Satu Islam Untuk Semua

Tuesday, 27 November 2018

Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-32, Gus Nuril: Lepaskan Perbedaan Madzhab tanpa Membedakan Sunni dan Syiah.


islamindonesia.id – Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-32, Gus Nuril: Lepaskan Perbedaan Madzhab tanpa Membedakan Suni dan Syiah.

 

Republik Islam Iran menjadi tuan rumah Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-32 yang diselenggarakan selama tiga hari di Tehran sejak hari sabtu (24/11).

Konferensi tersebut mengusung tema “Al-Quds, Poros Persatuan Umat.” Lebih dari 350 tokoh penting dan ulama terkemuka dari 100 negara dunia termasuk dari Indonesia menghadiri konferensi tersebut, sebagaimana dilansir dari Pars Today.

Tahun ini tiga komisi dibentuk untuk membahas isu Palestina dengan masing-masing tema tiap komisinya adalah: Palestina dan Kesepakatan Abad, Al-Quds dan Palestina, dan Hak untuk Kembali.

Beberapa komisi lainnya yaitu: Pertemuan Persatuan Perempuan Muslim, Perhimpunan Pendekatan Antar Organisasi dan Pelaksanaan Strategi Diplomasi Persatuan, dan Pertemuan Perhimpunan Keturunan Nabi Muhammad SAW.

Peserta konferensi shalat berjamaah di sela-sela waktu konferensi. Photo: Pars Today

Peserta konferensi shalat berjamaah di sela-sela waktu konferensi. Photo: Pars Today

Di antara tokoh-tokoh dan cendekiawan Indonesia yang hadir dalam konferensi tersebut adalah Gus Nuril (KH. Nuril Arifin) dari Nahdatul Ulama (NU), dan Haidar Alwi dan Prof. Dr. Dicky Sofjan dari Universitas Gadjah Mada (UGM).

Dicky Sofjan di lokasi pada Sabtu (24/11) mengatakan, “Jelas bagi saya ada agenda Iran untuk mengupayakan taqrib, pendekatan ke berbagai  elemen Islam dengan berbagai mazhab mereka  untuk bersama-sama memikirkan kepantingan umat Islam. Saya kira ini penting,” kata dosen senior program doktor Indonesian Concortium for Religious Studies (ICRS) UGM dan pascasarjana UIN Yogyakarta ini.

Sementara itu Gus Nuril, ketika ditemui di sela-sela konferensi pada hari Senin (26/11) mengatakan, “Pertemuan musyawarah ulama sedunia yang ke-32 yang dilakukan dan disponsori oleh Tehran, pemerintah Iran, ini harus diacungi jempol. Bagaimanapun juga pemerintah sudah terbuka dan membuka wawasan bangsa di seluruh dunia.”

Gus Nuril menambahkan, “Saatnya kita melepaskan perbedaan madzhab tanpa membedakan madzhab Suni, Syiah, atau apapun, kumpul seluruh ulama sedunia ini berpikir, concern (terhadap) ukhuwah Islamiyah. Berpikir bagaimana Islam berkembang dengan kerangka perdamaian sejati yang tidak saling memusuhi.”

Video lengkap pernyataan Gus Nuril dapat diakses di sini.

 

Pernyataan Bersama

Ketika hari penutupan (Senin 26/11) para peserta konferensi memberikan pernyataan bersama, yang isinya adalah:

(1) Cita-cita bangsa Palestina adalah masalah inti umat Islam dan musuh pertama umat Islam adalah rezim Zionis Israel. Oleh karena itu semua upaya harus dikerahkan bersama untuk melawan rezim penjajah ini.

(2) Para peserta konferensi menekankan pentingnya persatuan di antara umat Islam, diakhirinya konflik internal dan regional lewat identifikasi musuh dan mengesampingkan perbedaan serta memusatkan perhatian pada titik persamaan.

(3) Mengecam langkah pemerintah Amerika Serikat yang memindahkan kedutaan besarnya dari Tel Aviv ke Baitul Maqdis serta menekankan urgensi melawan langkah tersebut dan menjaga Al-Quds sebagai kota perdamaian, kota agama-agama, dan kota peradaban.

(4) Penolakan atas seluruh upaya normalisasi politik, perdagangan, budaya dan olahraga dengan rezim Zionis.

 

PH/IslamIndonesia/Photo Fitur: Pars Today

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *