Satu Islam Untuk Semua

Tuesday, 05 September 2023

Peninggalan Penting Kesultanan Malaka, Kerajaan Islam Kedua di Asia Tenggara


islamindoneia.id – Kerajaan Malaka (Kesultanan Malaka) merupakan kerajaan Islam kedua yang pernah ada di Asia Tenggara. Sejumlah peninggalan Kerajaan Malaka masih bisa dijumpai di masa kini.

Abdul Syukur al-Azizi dalam buku Sejarah Terlengkap Peradaban Islam menjelaskan bahwa Kesultanan Malaka ini merupakan kerajaan Islam kedua di Asia Tenggara yang terletak di Semenanjung Malaka.

Kesultanan ini berdiri pada awal abad ke-15 M. Pendiri Kesultanan Malaka adalah Parameswara, seorang pangeran dari Sriwijaya antara tahun 1380-1403 M.

Dijelaskan bahwa Parameswara adalah seorang pangeran dari Sriwijaya, putra dari Raja Sam Agi. Ia melarikan diri ke Malaka karena kerajaannya runtuh akibat serangan dari Majapahit.

Di bawah kepemimpinan Parameswara ini, Kesultanan Malaka menjadi kerajaan makmur ditambah dengan kekuatan militernya yang semakin berkembang.

Kesultanan Malaka mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Muzaffar Syah (1445-1459 M).

Di bawah pemerintahan Sultan Mudzaffar Syah, Malaka melakukan ekspansi di Semenanjung Malaya dan pantai timur Sumatera (Kampar dan Indragiri).

Kerajaan Malaka mengalami kemunduran saat dipimpin oleh Sultan Mahmud Syah yang juga menjadi raja terakhir kerajaan Islam ini. Keadaan itu bertambah buruk ketika Portugis yang semula datang untuk berdagang rempah, justru ingin menguasai Malaka.

Menurut buku Sejarah Peradaban Islam di Indonesia karya J. Suyuthi Pulungan, pada akhir tahun 1511, Portugis yang dipimpin oleh Alfonso d’Albuquerque berhasil menduduki Kerajaan Malaka.

Secara keseluruhan, raja-raja yang memimpin Kerajaan Malaka antara lain Sultan Iskandar Syah, Muhammad Iskandar Syah, Sultan Muzaffar Syah, Sultan Mansyur Syah, Sultan Alauddin Syah, dan Sultan Mahmud Syah.

Lalu apa saja peninggalan penting Kerajaan Malaka yang hingga kini masih ada?

Peninggalan Kerajaan Malaka

Bukti keberadaan Kerajaan Malaka terlihat dari sejumlah peninggalannya yang masih dijumpai hingga kini. Peninggalan Kerajaan Malaka ini berupa karya sastra hingga bangunan sebagai pertahanan pada waktu itu.

1. Makam Hang Tuah

Makam Hang Tuah terletak di Tanjung Keling, sebagaimana dikatakan Ahmad Adam dalam buku Antara Mitos dan Fakta. Menurut tradisi lisan masyarakat setempat, kuburan panjang ini adalah kuburan keramat seorang pedagang dari Gujarat. Makam ini juga dikenal dengan Keramat Keling.

2. Hikayat Laksamana Hang Tuah dan Hikayat Amir Hamzah

Kedua hikayat ini adalah bentuk karya sastra peninggalan masa Kerajaan Malaka. Disebutkan bahwa hikayat merupakan karya sastra berupa cerita atau dongeng yang dibuat sebagai wahana pelipur lara atau pembangkit semangat juang.

Fi’da Abdilah dan Yusak Burhanuddin dalam buku Sejarah Kebudayaan Islam mengatakan bahwa Hikayat Kepahlawanan Laksamana Hang Tuah adalah salah satu kisah dalam budaya masyarakat Malaka yang begitu terkenal.

Laksamana Hang Tuah sendiri merupakan salah seorang Laksmana Kerajaan Malaka yang begitu berjasa pada masa pemerintahan Sultan Mansyur Syah.

Dalam Antologi Sastra Daerah Nusantara karya Rahman Nurhayati dan Adiwimarta tertulis bahwa bagi masyarakat Melayu, Hang Tuah merupakan tokoh sejarah, seorang pahlawan yang gagah berani.

Laksamana Hang Tuah juga merupakan sosok yang sangat setia dan berbakti kepada tuannya yaitu, Raja Malaka. Dikatakan pula bahwa Hikayat Hang Tuah semua tertulis dalam huruf Arab Melayu dan berbahasa Melayu.

Tebal naskah setelah dicetak ke dalam huruf latin mencapai 526 halaman yang terbagi ke dalam 28 bab.

Adapun, Hikayat Amir Hamzah merupakan karya sastra yang menceritakan kepahlawanan Amir Hamzah. Ia diketahui sebagai sosok yang memperjuangkan Islam dan turut andil dalam mempertahankan Malaka dari pendudukan Portugis.

3. Gerbang A’Famossa

Gerbang A’Famossa menjadi saksi keruntuhan Kerajaan Malaka karena dikuasai oleh Portugis. J. Suyuthi Pulungan dalam buku Sejarah Peradaban Islam di Indonesia menjelaskan bahwa Portugis mendirikan benteng ini untuk mempertahankan daerah yang dikuasai.

Portugis mendirikan benteng A’Famossa di atas bukit sebelah Sungai Malaka sehingga ia dapat mengamati apa yang terjadi di sekitarnya. Terlebih letaknya membuat benteng ini tidak mudah untuk direbut musuh karena benteng A’Famossa langsung menghadap ke laut. Benteng ini bertembok tinggi dan dijadikan sebagai pusat pemerintahan yang dilengkapi garnisun tentara.

4. George Town

George Town merupakan kota bersejarah di Selat Malaka. Menurut World Heritage Convention UNESCO, George Town telah mengembangkan lebih dari 500 tahun perdagangan dan pertukaran budaya antara Timur dan Barat di Selat Malaka.

Pengaruh dari Asia dan Eropa telah membuat kota ini menjadi warisan multikultural. Dengan bangunan pemerintahan, gereja, alun-alun, dan bentengnya. George Town menjadi bukti kesuksesan Kerajaan Malaka pada masanya sebagai pelabuhan perdagangan.

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *