Menerapkan Nilai-nilai Islam dalam Politik

islamindoneia.id – Islam adalah agama yang yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, dengan sesamanya, dan dengan dirinya sendiri. Oleh karena itu, Islam melekat dan tidak bisa dipisahkan dari hal yang mengatur urusan masyarakat dengan negara. Islam bukan hanya mengurusi ibadah individu saja maka dari itu berpolitik adalah hal penting bagi kaum Muslimin.
Lalu apa itu politik? Dalam Bahasa Indonesia politik adalah sebagai pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan (seperti tentang sistem pemerintahan, dasar pemerintahan). Sementara itu dalam fikih Islam menurut Hanbali, politik (as-siyasah) adalah sikap, perilaku dan kebijakan kemasyarakatan yang mendekatkan kemaslahatan (kebaikan) sekaligus menjauhkan dari kemudharatan (kerusakan).
Namun politik akan kehilangan makna jika hanya dipahami sebagai ambisi untuk menduduki kekuasaan atau pemerintahan saja. Sebaliknya, akan menjadi lebih bermakna apabila politik juga mengindahkan nilai-nilai Islam di dalamnya. Apa saja? Berikut sekilas penjelasannya.
1. Musyawarah
Kita semua pasti sudah sering mendengar kata ini. Musyawarah adalah hal yang sangat penting dan mendasar dalam kepemimpinan, dan dapat dikatakan bahwa musyawarah adalah awal dari suatu pemerintahan yang baik dan merupakan pilar yang menentukan keadilan di antara manusia.
Prinsip musyawarah ini sesuai dengan ayat Alquran Surah Ali-Imran ayat 159: “Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakal lah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.”
2. Keadilan
Kata yang satu ini juga sudah tidak asing, keadilan. Penyelenggara pemerintahan harus mampu adil dalam menjalankan tugasnya. Salah satu perintah Allah untuk berbuat adil terdapat dalam Al-Quran Surah Al-Nahl ayat 90: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”
3. Kebebasan
Apakah arti kebebasan? Apakah artinya kita boleh berbuat seenaknya? Kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan kita sebagai warga negara untuk memilih hal yang lebih baik, sehingga dari proses berpikir yang baik ini kita dapat menghasilkan perbuatan yang baik juga.
Kebebasan berpikir dan berbuat ini pernah diberikan kepada Nabi Adam dan Hawa oleh Allah untuk mengikuti petunjuk-Nya, sebagaimana Firman Allah SWT dalam Surah Taha ayat 123: “Dia (Allah) berfirman, “Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, maka (ketahuilah) barang siapa mengikuti petunjuk-Ku, dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.”
4. Persamaan atau Kesetaraan
Kita tahu bahwa di Indonesia terdapat berbagai suku, ras, agama dan bahasa. Tapi jangan khawatir, karena kita semua memiliki hak yang sama sebagai warga negara atau masyarakat. Prinsip persamaan atau kesetaraan ini ditegaskan juga dalam Alquran bahwa yang membedakan antara manusia lebih kepada derajat ketakwaannya.
Hal ini sebagaimana Firman Allah dalam Surah Al-Hujurat ayat 13: “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.”
5. Anti Politik Uang
Apa yang dimaksud dengan politik uang atau money politic? Selama ini di Indonesia, kita biasa mengenal politik uang dengan istilah “serangan fajar”, yang identik dengan pemberian uang atau hadiah dan sebagainya. Mirisnya hal ini dianggap hal biasa, padahal mestinya harus dihilangkan karena dapat menurunkan kualitas Pemilu dan mempengaruhi kualitas para pemimpin. Karena membuat hanya orang-orang yang memiliki uang saja yang bisa menjadi pemimpin dan sangat berpotensi membuat rakyat terbengkalai karena korupsi maupun suap yang terjadi akibat dari para pemimpin yang hanya memikirkan uang.
Prinsip ini didukung ayat Alquran Surah Al-Baqarah ayat 188: “Dan janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang batil, dan (janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim, dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui.”
6. Prinsip Boleh Meminta Pertanggungjawaban Pemimpin
Kita sebagai rakyat memiliki posisi sebagai pemantau atas kerja pemimpin, dan seorang pemimpin harus melaksanakan hak-hak atau amanat rakyatnya.
Hal ini pun disebutkan dalam Al-Quran Surah Al-Anfal ayat 27: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.”
Nah, meski politik sangat erat kaitannya dengan persoalan hubungan antara rakyat dan pemimpin, namun dalam Islam, politik memiliki makna yang luas. Jadi bukan hanya masalah pemerintahan dan posisi di lembaga negara, politik dalam Islam juga menyangkut kemaslahatan umat dalam kehidupannya serta hubungan kemasyarakatan secara umum.
Itulah sebabnya, semoga para pemimpin kita dalam berpolitik selalu menjunjung tinggi nilai-nilai Islam sebagaimana yang ada dalam Alquran demi kemaslahatan rakyat yang dipimpinnya.
EH/Islam Indonesia
Leave a Reply