Satu Islam Untuk Semua

Monday, 24 September 2018

Masjid Mukhtarov: Saksi Sumbangsih Muslim Tartar di Negeri Beruang Merah


islamindonesia.id – Masjid Mukhtarov: Saksi Sumbangsih Muslim Tartar di Negeri Beruang Merah

 

Sejarah telah mencatat sumbangsih etnis Tartar dalam mengembangkan Islam di dataran Rusia. Situs peninggalan bersejarah dari etnis Muslim Tartar hingga kini masih berdiri dan bisa dilihat di beberapa wilayah yang pernah didiami etnis Tartar.

Salah satunya, bangunan masjid indah yang berada di wilayah federasi di Rusia, Ossetia Utara-Alania yang terkenal dengan Masjid Mukhtarov. Masjid Mukhtarov ini berada di Kota Vladikavkaz yang juga pusat ibu kota Republik Federasi Ossetia Utara-Alania, Rusia.

Masjid ini berdiri di tepi Sungai Terek dan merupakan simbol penting Kota Vladikavkaz selain Gereja Ortodoks Vladikavkaz. Masjid ini dirancang oleh seorang arsitek Rusia kelahiran Polandia, Jozeph Ploshko, dengan mencontoh corak dan lengkungan dari Al Azhar di Kairo Mesir. Setidaknya dibutuhkan dana 80 ribu rubel untuk membangun seluruh bangunan masjid.

Masjid Mukhtarov hanya memiliki sebuah bangunan kubah dengan dua menara di depannya. Gaya arsitektur Masjid Al Azhar di Kairo sangat kental terlihat di eksterior masjid ini, mulai dari pola warna, lengkungan tapal kuda, hingga bentuk jendelanya.

Namun, sang arsitek Jozeph Ploshko juga memadukan gaya istana klasik Rusia. Ploshko ingin menampilkan kejayaan arsitektur Al Azhar di Kairo dengan struktur batu kapur putihnya di kawasan Kaukasus.

Ia juga memadukannya seperti latar belakang pegunungan simbol Vladikavkaz, dengan tambahan halaman yang luas layaknya Lapangan Merah di Moskow, atau the Bronze Horseman di St Petersburg.

Faktor yang membuat Masjid Mukhtarov ini tidak kalah indah adalah pemandangan yang ada di sekitar masjid yang tepat di samping aliran Sungai Terek. Rerimbunan pohon yang mengelilingi masjid di antara aliran Sungai Terek, membuat tampilan masjid ini sangat sempurna sebagai ikon Kota Vladikavkaz.

Dari dalam masjid, hampir di seluruh dinding ruang shalat dipenuhi berbagai dekorasi indah penuh warna dari ukiran kayu, ubin, hingga plaster bergaya flora dan geometris. Dekorasi ini memenuhi seluruh dinding ruang shalat hingga langit-langit dan bagian dalam kubah masjid. Di setiap sudut dinding pun tidak lepas dari ornamen timbul kaligrafi Arab yang dikutip dari ayat Alquran dan lafaz Allah SWT serta Nabi Muhammad SAW.

Sebuah mimbar marmer dan mihrab dengan gaya lengkung ceruk juga dipenuhi ornamen geometris di dalamnya sehingga menambah keindahan masjid ini. Masjid ini juga memiliki struktur balkon dua lantai yang  tertutup dikhususkan bagi jamaah perempuan. Walaupun luas bangunan masjid yang tidak terlalu besar, kemegahan eksterior dan ornamen fasadnya membuat masjid ini menjadi kebanggaan masyarakat Muslim di Ossetia Utara hingga kini.

Usulan pembangunan masjid ini sendiri berawal dari permintaan para infanteri Tartar yang berperang bersama Kekaisaran Rusia di kawasan Kaukasus Utara. Pada 1864 Divisi Infanteri Tartar bersama Mullah Tenghinka serta Resimen Infanteri Dolmatdin Natsehov mengajukan petisi kepada kepala pemerintahan di kawasan Sungai Terek, Loris Melikov atas jasa perjuangan militer Tartar.

Pada Desember 1866, Komandan Akhmetov mengajukan permohonan atas nama Imperial Mulia Kaisar Rusia, Gubernur Kaukasus, dan Grand Duke Mikhail Nikolayevich untuk memberikan izin pembangunan sebuah masjid, serta sumbangan pembangunan masjid. Atas jasa militer etnis Tartar pada saat itu, Kekaisaran Rusia memberikan izin pembangunan masjid namun tidak bersedia memberikan sumbangan dana pembangunan sepeser pun.

Berbagai upaya pun dilakukan Tartar di Osetia Utara, termasuk meminta bantuan kepada Tartar Kazan yang menjadi wilayah penting Muslim Tartar. Di tengah kebutuhan dana, upaya pembangunan masjid dengan konstruksi awal tetap dilakukan dengan donasi dari Muslim Tartar dari Ossetia Utara. Mereka rela memberikan sumbangan dana dan menjual harta benda untuk membiayai pengerjaan konstruksi awal masjid tersebut.

Untuk menyelesaikan pembangunan masjid ini berbagai upaya dilakukan Muslim Tartar di Ossetia Utara. Atas saran sesama Muslim Tartar di Kazan, diusulkan untuk bernegosiasi dengan Istanbul dan Bukhara.

Istanbul melalui Mufti Aya Sofia mengirimkan dua ahli kaligrafi Arab untuk menghias dinding masjid, sedangkan Bukhara mengirim dua karpet yang mampu menutupi seluruh lantai ruang shalat dan balkon masjid.

Namun, itu tidak mampu menutup permasalahan utama dana pembangunan masjid. Hingga akhirnya seorang dermawan asal Baku-kini Azerbaijan, siap menyumbangkan dana sebesar 50 ribu rubel untuk pembangunan masjid ini.

Dermawan tersebut merupakan taipan pengusaha minyak, Murtuza Mukhtarov-Agha yang kemudian namanya diabadikan menjadi nama masjid ini. Atas kerja sama Mukhtarov ini pula, arsitek Joseph Gaspar Ploshko dilibatkan.

Sejak 1900 ketika konstruksi bangunan awal masjid dimulai, akhirnya pada 14 Oktober 1908 masjid ini resmi dibuka dengan nama Masjid Muhktarov. Walaupun dalam perjalanannya tidak semua Muslim Tartar di Ossetia Utara sepakat dengan penggunaan nama ini.

Walaupun sebagian besar dana pembangunan didapat dari Murtuza Mukhtarov-Agha, harus diakui bahwa Muslim Tartar yang telah benar-benar berjasa berkontribusi besar terhadap pembangunan masjid ini. Mereka berdiri di depan sejak awal proses negosiasi rumit dengan Kekaisaran Rusia, berdiplomasi dengan Istanbul dan Bukhara, hingga mengumpulkan uang setiap sen dari keluarga Tartar di Ossetia Utara.

Ketika masjid telah berdiri dan berfungsi, etnis Tartar juga menghidupkan masjid ini dengan adanya sekolah dasar dan administrasi sipil umat, seperti pencatatan kelahiran, kematian, dan pernikahan. Hingga ketika masa-masa sulit di bawah tekanan Komunis Soviet, Muslim Tartar terus berjuang mempertahankan masjid ini dari perusakan dan penghancuran.

 

EH / Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *