Satu Islam Untuk Semua

Sunday, 27 January 2019

Sekilas Pandangan tentang Esensi dan Posisi Doa


islamindonesia.id – Sekilas Pandangan tentang Esensi dan Posisi Doa

 

Setiap Muslim sudah sepantasnya menyadari bahwa sebagai manusia, dirinya memiliki banyak keterbatasan dan kekurangan. Sementara di sisi lain, banyak sekali hal yang ingin didapatkan dalam hidup ini. Sering kali sebagian besar dari kita merasa bahwa kita telah memberikan usaha terbaik kita, namun belum membuahkan hasil yang kita inginkan.

Di sanalah kita membutuhkan pertolongan, membutuhkan tempat untuk mengadu, dan menenangkan diri. Saat kita dalam titik tersebut, kita tahu kemana kita harus mengadu —mengadu lewat doa. Karena ketika berdoa kita menyadari terdapat kekuatan lain di luar kuasa kita yang mampu menolong dan membantu segala permasalahan kita. Artinya, doa menjadi bukti pengakuan atas kelemahan manusia dan kebesaran Tuhan.

Namun demikian apakah benar semua permasalahan kita akan selesai dengan berdoa?

Agar kita bisa semakin memahami setiap doa yang kita panjatkan, ada beberapa hal yang perlu kita pahami tentang doa.

Doa merupakan mekanisme pertahanan diri paling kuat dalam hidup manusia, karena di dalam doa yang kita panjatkan terselip adanya harapan yang dapat menjaga kita dari rasa putus asa. Mereka yang berdoa memiliki keyakinan bahwa terdapat kekuatan Mahabesar yang mampu menolongnya dalam menghadapi berbagai ujian hidup.

Setiapkali kita dalam keadaan depresi, stres, atau putus asa, dengan berdoa sama artinya kita sedang menata diri dan menyambung asa untuk bisa kembali kuat. Lewat doa, kita akan merasa lebih tenang dan lebih bisa berpikir positif dan optimis. Tanpa kita sadari, akan terdapat sebuah kekuatan dan semangat baru untuk menghadapi segala permasalahan yang ada, betapapun semula terasa begitu sulitnya.

Saat doa tak kunjung terkabul, mungkin Tuhan memperhatikan kesungguhan kita dalam berdoa. Ada sebuah analogi sederhana yang mungkin dapat kita gunakan dalam konteks doa. Ketika datang seorang pengamen dengan suara yang bagus, pasti akan kita dengarkan dulu hingga lagunya selesai. Berbeda dengan pengamen yang asal-asalan, belum sampai satu bait kita sudah akan memberikan uang, bukan karena kita suka dengan suaranya tapi agar si pengamen cepat pergi dan tidak mengganggu lagi.

Bisa jadi Tuhan menyukai doamu dan bagaimana tata cara kamu berdoa, sehingga doamu masih tertahan. Di sisi lain, bisa jadi Tuhan tidak menyukai doamu dan bagaimana cara kamu berdoa, sehingga dalam waktu singkat doamu langsung terkabul, dengan catatan rezeki yang instan kamu dapatkan, bisa sekejap saja hilang.

Sederhananya, doa yang tidak segera dikabulkan akan membuat kita lebih lama merendahkan diri penuh harap dan berlindung kepada-Nya, membuat waktu kita berinteraksi dengan-Nya menjadi lebih lama. Ketika selama ini kita jarang meluangkan waktu untuk berinteraksi dengan Tuhan, maka saat doa kita belum terkabul, mungkin itulah cara Tuhan supaya Ia bisa melepas rindu dengan kita yang sudah lama tak berjumpa di dalam doa.

Ketika apa yang diminta tidak sesuai dengan apa yang terjadi, yakinlah Tuhan memiliki skenario yang lebih baik untuk kita.

Ibarat kita memberikan pensil yang di ujungnya terdapat penghapus dan secarik kertas. Kita tuliskan doa kita di kertas tersebut, dan memberikannya kepada Tuhan berikut dengan pensilnya. Maka kita harus meyakini bahwa Tuhan akan menghapus doa-doa yang tidak penting atau mungkin buruk untuk kita, dan kemudian menuliskan skenario yang jauh lebih baik dari apa yang kita minta.

Apa yang menurut kita baik belum tentu baik bagi diri kita sendiri, karena Tuhan tahu apa yang jauh lebih baik dan penting untuk hidup kita, dibandingkan dengan apa yang kita inginkan dan rencanakan. Maka ketika kamu mendapatkan sesuatu yang ternyata berbeda dari apa yang kamu minta, bersyukurlah! Tuhan ingin memberikan kisah yang lebih baik untukmu.

