Memilih Pemimpin Amanah

islamindonesia.id – Saat ini, Indonesia tengah menjelang Tahun Politik 2024. Di tahun itu akan ada kontestasi Pilpres, yang di antara tujuannya adalah untuk memilih sosok-sosok tertentu yang dianggap layak menjadi pemimpin negeri setidaknya untuk waktu 5 tahun ke depan.
Dalam setiap even kontestasi tersebut, biasanya para calon pemimpin (capres dan cawapres) di awal kampanyenya akan hadir mengenalkan diri sebagai sosok terbaik yang layak dipilih rakyat untuk membawa agama, bangsa, dan negara maju dan makmur di masa depan.
Sebagai konsekuensinya, jika ditakdirkan terpilih menjadi seorang pemimpin maka dia harus membuktikan janji-janjinya dan mempertanggungjawabkan jabatannya sebagai pemimpin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Tanggung jawab ini akan menjadi berat, karena hakikat kepemimpinannya memiliki dua dimensi.
Pertama adalah pertanggungjawabannya kepada Allah SWT. Dan kedua pertanggungjawaban yang harus disampaikan pada orang-orang yang dipimpinnya.
Keberhasilan dari sebuah kepemimpinan adalah kemampuannya memberikan perubahan positif bagi lingkungannya. Pemimpin harus mampu berpikir bagaimana menghadapi dan memenangi suatu perubahan. Kapabilitas seorang pemimpin merupakan tonggak suksesnya negara dan rakyat dalam meraih tujuan bersama.
Fungsi paling mendasar pemimpin dalam pemerintahan adalah untuk menjaga rakyatnya tetap aman; aman dari berbagai macam bahaya. Misalnya, bahaya kelaparan, bahaya kebodohan, bahaya serangan teroris, bahaya banjir, dan berbagai macam bahaya yang mengancam ketentraman dan jiwanya.
Pengalaman dari beberapa kejadian bencana di Indonesia, bahwa masyarakat terdampak bencana mampu melewati masa-masa kritisnya tidak terlepas dari kehadiran seorang pemimpin untuk menghentikan situasi krisis.
Bagaimana kehadiran Sang Pemimpin akan menjadi sorotan dalam berbagai bencana yang terjadi. Misalnya saja ketika banjir terjadi di mana-mana, masalah yang rutin di setiap musim hujan, apalagi di Ibu Kota Jakarta atau di beberapa daerah lainnya. Maka pikiran, mata, dan telunjuk rakyat cenderung mengarah kepada para pemimpin. Bahkan tak jarang dengan terang-terangan rakyat menuding sampai merundung presiden, gubernur, bupati, atau wali kota sebagai orang yang paling bertanggung jawab.
Maka yang paling awal dipertanyakan publik adalah apakah sang pemimpin tidak sanggup memikul beban kekuasaan yang diemban atau yang memang tidak amanah dalam menjalankan jabatannya. Maka dua hal penting opini dan kritik publik adalah pertama terkait dengan inkompetensi atau ketidakmampuan, dalam berbagai aspeknya, dan yang kedua terkait dengan unaccountability atau tidak bertanggung jawabnya seorang pemimpin.
Pejabat publik atau pemimpin harus siap menerima keluh kesah, pendapat, di kritik bahkan caci maki juga. Paling utama adalah bagaimana pemimpin bisa menjadi teladan masyarakatnya bukan sebaliknya muncul ketidakpercayaan publik akibat apa yang dijanjikan, atau yang disampaikan berbeda dengan kenyataan.
Rasulullah bersabda, ”Setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban (di hadapan Allah) tentang kepemimpinannya.”
Maka, betapa tak terpujinya para pemimpin yang hanya berorientasi melanggengkan kekuasaan dan melupakan penderitaan rakyatnya.
Alhasil, para pemimpin dan para penguasa hendaknya sadar bahwa keniscayaan baginya adalah untuk senantiasa berpegang teguh pada aturan yang telah digariskan dalam menjalankan roda kepemimpinannya.
EH/Islam Indonesia
Leave a Reply