Antara Al-Mahabbah, Al-Khauf dan Ar-Raja’

islamindonesia.id – Termasuk di antara pokok akidah Islam yang paling agung adalah al-khauf (rasa takut) dan ar-raja’ (rasa penuh harap).
Seorang Mukmin, dia takut (khauf) terhadap ancaman, azab dan hukuman dari Allah SWT. Namun di sisi lain, dia juga mengharapkan (raja’) kemurahan rahmat, kasih sayang dan ampunan-Nya. Dua hal ini haruslah digabungkan secara seimbang dan tidak boleh hanya menonjolkan salah satunya.
Hal ini sebagaimana firman Allah ketika menceritakan para nabi-Nya:
إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ
“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami.” (QS. Al-Anbiya’:90)
Yang dimaksud dengan رغبا adalah rasa penuh harap (ar-raja’). Sedangkan yang dimaksud dengan رهبا adalah rasa takut (al-khauf).
Allah juga berfirman:
أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا
“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka, siapakah di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya. Sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti.” (QS. Al-Isra’:57)
Allah berfirman:
أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ
“(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?” (QS. Az-Zumar:9)
Namun demikian, kedua hal ini (al-khauf dan ar-raja’) haruslah disertai dengan rasa cinta (al-mahabbah) kepada Allah.
Oleh karena itu, seorang Mukmin harus menggabungkan tiga hal ini: mencintai Allah, takut terhadap azab dan siksaan-Nya, dan tetap mengharapkan kasih sayang, rahmat, pahala dan ampunan-Nya.
Artinya, rasa takut (al-khauf) tidak boleh menyebabkan seseorang berputus asa dari rahmat dan ampunan Allah. Selama dia bertaubat dengan benar dari dosa-dosanya, maka dia yakin bahwa Allah SWT akan mengampuni dosa-dosanya.
Apalagi bila kita tahu, berputus asa dari rahmat dan ampunan Allah termasuk dalam perbuatan kekafiran, sebagaimana firman-Nya: “Sesungguhnya tiada yang berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (QS. Yusuf:87)
Nabi Ibrahim a.s pun bersabda: “Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang sesat.” (QS. Al-Hijr:56)
Demikian pula, seseorang yang berharap kepada Allah, tidak boleh disertai dengan merasa aman dari makar Allah, sehingga menghilangkan rasa takutnya.
Karena Allah SWT juga berfirman: “Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tidak ada yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’raf:99)
Oleh karena itu, para ulama menasihatkan kepada kita: ”Merupakan kewajiban bagi seorang hamba untuk berada di antara al-khauf dan ar-raja’. Mereka menyeimbangkan keduanya, bagaikan sayap seekor burung. Sayap seekor burung itu seimbang (antara kanan dan kiri), jika hilang salah satunya, dia akan jatuh. Demikian pula keadaan orang-orang yang beriman yang berada di antara al-khauf dan ar-raja’, sebagaimana sepasang sayap seekor burung.”
EH/Islam Indonesia
Leave a Reply