Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 18 June 2020

Kisah oleh Jalaluddin Rumi: Perdebatan Orang Badui dan Orang Bijak


islamindonesia.id – Kisah oleh Jalaluddin Rumi: Perdebatan Orang Badui dan Orang Bijak

Seorang Badui membuat untanya yang malang mengangkut dua karung besar – salah satunya dipenuhi gandum. Dia duduk di atas karung-karung itu ketika mengendarainya. Seorang berilmu menanyainya, dengan dada penuh kesombongan.

Orang berilmu ini memulai percakapan, dengan kefasihan untuk meneliti:

Dia bertanya, “Apa isi dua karung besar itu? Katakan padaku dengan apa karung-karung itu diisi dan apa yang akan engkau dapatkan (darinya)?”

Dia menjawab, “Salah satu karung berisi gandum, yang lainnya diisi pasir yang tidak dapat dimakan manusia.”

“Mengapa membawa sekarung pasir bersamamu hari ini?”

“Karung lainnya mungkin akan merasa kesepian di jalan.”

“Tuangkan setengah gandum yang mengisi karung itu ke karung lainnya!” orang berilmu itu berkata, “ringankan beban untamu, selagi engkau masih bisa.”

Orang Badui itu berteriak, “Bagus sekali, orang terpelajar! Engkau memiliki pikiran yang cerdik, pendapatmu masuk akal – (tapi mengapa) engkau telanjang dan kelelahan, dan mengapa engkau harus berkeliaran di jalan?”

Dia mengasihani orang berilmu yang miskin ini, jadi dia berencana mendudukan orang bijak ini di atas untanya. Selanjutnya dia bertanya kepadanya, “Benar sekali, wahai orang bijak, mohon ceritakan sedikit kepadaku mengenai kehidupanmu, dengan kecerdasan dan juga bakat seperti itu, seorang menteri ataukah seorang raja—yang manakah dirimu?”

“Aku hanya orang biasa, temanku — lihatlah caraku berpakaian dan berpenampilan!”

“Berapa ekor unta yang engkau miliki?”

“Tidak ada. Tolong jangan tanya apa yang menyebabkanku tertekan!”

“Barang apa yang engkau jual di tokomu?”

“Aku tidak punya toko — jangan tekan aku lagi!”

“Baiklah, tolong beri tahu aku berapa banyak emas yang engkau miliki, wahai orang bijak yang tiada taranya, yang nasihat baiknya termasyhur? Engkau dapat mengubah dunia ini dengan alkimia, dan engkau berbicara tentang ilmu yang langka dan berharga.”

Dia menjawab, “Semua kekayaan yang aku miliki tidak dapat untuk dibelikan makanan untuk malam ini — bahkan jauh lebih sedikit! Tanpa alas kaki dan telanjang aku harus berkeliaran, menuju ke mana pun makanan gratis dapat ditemukan. Dari semua seni dan kebijaksanaan ini, yang aku dapatkan hanyalah sakit kepala dan khayalan yang sia-sia di otakku!”

Orang Badui itu kemudian berkata, “Pergilah yang jauh, agar nasib burukmu tidak menular kepadaku! Ambillah kebijaksanaan sialmu jauh dariku! Ini cuma membawa kesialan bagi umat kami.

“Engkau pergi ke sana, sebaliknya aku akan pergi ke sini. Atau aku akan berjalan di belakang jika engkau berjalan di depan. Meski hanya sekarung gandum dan pasir, itu lebih berharga di mataku ketimbang menjadi begitu bijak tapi tidak berguna!

“Kebodohanku adalah berkah, aku tidak ragu, karena hatiku puas, jiwaku taat. Jika engkau ingin mengurangi kesengsaraanmu, singkirkanlah kebijaksanaanmu — jadilah seperti aku!”

Yang dia maksud adalah bahwa kebijaksanaan tampak di dalam watak seseorang, bukan dari semacam pemberian dari Sang Pencipta. Dengan kebijaksanaan yang bersifat duniawi, keraguan akan berlipat ganda, sementara kebijaksanaan mistik membuat jiwamu menjulang tinggi.

Dewasa ini, orang-orang keji dan bejat yang cerdik mengaku-ngaku memiliki maqam yang lebih tinggi daripada mistikus mana pun. Mempelajari tipu-menipu telah membuat diri mereka sendiri terbakar. Berpura-pura dan bersandiwara, hanya itulah yang mereka pelajari. Kesabaran, pengorbanan diri, dan sifat ksatria, yang merupakan keuntungan nyata, mereka buang dengan sembarangan.

Pikiran yang sebenarnya adalah yang membuka jalan dari dalam. Jalannya adalah jalan yang dilalui raja-raja sejati. Raja yang layak adalah raja dalam haknya sendiri, bukan melalui harta atau kekuatan pasukannya, dan karenanya dia akan selalu memegang posisi ini, sama seperti kemuliaan misi Muhammad.

*Dikutip dari Jalal al-Din Rumi, Masnavi: Vol 2, diterjemahkan oleh Jawid Mojadeddi  (Oxford University Press: New York, 2004), hlm 186-188.

PH/IslamIndonesia/Foto utama: Lukisan karya Ippolito Caffi

One response to “Kisah oleh Jalaluddin Rumi: Perdebatan Orang Badui dan Orang Bijak”

  1. Andri yanto says:

    Andri ada tuli kerja marbot masjid dulu ini 15 tahun

Leave a Reply to Andri yanto Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *