Satu Islam Untuk Semua

Monday, 08 July 2019

Kolom Haedar Nashir: Anatomi Gerakan Wahabiyah (1)


islamindonesia.id – Kolom Haedar Nashir: Anatomi Gerakan Wahabiyah (1)

Anatomi Gerakan Wahabiyah (1)

Oleh Haedar Nashir | Ketua Umum PP Muhammadiyah

Wahabi (Wahhaby) sebutan bagi orang yang mengikuti paham Muhammad bin Abdul Wahhab, sedangkan pahamnya disebut Wahabiyah (Wahhabiyyah) atau Wahabisme. Sebutan Wahabi atau Wahabiyah lebih merupakan konstruksi atau gambaran yang diberikan terhadap orang atau kelompok yang dianggap mengikuti paham Muhammad bin Abdil Wahhab itu, kadang dengan julukan yang negatif. Muhammadiyah misalnya oleh mereka yang tidak suka sering dikaitkan dengan Wahhabi, baik dulu maupun saat ini.

Para pengikut Muhammad bin Abdil Wahhab sendiri lebih memilih sebutan ”Al-Muwahhidun”, artinya orang-orang mengikuti Tauhid (Keyakinan kepada Allah Yang Maha Esa) yang menjadi landasan dan orientasi utama ajaran Islam. Kelompok  ini juga lebih suka disebut  “As-Salafiyyin”, “Ahl Tauhid”, “Ahl Sunah”, “Al-Hanabilah”, “An-Najdiyyun”, serta predikat lain yang menurut mereka dikesankan sebagai predikat syar’i yang baik (Anshary, 2006).

Pendek kata, menurut Nashir bin Abdul Karim Al-Aqli, pengikut Wahhabiyah ini lebih suka dan mengidentifikasikan dirinya dalam predikat Islamiyyah La Wahhabiyyah, pengikut ajaran Islam dan bukan Wahabiyah.

Tauhid memang menjadi sentral pemikiran dan gerakan Wahhab, sebagaimana tulisan utamanya Kitab At-Tauhid.  Tulisan Abdul Wahhab yang lain di antaranya Risalah Kasyf Asy-Syubhat, Tafsir Al-Fatihah, Ushul Al-Iman, Tafsir Syahadatain Lailahaillallah, Ma’rifat Al-‘Abdi Rabbahu Wa Dinahu Wa Nabiyahu, Al-Masail Al-Lati Khalafa Fiha Rasulullah SAW Ahlal Jahiliyyah, Fadhl Al-Islam, Nasihat Al-Muslimin,  Ma’na Al-Kalimah At-Thayyibah, Al-Amr Bi Al-Maruf Wa Nahyu ‘An Al-Munkar.

Wahhab berkomitmen kuat untuk menegakkan tauhid yang diyakini dan dipahaminya sebagai murni sebagaimana aqidah “As-Salaf As-Shalih”,  sekaligus memberantas praktik syirk dan bid’ah di kalangan umat Islam di Jazirah Arab kala itu yang dipandang bertentangan dengan ajaran tauhid.

Sebutan ”Wahhabi” bagi pengikut Muhammad bin Abdil Wahhab  dan ”Wahabisme” atau ”Wahhabiyah” untuk gerakannya, jauh lebih populer dari gerakan Islam ini, yang sering disamakan dengan  gerakan Salafiyah atau Fundamentalisme Islam yang militan di abad modern (Obert, 1997).  

Wahabiyah secara khusus dilekatkan dengan dan mengatasnamakan gerakan Salaf, yakni orientasi keagamaan yang ingin kembali ke masa Nabi dan tiga generasi sesudahnya, yang dipandang mempraktikkan Islam yang murni. Gerakan ini memiliki pengaruh yang luas  untuk memurnikan tauhid umat Islam, menghilangkan segala perbuatan bid’ah, serta menghancurkan paham-paham yang banyak dianut oleh kaum Muslimin (Al-Hafni, 1999).

Sosok Abdul Wahhab

Wahabiyah dinisbahkan pada Muhammad bin Abdil Wahhab, sosok yang sarat kontroversial dalam sejarah pergerakan Islam. Maka sosok ini penting untuk diketahui karakter sikap dan tindakannya dalam latar kehidupannya di tempat kelahirannya, Najd, Saudi Arabia. Faktor pribadi dengan pengalaman hidup yang dialaminya sering berpengaruh terhadap watak sebuah gerakan.

Secara sekilas, Muhammad bin Abdil Wahhab lahir tahun 1115 H (1703 M) dan wafat tahun 1206 H (1792 M) dalam usia 91 tahun. Lahir dan besar di Najd (Semenanjung/Saudi Arabia), sebuah pedesaan gurun pasir kering yang diwarnai corak budaya Badwi (‘Araby). Najd dikelilingi  oleh daerah Hijaz di sebelah barat, Dahna di timur, Raba’ Al-Khali di selatan, dan Nufuzd Al-Kubra di sebelah utara.

Sejak zaman jahiliyah Najd dihuni oleh banyak kabilah besar Arab pedesaan. Di antara sub-daerah penting Najd ialah Yamamah sebagai jantung daerah ini, yang meliputi desa Dar’iyah, Uyainah, Riyadh, dan Huraimala’.

Wahhab memiliki sikap keras dan puritan sebagaimana pada umumnya anak-anak di Najd kala itu, yang berbalut budaya Badwi pedesaan. Wahhab kecil sempat dikirim ke Madinah untuk menimba ilmu, dari sini pengaruh mazhab Hanbali dan idealisasi tentang kehidupan Salaf Al-Shalih terbentuk dan ikut menempa karakter Wahhab menjadi sangat puritan dalam beragama.

Di daerah kelahirannya anak muda ini gelisah karena banyak praktik syirk dan bid’ah dalam beragama, yang membuatnya tidak sabar. Sewaktu ayahnya masih hidup, sang anak masih bersikap sabar sebagaimana dianjurkan ayahnya. Setelah ayahnya wafat, Wahhab mulai mandiri dan kehilangan kesabarannya untuk “beramar ma’ruf dan nahyu munkar”. Di tempat kelahirannya saat ini memang praktik pemujaan terhadap kuburan dan ajaran sufi memang meluas, yang menimbulkan persoalan dalam konteks ajaran tauhid yang diyakini Wahhab.

Najd kala itu secara politik kebetulan berada dalam wilayah kekuasaan Dinasti Umayyah pada masa Muawiyah dan Yazid bin Muawiyah, setelah itu di bawah kekhalifahan Abbasiyah dan Turki Usmani. Daerah ini sebagaimana jazirah Arabia yang luas kala itu tentu selalu menjadi rebutan kekuasan-kekuasaan Islam pasca Kekhalifahan Utama (Khulafa Ar-Rasyidun).

Dengan berbagai praktik penyimpangan politik dan keagamaan, disertai konflik antargolongan dan mazhab yang mempengaruhinya, kehadiran berbagai Dinasti Kekhalifahan ini membekas dalam alam pikiran Wahhab.

Di belakang hari, menurut sebagian kalangan, latar belakang politik dan keagamaan yang dipandang menggelisahkan Wahhab inilah, yang membuat sosok ini bersama Muhammad bin Sa’ud kemudian menolak “Sistem Kekhalifahan”, dan lebih memilih “Sistem Kerajaan” dalam wujud “Kerajaan Saudi Arabiyah”, yang sebenarnya bersifat dinasti juga.

Wahhab belia setelah dari Madinah sempat bermukim di Basrah, kota metropolitan yang sangat ternama di Irak (teluk Persia) kala itu. Di Basrah inilah, anak desa ini mengalami “kejutan budaya”. Di kota besar ini dia menyaksikan kehidupan keagamaan yang plural dan riuh rendah dalam banyak perdebatan, banyak mazhab pemikiran, dan kehidupan masyarakat kota yang gemerlap.

Wahhab memandangnya kehidupan Basrah itu, baik dalam hal keagamaan maupun budaya, sebagai “tumor yang membuat Islam lemah”.  Karenanya dia kembali ke kampung halamannya di desa Najd itu dengan semangat membara  untuk memberitakan “kebangkitan agama melalui pemulihan Islam ke bentuknya aslinya”.

Tauhid ditegakkan, syrik dan bid’ah dilenyapkan. Setiap orang harus mematuhi hukum yang ditetapkan Kitab Suci dan hidup persis seperti kaum awal generasi Salaf masa Nabi dan tiga generasi sesudahnya. Siapa saja “yang menghalangi pemulihan umat yang suci dan aseli ini harus dibinasakan” (Anshary, 2006).

Setelah lari ke Ad-Dar’iyyah dan berkoalisi dengan Pangeran Su’ud, sejak itu gerakan pemurnian Islam ala Wahhab bersenyawa dengan gerakan politik yang sama kerasnya dari Su’ud, yang di belakang hari melahirkan aliansi kekuasaan Wahhabiyah-Su’udiyah dan membentuk Kerajaan Saudi Arabia hingga langgeng sampai sekarang.

Tahun 1766 Pangeran Su’ud dibunuh dalam pergolakan politik di jazirah ini melawan kekuasaan Bahrain dan Turki Usmani, kemudian digantikan anaknya Abdul Azis bin Su’ud untuk menyatukan kembali jazirah Arab. Sementara tahun 1792 Muhammad bin Abdil Wahhab meninggal dunia, dengan meninggalkan 20 orang janda dan anak-anak yang tidak terhitung jumlahnya (Anshary, 2006).

Wahhab muda kemudian melakukan gebrakan memerangi praktik syrk dan bid’ah serta semangat menegakkan syari’at Islam yang dipahaminya. Didukung sejumlah pengikutnya, Wahhab melakukan penebangan pohon-pohon yang dikeramatkan oleh penduduk Uyainah, merobohkan bangunan cungkup kuburan Zaid bin Al-Khattab Radhiyallahu Anhu, dan menghukum rajam perempuan yang berzina (Al-Aqli, 2006).

Banyak yang mendukung, tetapi tidak sedikit pula yang menentang. Akhirnya Wahhab diusir dari Najd dan lari ke Ad-Dar’iyyah, yang mempertemukan dirinya dengan Muhammad bin Sa’ud, yang dikemudian hari bekerjasama melakukan gerakan “pemurnian Islam” sekaligus gerakan politik untuk mendirikan Kerajaan Saudi Arabia untuk pertama kalinya.

Bersambung ke Bagian 2.

PH/IslamIndonesia/Sumber: Suara Muhammadiyah

One response to “Kolom Haedar Nashir: Anatomi Gerakan Wahabiyah (1)”

  1. Yg dianggap bid’ah itu kan menurut penafsiran Wahabi.

Leave a Reply to Tjeppy Mulyadi Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *