Satu Islam Untuk Semua

Monday, 24 March 2014

Hiasan Dunia Bernama Cordova


foto:wikimedia.org

Dari kerajaan kecil yang dibangun seorang pangeran pelarian hingga menjadi salah satu pusat peradaban dunia.

 

Seorang teman saya yang tinggal di Spanyol bercerita: orang-orang Cordova di Spanyol dikenal sebagai manusia-manusia yang sangat menjaga kebersihan. Berbeda dari orang-orang Barat lainnya, penduduk Cordova memiliki kebiasaan mandi tiga kali sehari dan menggunakan air jika sudah melangsungkan hajat (kebiasaan orang-orang Barat hanya mengguakan tissue). Rupanya tradisi tersebut mereka sudah  adopsi dari orang-orang Moor. Itu julukan orang-orang Eropa kepada bangsa Arab yang beragama Islam. Lantas, sejak kapan orang-orang bule itu bersinggungan dengan budaya Arab Islam?

Juli 710, tanpa berkoordinasi dengan atasannya di Damaskus (Khalifah al-Walid dari Dinasti Umayyah) Gubernur Afrika Utara Musa ibn Nushair mengirimkan satu ekspedisi militer di bawah pimpinan Tharif ke kawasan Kekaisaran Bizantium (Romawi Timur) di ujung paling selatan benua Eropa .Dengan kekuatan 100 prajurit kavaleri dan 400 prajurit infanteri, Tharif beserta pasukannya berhasil memukul mundur pasukan Bizantium sekaligus mendapat begitu banyak rampasan perang.

Terdorong oleh kemenangan tersebut dan hasrat untuk mendapat harta rampasan perang yang lebih banyak, setahun kemudian, Nushair  mengutus seorang budak Berber (sebuah suku padang pasir di kawasan Afrika) bernama Thariq ibn Ziyad  guna menyerang daratan Spanyol. Dengan bantuan seorang bangsawan Gotik Barat bernama Pangeran Julian dari Ceuta, ekspedisi militer kedua tersebut berakhir sukses juga. Itu ditandai dengan menyerahnya pasukan Raja Roderick. Pasca penaklukan tersebut, sang raja sendiri dikabarkan tak jelas rimbanya.” Apa yang terjadi dengan Roderick setelah itu, masih tak diketahui dengan pasti..”tulis Philip K. Hitti dalam History of the Arabs.

Selanjutnya, gelombang serbuan orang-orang Moor tak tertahankan lagi ke wilayah Spanyol yang lain. Arkidona dan Elvira dengan mudah ditaklukan. Usai dua kota itu, Thariq merencanakan untuk menguasai Cordova, sebuah kota tua  strategis yang dibangun orang-orang Romawi. Ia lantas menunjuk seorang Romawi Muslim bernama Mughith al-Rumi memimpin satu batalion kavaleri guna menaklukan Cordova.

Petempuran memperebutkan kota yang aslinya bernama Iberi Baht itu berlangsung alot. Setelah bertahan sekitar dua bulan, Cordova akhirnya jatuh ke tangan pasukan Mughith. Itu pun terjadi karena pengkhianatan seorang warganya yang menunjukan jalan terobosan di satu sudut dinding benteng. Sejak itulah, Cordova kemudian masuk dalam kawasan yang dikuasai Kekhalifahan Umayyah.

Tahun 750, dengan ditandai sebuah pembantaian massal, Dinasti  Abbasiyah merebut kekuasaan dari tangan Dinasti Umayyah. Pusat kekuasaan lantas dipindahkan dari Damaskus ke Baghdad.  Seorang pangeran Umayyah bernama Abl ar Rahman ibn Mu’awiyah luput dari pembantaian itu dan melarikan diri ke Andalusia (Spanyol). Ia lantas membangun kekuasaannya di sana sampai ke cicit-cicitnya.

Di bawah kekuasaan Abdurrahman Ad-Dakhil atau Abdurrahman I, Cordova secara perlahan mencapai masa-masa kejayaannya. Selain istana, berbagai bangunan umum, konon  pangeran yang berjuluk Elang Quraisy, membangun sekitar 1000 mesjid. Namun dari ribuan masjid tersebut yang terbesar dan terindah adalah Mezquita. Luasnya sekitar 23.000 m2. Pembanguannya melalui beberapa tahap, diawali oleh Abd. Ar-Rahman I tahun 784, kemudian oleh Abd ar-Rahman III dengan tambahan Minaret dan diakhiri tahun 987 oleh Wesir Al-Mansur.

Menjelang abad ke-10, Cordova pelan-pelan merebut peran Damaskus dan Baghdad sebagai lalu lintas intelektual dunia. Ilmu fikih, filasafat, sastra, militer, kedokteran dan matematika berkembang pesat di sana. Kemajuan ilmu berkelindan dengan kemakmuran penduduk Cordova.: 900 kamar mandi umum dan puluhan ribu toko, air yang mengalir  dari saluran air yang bersih dan terawat serta jalan-jalan yang mulus dan penuh dengan penerangan. Kekayaan sang khalifah sendiri sangat menakjubkan. “…seperti halnya menghitung seluruh harta rampasan Don Juan beratus-ratus kali,”tulis Maria Rosa Menocal dalam Ornament of the World (diterjemahkan oleh Mizan Pustaka menjadi Sepotong Sorga di Andalusia)

Menurut Maria Rosa, para ahli dan historiografi Arab yang terkemuka  juga berperan dalam menyebarkan citra tentang Cordova di seluruh dunia Islam. Ratusan perpustakaan besar yang selalu ramai dan air yang mengalir seolah tanpa batas, menjadikan kota ini ada dalam tingkatan peradaban yang tinggi kala itu. Tak heran jika kemudian, para sejarawan menyebut kota ini sebagai “hiasan dunia”.

 

Sumber: Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *