Kemuliaan Maqam Makrifat Menurut Ahli Hakikat

islamindonesia.id – Makrifat secara bahasa adalah mengetahui. Sedangkan menurut ahli hakikat, makrifat adalah mengetahui asmaillah (nama-nama Allah), mengetahui sifat-sifat Allah, dan membersihkan diri dari segala perilaku dan sifat yang tercela.
Syekh Muhammad bin Abi Bakar bin Abdul Al-Qadir Syamsuddin Ar-Razi Al-Hanafi dalam karyanya Hada’iq Al-Haqa’iq Fi Al-Mau’idhah Wa Al-Tashawuf, mengulas tentang macam-macam makrifat. Beliau menegaskan: “Makrifat (pengetahuan) itu ada dua, yaitu, pengetahuan tentang suatu kebenaran, dan pengetahuan sejati.”
Adapun makrifat kebenaran, yaitu, mengetahui tentang keesaan Allah dengan adanya segala ciptaan-Nya, baik mengetahui melalui asmaillah (nama-nama Allah) maupun sifat-sifat Allah. Sedangkan makrifat sejati tidak bisa diketahui karena meliputi berbagai ilmu pengetahuan.
Allah SWT berfirman: “Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka, sedang ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya.” (QS. Thaha:110)
Adapun tanda-tanda orang yang sudah sampai kepada maqam makrifat itu terbagi menjadi tiga bagian. Pertama, amal yang paling ia sukai adalah berzikir mengingat Allah. Kedua, faedah yang paling ia sukai adalah faedah yang telah ditunjukkan oleh Allah. Ketiga, orang yang paling ia sukai adalah orang yang mengajak untuk dekat dengan Allah.
Perumpamaan orang yang telah sampai kepada maqam makrifat, andaikan ia diberi anugerah kerajaan seperti kerajaan Nabi Sulaiman bin Daud, ia akan tetap menyibukkan diri untuk selalu mengingat Allah, dan tidak melupakan Allah walaupun seukuran kedipan mata. Dan orang yang telah sampai kepada maqam makrifat, ia akan mendapat cahaya ilmu pengetahuan sehingga ia mengetahui perkara yang ghaib atau samar.
Selanjutnya Syekh Muhammad bin Abi Bakar bin ‘Abdul Al-Qadir Syamsuddin Ar-Razi menjelaskan, bahwa makrifat itu lebih mulia derajatnya dibandingkan dengan maqam fakir, maqam muhabbah, dan maqam tauhid. Karena makrifat telah sampai kepada kefanaan (meleburnya jiwa) untuk selalu dekat dengan Allah.
Maqam fakir secara zahir masih butuh kepada sesuatu, dalam kefakiran haus akan musyahadah, (penyaksian terhadap kekuasaan dan keagungan Allah).
Maqam muhabbah dan maqam tauhid masih merasakan kenikmatan, yaitu kenikmatan musyahadah (penyaksian terhadap kekuasaan dan keagungan Allah).
Sedangkan maqam makrifat tidak butuh kepada merasakan sesuatu yang ada, seperti, kenikmatan musyahadah (penyaksian terhadap kekuasaan dan keagungan Allah).
EH/Islam Indonesia
Leave a Reply