Satu Islam Untuk Semua

Saturday, 27 August 2022

Kolom Dr. dr. Muzal Kadim, Sp.A (K): Jalan pagi


islamindonesia.id – Kolom Dr. dr. Muzal Kadim, Sp.A (K): Jalan pagi

Jalan Pagi

Oleh Dr. dr. Muzal Kadim, Sp.A (K)

Sejak belasan tahun yang lalu, jalan pagi merupakan rutinitas yang sangat kunikmati. Banyak sekali manfaat dari jalan pagi, seperti sehat dan bugar, cerah pikiran, ketenangan, bisa bertafakur dan ber-tadzakkur, mengamati lingkungan sekitar, dan mensyukuri karunia-Nya yang demikian besar.

Aku seringkali mendapat ide membuat tulisan saat jalan pagi.

Sambil jalan pagi, bertafakur dan berzikir merupakan kenikmatan yang luar biasa, membuat pikiran menjadi tenang-tenteram, semua masalah yang membuat pikiran galau hilang seketika.

Jalan pagi di seputar kompleks rumahku yang asri—dengan pemandangan yang hijau penuh dengan pepohonan—membuat pikiran menjadi nyaman dan damai.

Tidak jauh dari kompleks, sekitar belasan meter, ada perkampungan yang sangat padat. Di sana terdapat rumah-rumah petak kecil berukuran sekitar 2×3 m, bahkan lebih kecil dari kamar anakku, itupun kadang masih dipakai berjualan kelontong atau makanan kecil di depannya.

Jalanannya selebar setengah meter, berbelok-belok dan bercabang, namun masih dilalui motor yang lalu lalang. Saluran airnya kumuh, penuh dengan sisa makanan dan sabun, karena banyak yang mencuci pakaian di teras rumahnya. Benar-benar potret kemiskinan yang nyata di tengah kota.

Aku paling suka melewati daerah tersebut, sambil memberi sekadarnya, sambil mensyukuri karunia luar biasa besar yang diberikan oleh-Nya dalam hidupku, bila dibandingkan mereka semua.

Mengapa Tuhan memberikan karunia demikian besar kepada aku dan keluargaku? Apa yang membuat kami pantas menerimanya?

Aku merenung sambil berjalan, memikirkan bahwa tidak ada sedikit pun ketaatan maupun amal jariah yang membuat kami pantas menerima karunia sebesar itu. Semua itu semata-mata adalah Rahmat dan Kasih Sayang-Nya yang penuh misteri.

Ada semacam gardu kecil yang sering dipakai istirahat dan tiduran orang yang kelelahan. Kadang aku melihat bapak pengayuh odong-odong komidi putar anak yang tidur kelelahan di situ. Kadang aku melihat pengamen anak dan remaja yang istirahat sambil menghitung recehnya. Kadang aku melihat manusia silver, orang yang mengecat tubuhnya dengan serbuk untuk menarik perhatian agar diberi sedekah. Kadang aku melihat pengamen ondel-ondel yang lelah dan istirahat sejenak sebelum beraksi mengumpulkan sedekah. Beraneka ragam orang yang sangat miskin dan duafa dapat dilihat di gardu itu.

Seringkali aku tidak bisa menahan tetesan air mata melihat kondisi tersebut. Sementara di berita, demikian banyak uang yang berlimpah-ruah dikorupsi. Uang yang jumlahnya tak terbayangkan ditimbun oleh oknum petugas polisi berpangkat jendral. Juga ada rektor terpelajar pemimpin universitas, yang mestinya memberi contoh, malah menilap uang mahasiswa yang mungkin didapat dari hasil usaha mati-matian orangtuanya demi pendidikan anaknya.

Ternyata jalan kaki tidak sesederhana kelihatannya.

Sebuah buku yang ditulis oleh Frederic Gros,  yang berjudul Philosophy of Walking, khusus membahas tentang jalan kaki dengan cara yang berbeda. Buku yang sangat terkenal di Prancis ini membahas rahasia di balik jalan kaki.

Banyak filosof terkenal mempunyai kebiasaan jalan kaki yang luar biasa. Mereka melakukan kegiatan ini sebagai aktivitas rutin yang penting dalam hidup mereka. Socrates mempunyai kebiasaan jalan kaki berkeliling pasar di Yunani kuno, sambil berdialog dengan semua kalangan. Gerard de Nerval terbiasa jalan kaki sambil bicara untuk menghilangkan kemurungannya. Immanuel Kant, mempunyai jadwal jalan kaki yang ketat setelah makan siang. Jacques Rousseau, selalu berjalan kaki untuk berpikir. Nietzche selalu berjalan kaki di lereng gunung Alpen, untuk menulis. Mark Twain selalu berjalan mondar mandir saat mencari ide.

Nabi Muhammad Saw. sendiri dikenal memiliki kebiasaan berjalan kaki. Berdasarkan riwayat dari Ibnu Abbas, beliau menjaga kesehatan tubuhnya antara lain dengan rutin berjalan kaki.

Dalam riwayat lain disebutkan,

“Aku belum pernah melihat orang yang lebih baik dan lebih tampan daripada Rasulullah, roman mukanya secemerlang matahari, juga tidak pernah melihat orang yang secepat beliau ketika berjalan. Seolah-olah tanah ini digulung oleh langkah beliau. Kami berusaha untuk mengimbangi jalan beliau dengan begegas, namun beliau tampaknya seperti berjalan santai saja.”

Berjalanlah selagi kita masih diberi kesempatan untuk melakukannya, karena tidak semua orang bisa melakukannya. Wallahualam. []

PH/IslamIndonesia/Foto utama: Dok. Pribadi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *