Satu Islam Untuk Semua

Monday, 13 January 2014

Max Boon: Saya Tidak Dendam Kepada Mereka


www.epaper.bdu.nl

Kehilangan kedua kaki karena ledakan bom, tak menjadikannya miskin cinta kepada sesama.

 

Lelaki bule bercelana pendek itu tersenyum ramah.  Kendati kedua kakinya sudah berganti dengan sepasang besi  almunium, namun langkahnya terlihat ringan. Setiap kata yang keluar  dari mulutnya terdengar mantap dan terukur. Kepada siapapun yang menyapanya, ia akan menyorongkan tangan kanannya dan bicara dalam nada lembut. 

Max Boon merupakan salah satu korban bom yang meledak di JW. Marriott Jakarta pada Juli, 4 tahun lalu. Akibat insiden tersebut, selain kehilangan kedua kaki, ia juga mengalami luka bakar hingga 60 persen dan kerusakan pada gendang telinga. Namun alih-alih menjadikannya tak berdaya, situasi tersebut malah membuat lelaki kelahiran Belanda pada 36 tahun lalu itu justru menjadi orang yang sangat kuat dan aktif. “Beberapa jam lagi saya harus pergi ke Singapura…”katanya. 

Lantas  apa yang tengah dilakukan oleh Max saat ini dan bagaimana pendapatnya tentang hidup damai yang kini kerap menjadi tema yang selalu diusungnya kemana pun ia pergi? Kepada Hendi Jo dari Islam Indonesia  beberapa waktu lalu, Max  mengungkapkan segala hal yang menjadi rencananya ke depan. 

 

Anda terlihat segar dan sehat, Max, sepertinya anda sangat padat dengan aktivitas?

(Tertawa) Ya begitulah, saya selalu merasa hidup ini baik-baik saja. Sebentar lagi saya akan terbang ke Singapura 

 

Maafkan saya, tapi kalau anda tidak keberatan, apa yang terjadi dengan diri anda saat bom itu meledak pada 4 tahun lalu?

(Terdiam sebentar) Saya ingat saat itu saya lagi rapat di lobi hotel. Ketika kami sedang membahas sesuatu, tiba-tiba saya mendengar suara ledakan hebat yang membuat saya tuli. Suasana sekelilingnya jadi berwarna biru. Dadanya saya sesak seperti ditindih beban berat. Sulit sekali bernafas.  Ya rasanya seperti terjatuh ke tempat yang sangat jauh…(terdiam) 

 

Lantas… 

Situasi terasa hening, mungkin karena gendang telinga saya sudah terganggu ya (Max duduk hanya berjarak 10 meter dari pusat ledakan). Beberapa saat kemudian, saya baru sadar dan melihat kondisi sekitar berantakan.Darah berceceran dan beberapa anggota tubuh berserakan di mana-mana. Rekan yang berada di samping saya berada dalam kondisi mengenaskan. Saya lalu diangkat oleh seseorang yang saya kira adalah petugas satpam. Namun sebelum diangkat, terlebih dahulu dengan menggunakan tangan kiri saya sempatkan meraih kaki kiri saya yang sudah putus dan tergeletak begitu saja di sekitar saya. Saya harap bisa dipasang,nantinya. Begitu tubuh saya dibawa keluar, saya betul-betul merasa terkejut, sedih tapi masih sadar. Saya ingat saya berteriak kepada orang-orang di sekitar: “Kenapa? Kenapa harus saya? Tapi saya tetap cinta Indonesia!!” 

 

(Para petugas di lokasi lantas membawa Max ke rumah sakit terdekat. Tiga minggu Max mengalami koma dan hampir setiap hari dia menjalani operasi. Selain harus kehilangan kaki dan sedikit pendengaran, ia pun harus merelakan 60% dari tubuhnya dimakan api) 

 

Katanya di dalam jantung anda masih tinggal satu sekrup televisi hotel yang dibongkar oleh para teroris tersebut dan dijadikan alat untuk meracik bom … 

Ya ya betul…Ketika bom itu meledak, salah satu sekrup yang dipasang di dalamnya masuk ke jantung saya. Tapi saya tahu, sekrup itu berasal dari televisi buatan Philips. Jadi  hingga kini saya tidak kehilangan keaslian saya sebagai orang Belanda (tertawa)…Ya memang masih ada di sini (seraya menunjuk dadanya)..Para dokter itu tak berani mengambilnya. Terlalu beresiko buat jiwa saya, kata mereka. 

 

Baik, apa yang terjadi kepada anda sekarang? Anda dendam kepada mereka?

No..No…Jangan benci. Saya tidak dendam kepada mereka. Jangan benci. Saya sudah lama maafkan mereka 

 

Mengapa Max?

Apa manfaatnya? Kalau kebencian saya lawan dengan kebencian, bukankah itu tak akan pernah berakhir. Hanya membuat kita semua hancur saja. Saya sudah menerima ini sebagai bagian dari takdir saya kok… 

 

Apa yang anda akan lakukan supaya  “virus damai” anda ini juga bisa dirasakan oleh semua orang,termasuk para teroris itu?

Saya  bersama kawan-kawan senasib yang juga memiliki pengalaman sama, rencananya akan mendirikan sebuah lembaga. Namanya Aliansi Indonesia Damai (AIDA). Dengan lembaga ini, ke depan kami akan coba mengupayakan supaya pengalaman unik yang kami dapat bisa terbagi ke masyarakat luas dan menjadi pemicu agar segala tindak kekerasan atas nama apapun bisa dicegah. Kami juga tentunya ingin membuat pelatihan-pelatihan perdamaian, dialog dengan para teroris yang tertangkap dan mengadakan berbagai kampanye damai lainnya secara internasional. 

 

Apa yang anda bisa petik hikmahnya dari kejadian yang menimpa anda itu? 

Saya semakin mencintai kemanusiaan dan percaya bahwa damai adalah jalan tang terbaik. Saya ingat ketika saya baru lepas dari koma selama tiga minggu,saya mendapatkan Mama saya  ada di samping saya. Saya langsung bertanya kepadanya: “Dengan kondisi begini, kenapa saya masih mau hidup?” Mama saya bilang: “Jangan patah harapan, Max…Kamu bukan satu-satunya di dunia ini yang seperti ini dan akan selalu ada orang yang akan mengalami seperti yang kamu alami sekarang…Tanpa kaki, masih banyak hal yang bisa kamu nikmati di dunia yang indah ini, termasuk memberitahu semua orang bahwa kekerasan dan kebencian itu sangat tidak ada gunanya”

 

Sumber: Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *