Satu Islam Untuk Semua

Sunday, 01 October 2023

Kolom Haidar Bagir: Bergantung Pada Kegaiban Mutlak


islamindonesia.id – Kolom Haidar Bagir: Bergantung Pada Kegaiban Mutlak

Adanya Hadirat Dzat yang Gaib secara mutlak ini sekaligus merespon dengan baik keberatan orang terhadap Argumen Kosmologis bagi keberadaan Tuhan.

Gagasan Umum Argumentasi ini adalah: harus ada Penyebab Pertama, yang tidak disebabkan oleh penyebab apa pun.

Kalau tidak, akan terjadi regresi tanpa ujung (tasalsul, infinite regress). Karena setiap penyebab harus disebabkan penyebab lain. Begitu seterusnya.

Akibat problematik ini, maka para kritikus terhadap argumentasi ini mempersoalkan: Kenapa harus berhenti pada Tuhan? Kenapa rangkaian penyebab itu tidak jalan terus aja. Apa alasannya harus berhenti pada Penyebab Pertama itu?

Meski para kritikus itu tetap tak akan setuju, setidaknya irfan (tasawuf filosofis) telah memecahkan masalah ini dengan menetapkan bahwa Tuhan dalam hadirat tertingginya bersifat Gaib Mutlak. Tak ada yang bisa mencapainya. Itulah Sang Penyebab Pertama.

Dalam konteks ini, irfan – berbeda dengan logika atau sains – memang sejak awal sudah membatasi kemampuan persepsi manusia. Bahwa, setinggi apa pun persepsi manusia, bahkan persepsi puncak spiritualnya – tak terkecuali persepsi Nabi (Muhammad Saw) – bersifat berbatas dan tak bisa mencapai Kegaiban Mutlak.

Memang, pada akhirnya, agama memang dilandaskan atas iman.

Iman adalah kepercayaan atau keyakinan yang, kalau pun ada dasar (ground)-nya, tak punya dasar logis atau saintifik.

Meski prosedur logis-saintifik membantu dalam mengangkat manusia kepada persepsi – tepatnya pengalaman-spiritual – tidaklah pengalaman spiritual akan sampai kepada pengetahuan yang gaib secara mutlak itu.

Paling jauh dia akan membawa ke suatu keadaan hayrah (kebingungan kreatif, bukan kebengongan yang kosong pengetahuan). Yang, selanjutnya kebingungan itu akan mendorong persepsi seseorang kepada suatu loncatan keimanan (leap of faith).

Dan meski Kegaiban Mutlak itu kosong kandungan pengetahuan, setidaknya orang bisa percaya akan keberadaannya. Itulah Tuhan.

Yang selebihnya, semua tajallinya, bisa dipersepsi – sebagai memiliki kandungan pengetahuan – dan mengada atas sebab (kuasa) hadirat di atasnya.

Dengan cara ini, argumen kosmologis-kausalistik bisa dipertahankan, senyampang menetapkan adanya Penyebab Pertama.

Selanjutnya, mengenai sifat-sifat kemahakuasaan dan kebaikan Tuhan, dan lain-lain, bisa ditentukan lewat argumen-argumen lain, termasuk argumen teleologis, argumen ontologis, dan – dalam tradisi filsafat Islam – “argumen orang-orang yang shiddiq/orang-orang yang sudah mengalami realisasi (penyingkapan) spiritual puncak” – dan, karenanya, disebut sebagai burhan al-shiddiqiin

AL/ Islam Indonesia/ Featured Image: medanposonline.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *