Ragam Tradisi Shalat Tarawih di Indonesia

islamondonesia.id – Shalat Tarawih (kadang-kadang disebut Teraweh, Taraweh, atau Tarwih) adalah shalat Sunah yang dilakukan khusus hanya pada bulan Ramadhan. Tarawih dalam bahasa Arab adalah bentuk jamak dari “Tarwihatun” yang diartikan sebagai ‘waktu sesaat untuk istirahat’.
Waktu pelaksanaan shalat Sunah ini biasanya adalah selepas salat Isya dan dilakukan secara berjemaah di masjid.
Namun Rasulullah Muhammad s.a.w hanya pernah melakukannya secara berjemaah dalam tiga kali kesempatan.
Hadis menyebutkan bahwa Rasulullah s.a.w kemudian tidak melanjutkan pada malam-malam berikutnya karena khawatir shalat Tarawih akan menjadi diwajibkan atau dikira wajib bagi umat Muslim.
Lalu bagaimana halnya dengan tradisi shalat Tarawih di Indonesia? Berikut ini sekilas ulasannya.
1. Tarawih Dini Hari di Yogyakarta
Pada umumnya di Indonesia, shalat Tarawih dilaksanakan seusai shalat Isya. Namun, berbeda dengan yang dilakukan di Masjid Kauman, Yogyakarta, shalat Tarawih justru dilaksanakan pada dini hari, tepatnya pada pukul 02.00 dini hari.
Tradisi Tarawih ini bukan tanpa alasan, karena dilaksanakan dengan tujuan memberikan sarana bagi umat yang ingin melaksanakan ibadah Tarawih pada sepertiga malam terakhir agar shalat Tarawih menjadi lebih khusyuk.
Alasan lainnya adalah karena shalat Tarawih dianggap sebagai penutup shalat Sunah dalam satu hari sepanjang bulan Ramadhan.
2. Satu Shalat Tarawih, Satu Juz di Banjarmasin dan Jambi
Di beberapa wilayah di Indonesia, momen bulan Ramadhan menjadi momen untuk khatam Al-Qur’an. Hal ini dilakukan dengan cara membaca satu juz penuh setiap shalat Tarawih. Hal ini bisa ditemukan salah satunya di Masjid Jami, Sungai Jingah, Banjarmasin.
Di Masjid Al Falah Jambi, atau yang dikenal juga sebagai Masjid Agung Seribu Tiang, tradisi Tarawih dengan membaca satu juz setiap satu malam sahlat Tarawih juga bisa ditemui.
3. Tradisi Urak Wadalan di Kudus
Di kota Kudus, Jawa Tengah, terdapat tradisi unik yaitu “Urak Wadalan” selepas shalat Tarawih.
Urak Wadalan yang berarti kayu sedekah ini sendiri merupakan tradisi membagi-bagikan jajanan pasar sederhana seusai shalat Tarawih. Tradisi Tarawih ini memberikan nuansa kebersamaan kepada para jemaah yang tengah menunaikan ibadah shalat Tarawih.
4. Shalat Tarawih Kilat di Blitar
Tradisi unik shalat Tarawih selanjutnya bisa kita temukan jika berkunjung ke Pondok Pesantren Mambaul Hikam di Desa Mantenan, Kecamatan Udanawu, Blitar, di mana shalat Tarawih dilakukan secara kilat dalam waktu 10 menit saja.
Tradisi Tarawih yang dipercaya telah dilakukan sejak zaman dahulu ini diperkirakan sudah berusia lebih dari satu abad. Latar belakang dari tradisi Tarawih ini adalah agar masyarakat yang telah lelah bekerja seharian tidak meninggalkan shalat Tarawih di bulan Ramadhan.
5. Tradisi Tarawih 8 Jam di Magetan
Jika shalat Tarawih di Blitar hanya berlangsung 10 menit, tradisi Tarawih selanjutnya ini justru dilaksanakan selama 8 jam lamanya. Dimulai bakda (usai) Isya hingga waktu sahur.
Shalat Tarawih di Masjid Darussalam Ponpes Al Fatah, Desa Temboro, Kecamatan Karas ini juga menunaikan sejumlah 23 rakaat. Namun, yang membedakannya adalah dari rakaat pertama hingga ke-20, imam akan membacakan 30 juz Al-Qur’an. Setiap rakaat imam akan membaca 1-1,5 juz dalam waktu sekitar 24 menit. Pembacaan ayat suci seterusnya dilakukan secara urut hingga juz ke-30 di akhir rakaat ke-20.
Dalam pelaksanaannya, ada 6 imam yang akan bergantian memimpin shalat Tarawih selama 8 jam, yang setiap imam akan membacakan 5 juz Al-Qur’an.
EH/Islam Indonesia
Leave a Reply