Tuhan tak akan pernah mengulur-ulur rezekimu, tapi Ia akan memberikannya padamu di waktu yang tepat. Tuhan juga tak akan memberikanmu rezeki yang berlebihan, karena Ia akan meberikanmu rezeki yang cukup.

Berdoa bukan hanya tentang diri sendiri, tetapi juga tentang orang lain di sekitarmu. Selalu ada kebaikan yang kembali kepadamu saat kamu mendoakan orang lain dalam diam.

Karena hidup ini bukanlah mengenai hidupmu seorang, tetapi tentang kebersamaan, keluarga, saudara, sahabat, guru, rekan kerja, dan sebagainya. Lihatlah seorang ibu yang selalu mendoakan anaknya, seorang guru yang mendoakan agar muridnya bisa lulus dengan nilai terbaik, juga seorang pemimpin yang berharap agar masyarakatnya dapat hidup sejahtera dan nyaman.

Mereka hanyalah sebagian kecil dari banyaknya orang-orang yang tidak hanya memikirkan tentang dirinya sendiri, tetapi juga memikirkan orang lain. Maka sematkanlah orang lain di dalam doamu. Ayah-ibumu, keluargamu, seseorang yang kamu cintai, seseorang yang berjasa bagi dirimu, mereka yang berjasa bagi kebaikan masyarakat, mereka yang sedang terimpa musibah, bahkan jangan lupa juga untuk mendoakan negara kita.

Mendoakan orang lain secara tidak langsung akan meningkatkan kepekaan sosial kita, terhindar dari rasa kesombongan diri, dan bersikap manusiawi terhadap sesama. Ketulusan kita dalam mendoakan orang lain akan berdampak positif bagi diri kita sendiri. Kita tidak tahu, mungkin saja keberhasilan kita saat ini tak semata-mata karena usaha dan doa kita, tapi juga karena doa dari orang-orang lain yang terus mendoakan kita dalam diamnya.

Berdoa bukan hanya saat mendapatkan kesulitan atau menginginkan sesuatu saja, tetapi jadikanlah doa sebagai kebutuhan sisi spiritualmu.

Kita harus menyadari bahwa berdoa merupakan proses sepanjang hidup, ia ada dalam setiap fase kehidupan, sejak kecil hingga kita tua nanti, dan ia adalah bagian dari sisi spiritual kita yang sudah sepatutnya kita jadikan sebagai sebuah kebutuhan.

Namun tak jarang kita hanya rajin memanjatkan doa-doa terbaik hanya pada saat kita mendapatkan kesulitan atau menginginkan sesuatu saja. Sebenarnya hal itu tak sepenuhnya salah, karena memang esensi berdoa ialah memohon dengan penuh harap. Akan tetapi menjadi salah ketika setelah permasalahan kita selesai, atau apa yang kita inginkan terwujud, setelah itu kualitas doa kita menjadi menurun.

Berdoa hanya sesempatnya saja atau bahkan intensitasnya menjadi berkurang karena menganggap tidak ada sesuatu yang penting untuk dijadikan bahan permohonan. Tetapi saat kita sedang merasa hidup kita sedang baik-baik saja, satu hal yang perlu kita ingat kembali bahwa materi doa kita jangan hanya didominasi oleh keperluan duniawi saja, tetapi juga untuk kebaikan akhirat kelak.

Ingatlah selalu untuk memohon kesehatan, berada dalam aktivitas kebaikan, menjadi pribadi yang terus bersyukur, dan lain sebagainya. Jadikan doa sebagai sarana kita untuk curhat kepada Tuhan, karena di sana kita bisa menceritakan apapun kepada-Nya tanpa perlu ada yang ditutup-tutupi.

Hal ini sebagaimana disampaikan seorang ulama akhlak kontemporer, Syahid Murtadha Muthahhari: “Ketika doa sudah tidak lagi sekadar gerakan lidah tapi sudah bergerak beriringan dengan hati sehingga membawa ruh ke arah ketinggian. Saat itulah doa akan menghasilkan nuansa spiritualitas yang sangat agung. Seakan si pendoa tenggelam di dalam lautan cahaya dan merasakan esensi kemanusiaannya yang mulia. Saat itulah dia akan menyadari betapa rendah dan kecilnya hal-hal remeh yang menyibukkan waktunya. Dia akan merasa hina dan kerdil ketika mengharap sesuatu dari selain Allah. Tapi ketika berharap dari Allah, dia akan merasa mulia.”

Seperti yang digambarkan Muthahhari itulah selayaknya esensi dan posisi doa.

 

EH / Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *