Satu Islam Untuk Semua

Saturday, 30 January 2016

SEJARAH – Mengenal Abu Dzar Al Ghifary, Sahabat Nabi Muhammad (2)


Setelah melewati keraguan tentang persoalan ketuhanan, Abu Dzar akhirnya beriman pada Tuhan Yang Maha Esa. Bagi Abu Dzar, tidak mungkin alam yang teratur ini diciptakan lebih dua tuhan apalagi oleh berhala yang diciptakan. Abu Dzar meninggalkan keyakinan masyarakat desanya yang menyembah berhala seperti Munat.

Cukup lama pria yang bernama asli Jundub ini merasa sendirian dengan imannya yang tidak populer di desanya itu. Hingga suatu ketika sampailah kabar ke telinganya yang tersiar dari para pendeta Ahli Kitab. Kabar itu tentang nabi penutup para nabi yang tidak lama lagi muncul. Sebagian orang-orang Arab yang menantikan kabar nubuat ini terwujud tidak menyembah berhala. Kabar berharga itu tidak dilewatkan Abu Dzar untuk dipelajari lebih dalam, apalagi nabi ini diutus oleh Tuhan Yang Esa.

“Ada seorang pria di Makkah menyatakan bahwa tiada Tuhan selain Allah dan mengaku bahwa dirinya adalah seorang nabi,” kata seorang yang baru tiba dari Makkah kepada Abu Dzar.

“Dari suku makakah ia?” tanya Abu Dzar penasaran.

“Dia dari suku Quraisy.”

“Dari keluarga manakah ia berasal?”

“Bani Hasyim.”

“Lalu bagaimana sikap para pemimpin Quraisy Makkah?”

“Mereka menuduhnya telah berkata bohong, tukang sihir bahkan orang gila,” jawabnya sebelum akhirnya meninggalkan Abu Dzar sendirian. Pemuda dari kabilah Ghifar ini kembali tenggelam dalam perenungan mendalam dan melanjutkan mendalami berita yang menggugah jiwanya itu.

Abu Dzar akhirnya mengirim saudaranya yang bernama Anis ke Makkah demi mendapatkan kabar yang lebih detail. Berangkatlah Anis dari desanya di pinggiran kota Yastrib menuju Makkah. Setelah menempuh ratusan mil, Anis kembali dari Makkah lalu menemui Abu Dzar.

“Saya telah melihat seorang pria yang mengajak orang lain berprilaku baik, menghindari perbuatan keji, dan menyembah Allah. Saya juga sempat melihatnya berdoa di Ka’bah. Ketika itu, saya melihat sepupunya yang dikenal dengan nama Ali berdiri di sampingnya. Di belakangnya, saya juga melihat seorang wanita yang bernama Khadijah turut berdoa. Setelah saya mencari tahu, wanita itu adalah istrinya.”

“Apalagi yang engkau lihat?” tanya Abu Dzar tampak tidak puas.

“Hanya itu yang bisa saya lihat. Saya tidak mendekatinya karena saya takut dengan para pemimpin Quraisy.”

Bersambung….

 

Edy/ ks/ Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *