Satu Islam Untuk Semua

Saturday, 29 May 2021

Kolom Faqry Fachry: Tentang Hikmah Jabr (Pemaksaan) dan Hukuman/Cobaan


islamindonesia.id – Kolom Faqry Fachry: Tentang Hikmah Jabr (Pemaksaan) dan Hukuman/Cobaan

Tentang Hikmah Jabr (Pemaksaan) dan Hukuman/Cobaan

Oleh Faqry Fachry | Muhib di jalan menuju Mahbub

Setiap makhluk bermula di bumi dengan isti’dad (predisposisi, kesiapan, dan kapasitas) yang berbeda-beda, sesuai dengan arketipe permanen (‘ayn tsabit) yang merupakan asalnya masing-masing.

‘Ayn tsabit yang berbeda-beda ini merupakan derivasi (tanazzul/tajalli) dari asma Allah yang tak terbatas jumlahnya. Sesuai dengan itu, ada ‘ayn tsabitah yang didominasi asma’ jamaliyah (keindahan, kelembutan), dan ada yang jalaliyah (kedahsyatan, kekerasan).

Karena itu pun ‘ayn tsabitah (jamak ‘ayn tsabit) pun tak berhingga jumlahnya. Maka tak ada batas juga dalam variasi makhluk Allah yang ada di bumi dalam hal isti’dad ini. Ada yang berada lebih bawah dalam hirarki keberadaan (maratib al-wujud), dan ada yang lebih atas. Ada yang memiliki lebih banyak kebaikan – sesuai dengan maqam-nya dalam hirarki wujud, dan ada yang sebaliknya.

Dengan kata lain, meski semua orang memiliki kekurangan, ketaksempurnaan ontologis bawaan, ada yang memilikinya lebih banyak dan ada yang lebih sedikit. Maka, Allah, Rabb semua makhluk pun merawat mereka sesuai dengan isti’dad khas masing-masing.

Meski bermula secara berbeda-beda, berkat cinta-Nya, Allah akan merawat semua makhluknya sehingga pada akhirnya semuanya bisa menjadi bersih dari kekurangan-kekurangan ontologisnya, menjadi sempurna kembali, dan siap menyatu kembali dengan sumber-Nya. Yaitu Allah Swt.

Karena itu, ada ungkapan bahwa seluruh daur proses penciptaan sesungguhnya adalah daur “Allah (ber-tanazzul/ber-tajalli) ‘menjadi’ manusia agar manusia ‘menjadi’ Allah.”

Bagaimana cara Allah merawatnya? Yakni dengan mengoperasikan kapasitas welas asih dan hikmah-Nya. Dalam kaitannya dengan perdebatan apakah manusia memiliki ikhtiar bebas atau sepenuhnya terikat “pemaksaan” oleh Allah, kita harus lebih dahulu mengatakan bahwa pada akhirnya Allahlah Aktor dalam semua kejadian di alam.

Jika tidak demikian, maka  itu berarti pembatasan atas kekuasaan Allah. Tapi apakah kemudian manusia sepenuhnya terikat?

Persoalan ini berada di luar tulisan ringkas ini. Yang pasti, posisi tulisan ini tidak pada qadariyah, yang percaya pada ikhtiar bebas mutlak manusia, melainkan pada semacam al-amr bayn al-amrayn (di antara keduanya) dengan Allah sebagai Aktor Primer segala tindakan manusia.

Jika demikian, pertanyaannya, kenapa ada yang mendapatkan karunia, tapi ada yang mendapatkan kesulitan bahkan hukuman?

Kata Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad:

الخلق مع الحقّ لا يخلو أحد منهم أن يكون في إحدى الدائرتين، إما في دائرة الرحمة أو في دائرة الحكمة. فمن كان اليوم في دائرة الرحمة كان غدا في دائرة الفضل. ومن كان اليوم في دائرة الحكمة كان غدا في دائرة

 العدل.

“Posisi makhluk terhadap Allah (Dzat Yang Maha Haq) tidak akan lepas dari salah satu dari dua lingkaran. Ada kalanya mereka berada dalam lingkaran rahmat Allah atau berada dalam lingkaran hikmah-Nya. Apabila mereka hari ini berada dalam ruang rahmat-Nya maka mereka kelak akan berada dalam naungan anugerah (fadhl)-Nya, dan apabila mereka sekarang berada dalam ruang hikmah-Nya, maka kelak mereka akan berada dalam ruang keadilannya….”

Sesungguhnya, pada akhirnya lingkaran hikmah pun – meski melibatkan hukuman dan cobaan (‘adl) – tetap saja berada dalam dominasi lingkaran rahmah (welas asih), sebagaimana asma jalaliyah Allah SWT berada dalam dominasi asma jamaliyah-Nya.

Karena, bahkan hukuman dan cobaan itu dilakukan Allah dalam rangka memperbaiki kekurangan-kekurangan ontologis manusia demi penyempurnaannya tersebut.

Karena itu, pertanyaan yang biasa diajukan orang – jika Allah menentukan segalanya, kenapa ada hukuman dan ganjaran bagi manusia – menjadi tidak relevan. Karena sesungguhnya justru hikmah Allah itu mengambil bentuk hukuman atau cobaan itu sendiri. Dengan kata lain, hukuman atau cobaan itu adalah kebaikan bagi manusia yang menerimanya. WalLaah a’lam. []

PH/IslamIndonesia/Foto utama: ballzmag.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *