Riya’ dalam Urusan Agama dan Urusan Dunia

islamindonesia.id – Syarat paling utama suatu amalan diterima di sisi Allah adalah dengan didasari ikhlas. Tanpanya, amalan seseorang akan sia-sia belaka.
Namun setan tak henti-hentinya memalingkan manusia, menjauhkan mereka dari keikhlasan. Salah satunya melalui pintu riya’ yang banyak tidak disadari oleh setiap orang.
Riya’ adalah melakukan suatu ibadah, amalan dan ketaatan agar orang lain bisa melihatnya kemudian memuji dirinya. Bukan karena ingin mendapat ridha Allah dan ingin dipuji Allah, tapi hanya karena ingin dipuji makhluk-Nya dan ingin mendapatkan tempat di hati manusia.
Riya’ sangatlah berbahaya. Karena riya’ merupakan syirik yang tersembunyi.
Kenapa demikian?
Karena meskipun dia shalat menghadap Allah, membaca Alquran, dll, tapi hakikatnya hatinya menyembah manusia.
Sayyidina Ali bin Abi Thalib menyebutkan ada 4 tanda-tanda riya’:
- Malas jika sendirian
- Giat jika di hadapan manusia
- Jika dipuji, amalnya semakin bertambah
- Jika dikritik, amalnya semakin berkurang.
Riya’ ada yang dalam urusan agama, dan ada juga yang dalam urusan duniawi.
Riya’ dalam urusan Agama
1. Berkaitan dengan badan manusia
Sengaja bikin dirinya kurus, pucat, supaya dinilai orang yang ahli puasa. Rambutnya acak-acakan, supaya dianggap sufi, dll.
2. Berkaitan dengan sikap/perlakuan
Kalau hadir majelis, jidatnya dimerengutkan supaya kelihatan khusyu’, pakaiannya murahan, bila perlu pakai yang robek supaya dianggap zuhud, dll.
3. Berkaitan dengan ucapan
Memberi nasihat dengan bahasa yang puitis, kalamnya hikmah, bila perlu berdebat, untuk menunjukkan dia lebih kuat pemahaman agamanya. Atau menceritakan dia mendapatkan ilmu dari guru ini dan itu supaya orang tahu dia belajar dari banyak guru, dll.
4. Berkaitan dengan amal
Kalau shalat di depan orang, sujudnya lama, padahal kalau shalat sendirian, kilat ekspres, atau memamerkan ibadahnya di medis sosial (medsos), dll.
Dia merasa dengan melakukan semua itu akan mendapatkan kebaikan, padahal batal pahala amalannya hanya gara-gara riya’.
Riya’ dalam urusan Dunia
Pakaiannya bagus, sepatu mahal, tas bermerek, mobil mewah, rumah gedongan. Tujuannya apa? Supaya dianggap pembisnis yang sukses. Padahal di belakang, kondisinya memprihatinkan. Dan masih banyak lagi contoh lainnya.
Nah, bagaimana caranya supaya kita terhindar dari penyakit ini? Apakah kita tidak usah beramal karena takut riya’?
Orang yang meninggalkan amal karena takut riya’ termasuk kurang bijak. Namun yang benar adalah tetap beramal dengan menjaga hati jangan sampai tercampur riya’. Hal ini tentu perlu perjuangan. Untuk itu, setiap kali tebersit keinginan untuk dipuji orang, cepat-cepatlah luruskan lagi niat kita. Begitu seterusnya hingga pada akhirnya kita bisa ikhlas karena Allah semata.
EH/Islam Indonesia
Leave a Reply