Mengenal Si ‘Tajam Lidah’ Abu Ubaidah

islamindonesia.id – Jika mendengar nama Abu Ubaidah, mungkin yang terlintas di benak kita adalah nama salah satu sahabat mulia Nabi Muhammad s.a.w, yaitu Abu Ubaidah ibn al-Jarrah.
Saat ini, meski sudah 14 abad berlalu, Abu Ubaidah kembali lahir ke permukaan, namun dalam sosok orang yang berbeda. Uniknya, kedua nama ini sama-sama bertempur untuk melawan musuh Islam di Palestina, meski keduanya hidup di zaman berbeda.
Kesamaan lain dari dua sosok bernama Abu Ubaidah ini adalah sama-sama menjadi komandan pasukan pembebasan. Abu Ubaidah ibn al-Jarrah melakukannya di zaman dulu, sementara Abu Ubaidah melakukannya di zaman ini.
Setidaknya dalam sebulan terakhir ini, nama Abu Ubaidah yang merupakan juru bicara militer Brigade Izz ad-Din al-Qassam, sayap militer dari organisasi politik dan militer Islam Palestina, Hamas, kembali menjadi perbincangan publik usai dirinya memberikan pernyataan melalui sebuah pesan audio, tepatnya pada hari Sabtu, 4 November 2023.
Siapa Abu Ubaidah?
Abu Ubaidah dikenal sebagai ahli dalam strategi perang urat saraf, atau dalam istilah yang lebih modern disebut perang psikologi. Sosok ini juga diketahui publik sebagai juru bicara yang memiliki ketajaman lidah di atas rata-rata.
Terbukti, berulang kali Abu Ubaidah membuat pernyataan publik yang membuat kuping para pejabat Israel panas hingga mengeriput, saking pedasnya kata-kata Abu Ubaidah meledek tingkah penggawa Zionis yang sembarangan membunuh sipil tanpa rasa bersalah.
Abu Ubaidah atau kerap juga disebut Abu Obaida, Abu Obayda, Abu Ubayda atau Abu Ubaydah, adalah nama samaran. Nama asli Abu Ubaidah tidak diketahui, begitu pula dengan sebagian besar detail pribadinya.
Tidak hanya itu, wajahnya juga tidak pernah diketahui, sebab setiap kali muncul di publik, dia selalu mengenakan keffiyeh yang menutupi seluruh wajahnya.
Pada tahun 2014, media Israel merilis sebuah foto yang diduga adalah Abu Ubaidah, dengan nama Huzaifa Samir Abdullah al-Kahloot. Namun, keabsahan foto dan nama tersebut dibantah oleh Brigade al-Qassam, dan seorang pemimpin seniornya mengatakan bahwa Abu Ubaidah “tidak dan tidak akan muncul di media”, sehingga hanya sejumlah kecil orang yang tahu siapa dia sebenarnya.
Nama samaran Abu Ubaidah tersebut digunakan diyakini merujuk pada Abu Ubaidah ibn al-Jarrah, sahabat Nabi Muhammad dan komandan pasukan Kekhalifahan Rasyidin selama Pertempuran Yarmuk dan Pengepungan Yerusalem pada abad ke-7.
Rekam Jejak dan Pengaruh Abu Ubaidah
Pada perang yang kembali meletus pada 7 Oktober lalu, Abu Ubaidah telah muncul di layar kaca, setelah Mohammad Al-Deif, Komandan Al-Qassam, mengumumkan dimulainya operasi Badai Al-Aqsa.
Ashraq Al-Awsat melaporkan, intervensinya muncul setiap beberapa hari sekali, melalui sebuah rekaman pidato, dengan mengenakan seragam loreng hijau, dan mengenakan keffiyeh merah, untuk menyampaikan posisi Al-Qassam dan membicarakan perkembangan pertempuran.
Sejak dimulainya perang Israel di Jalur Gaza, Abu Ubaidah telah muncul sebelum atau sesudah setiap posisi yang menentukan, dan telah mengelola perang media dengan profesionalisme yang luar biasa dalam menghadapi para juru bicara Israel.
Abu Ubaidah dikenal pertama kali pada tahun 2002 sebagai salah satu pejabat lapangan Al-Qassam. Dia berbicara kepada hampir semua media dan dalam konferensi pers, tetapi tidak pernah memperlihatkan wajahnya, mengikuti contoh mantan pemimpin Al-Qassam, Imad Aqel, yang dibunuh oleh Israel pada tahun 1993.
Setelah Israel menarik diri dari Gaza pada tahun 2005, Abu Ubaidah secara resmi ditunjuk sebagai juru bicara Al-Qassam. Pria ini berasal dari kota Naalia di Gaza, yang diduduki Israel pada tahun 1948, dan sekarang tinggal di Jabalia, sebelah timur laut Gaza, menurut informasi terbatas yang bersumber dari Israel.
Rumah Abu Ubaidah telah dibom beberapa kali, pada tahun 2008, 2012, 2014, dan dalam perang di Gaza saat ini.
Pada perang tahun 2014, ia mengumumkan penculikan tentara Israel Shaul Aron di tengah-tengah konfrontasi darat. Warga Palestina pada saat itu turun ke jalan di Tepi Barat dalam pawai spontan, meneriakkan dukungan untuknya dan “perlawanan”.
Abu Ubaidah sebelumnya memiliki akun di Twitter (saat ini X), dan satu lagi di Facebook, sebelum keduanya ditutup. Saat ini, ia memublikasikan pesan-pesannya di situs resmi Al-Qassam dan menggunakan aplikasi Telegram dan saluran “Al-Aqsa” yang berafiliasi dengan Hamas untuk menyiarkan video-videonya, yang dipublikasikan ulang oleh berbagai saluran satelit dan media.
Sebelum perang 2014, Abu Ubaidah mempresentasikan tesis master di Universitas Islam dari Fakultas Dasar-dasar Agama, dengan judul, “Tanah Suci antara Yudaisme, Kristen, dan Islam.” Saat ini, ia dianggap sebagai ujung tombak “perang psikologis melawan Israel”.
EH/Islam Indonesia
Leave a Reply