Satu Islam Untuk Semua

Friday, 22 September 2023

Kolom – Dr. dr. Muzal Kadim, Sp.A (K): Tangisan bayi


islamindonesia.ia – Kolom – Dr. dr. Muzal Kadim, Sp.A (K): Tangisan bayi

Tangisan bayi ternyata tidak sesederhana seperti yang terlihat sehari-hari.

Bayi berkomunikasi lewat tangisan. Kalau bayi lapar, tidak nyaman, minta diperhatikan, pipis, pup atau sebab lain, dia akan menangis.

Tangisan bayi yang berlebihan di awal kehidupan sering disebut sebagai “excessive crying baby” atau “infant colic”.

Bayi jadi serba salah. Ditidurkan salah, digendong salah, masih tetap menangis, diberi minum masih menangis, dibersihkan pup maupun pipisnya tetap menangis, diperiksa mungkin ada luka atau yang lain, tapi bayi masih tetap menangis keras.

Tangisan bayi yang berlebihan ini bisa membuat frustrasi ibu dan semua yang ikut merawat bayi tersebut.

Bahkan bagi ibu yang baru punya bayi pertama jadi panik dan stres, tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan.

Padahal bila ibunya panik dan stres bayi bisa ikut merasakan juga, sehingga bayi semakin menangis.

Penelitian tentang “tangisan bayi” ini secara medis sudah berlangsung lebih dari 70 tahun, sejak Wessel membuat kriteria “rule of three” (bayi menangis lebih dari 3 jam/hari, 3 hari/minggu, selama 3 minggu).

Sudah ratusan penelitian tentang tangisan bayi ini dipublikasi di berbagai jurnal di dunia.

Baik jurnal bidang gastro anak, alergi imunologi, pediatri sosial, psikiatri anak, psikologi, mikrobiologi, herbal, pengobatan alternatif, serta bidang lain.

Semua membahas tentang tangisan bayi sesuai bidangnya masing masing.

Ternyata tangisan bayi ini merupakan masalah yang kompleks, multifaktor, dan tidak bisa ditinjau dari satu sebab saja.

Penyebab tangisan bayi ini dapat dikaji dari aspek fisik, mental maupun spiritual.

Dari aspek fisik, tangisan bayi ini diduga karena suatu kolik atau sakit perut.

Kolik ini bisa disebabkan karena berbagai kondisi seperti alergi protein susu, intoleransi laktosa, disbiosis bakteri usus, refluks, dan yang lain.

Dari aspek mental, tangisan bayi ini diduga karena beberapa kondisi seperti kurangnya kontak fisik maupun psikologis ibu ke bayinya, lingkungan yang tidak nyaman, bising, dan yang lain.

Kurangnya kontak ibu ke bayi dapat terjadi misalnya pada ibu yang belum siap melahirkan, ibu yang terlalu lelah, bayi yang tidak diharapkan, dan yang lain.

Yang menarik adalah aspek spiritual yang jarang disebut.

Dalam kajian tasawuf, disebutkan ruh seorang bayi masih terhubung dengan Tuhan secara langsung tanpa perantara dan tanpa hijab, di tahun pertama, terlebih lagi di 4 bulan pertama kehidupan.

Di periode ini ruh bayi masih bertauhid dengan fitrahnya, sebagaimana ruh ketika berada di alam dzar (alam sebelum janin).

Dalam surah Al-A’raf ayat 172 disebutkan bahwa di alam dzar ini ruh manusia bersaksi bahwa Allah adalah Tuhan manusia.

Jadi Tauhid ini adalah fitrah manusia sejak awal.

Seiring waktu hubungan ruh bayi tersebut semakin memudar.

Bayi harus menjalani kehidupan di alam dunia yang baru dan asing, bayi harus tumbuh dan belajar kembali untuk bertauhid.

Ini adalah periode yang berat bagi ruh bayi.

Karena itu bayi sering menangis berlebihan di periode ini, karena kerinduan untuk kembali ke rahim ibunya yang nyaman.

Ini juga yang bisa menjawab kenapa bayi menangis tersebut biasanya menjadi tenang bila didekap oleh ibunya dengan lembut, bukan oleh ayahnya atau yang lain.

Karena bau ibu merupakan kenangan yang nyaman, seperti saat bayi di dalam rahim. Wallahualam

AL/Islam Indonesia/Featured Image: bepanthen.co.id

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *