknologi nano adalah teknologi tinggi untuk merancang dan membuat temuan dengan ukuran superkecil, namun memiliki kemampuan teknologi luar biasa. Teknologi nano diantaranya adalah kamera yang bisa dimasukkan ke pembuluh darah dan kamera pemotret jantung.

Linda menyelesaikan studinya S1 dan S2nya di Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) ITB. Lalu melanjutkan ke RWTH Aachen University dan mendapat gelar Doktor. Lindarti Purwaningsih sukses meraih Kartini Award tahun 2011 bidang pendidikan. (B/berbagai sumber)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *