Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 16 February 2023

Kisah Kasih Ibu Terjebak di Reruntuhan Gempa Turki bersama Sang Bayi


islamindonesia.id – Gempa Turki dan Suriah beberapa waktu lalu menyisakan banyak cerita tragis dan mengharukan, mulai dari harus berpisahnya korban dengan keluarga dan orang-orang yang dicintai hingga kelahiran seorang bayi di tengah bencana tersebut.

Selain itu, tersisa pula cerita perjuangan seorang ibu untuk menyelamatkan anaknya. Diketahui, seorang ibu bertahan hidup di bawah reruntuhan sambil tetap menyusui si kecil yang baru lahir dengan ASI.

Ajaibnya, baik ibu maupun bayinya mampu bertahan selama hampir empat hari ketika terjebak di bawah puing-puing setelah gempa dahsyat yang mengguncang Turki dan Suriah pekan lalu.

Ibu itu bernama Necla Camuz, dan bayinya yang berumur 10 hari, Yagiz Ulas. Dikutip dari People, keduanya diselamatkan dari puing-puing bekas rumah mereka sendiri, selama lebih dari 90 jam setelah gempa melanda pada 6 Februari lalu.

Pada saat gempa terjadi, Camuz dan Yagiz sedang berada di dalam rumah mereka di provinsi Hatay Turki. Namun tak hanya mereka berdua, suami Camuz, Irfan, dan putranya yang berusia 3 tahun, Yigit Kerim, juga berada di dalam rumah pada saat itu.

Dikutip dari NY Post, Camuz berkata bahwa dia dan suaminya yang sedang menggendong putra pertama mereka, mulai berjalan ke arah satu sama lain dari kamar yang berlawanan setelah merasakan getaran, tetapi keduanya terjepit oleh lemari pakaian mereka.

“Saat gempa semakin besar, tembok runtuh, ruangan berguncang, dan bangunan berubah posisi,” kata Camuz yang masih merasakan ketakutannya. “Ketika berhenti, saya tidak menyadari bahwa saya telah jatuh satu lantai ke bawah. Saya meneriakkan nama mereka tetapi tidak ada jawaban,” lanjutnya.

Ketika guncangan berhenti, Camuz mendapati dirinya berbaring dalam kegelapan dan berusaha untuk bernapas meskipun banyak debu dengan bayinya digendong di dadanya, kenangnya. Dia mengatakan sebuah lemari yang jatuh di sebelahnya menghentikan lempengan beton besar yang bisa jatuh ke tubuhnya dan si kecil, Yagiz.

Lalu Camuz hanya bisa mengandalkan indranya yang lain untuk mengetahui situasinya dalam kegelapan. Hingga dia merasa lega bahwa bayinya, Yagiz masih bernapas dan dia merasakan kulit dan pakaiannya yang lembut di dadanya tetapi tidak dapat mengubah posisi.

Setelah dia mengetahui situasinya, dia mendengar suara-suara di kejauhan dan mulai berteriak minta tolong. “Apakah ada orang di sana? Adakah yang bisa mendengarku?” teriaknya. 

Akhirnya Camuz berusaha menarik perhatian para penyelamat dengan menggedor lemari yang telah menyelamatkan nyawa mereka dengan menghalangi mereka tertimpa beton. Dia mengambil potongan-potongan kecil dari bangunan yang hancur dan menggunakannya untuk membenturkannya ke lemari ketika dia tidak mendengar apa-apa lagi.

“Saya ketakutan,” kata Camuz.

Namun, dia mulai menyadari bahwa tidak ada yang bisa menjawab. Jadi selama berhari-hari, upayanya untuk meminta tolong tidak terdengar.

Camuz mengatakan bahwa dia takut tidak ada yang datang untuk menyelamatkan mereka, ia juga merasa bahwa dia tidak percaya jika dia akan selamat. Namun Camuz tetap berharap demi bayinya, Yagiz.

Di tengah-tengah situasinya ini, nalurinya sebagai ibu masih ada, sehingga dia fokus untuk menjaga agar bayinya tetap hidup.

Dengan upayanya, Camuz berhasil menyusui putranya saat mereka menunggu bantuan, tetapi ia tidak dapat mengonsumsi makanan atau air untuk dirinya sendiri. Jadi pada suatu waktu, dia mencoba untuk meminum ASI-nya sendiri.

Selama mereka belum ditemukan, Camuz hanya bisa menghabiskan waktunya dengan tertidur di bawah reruntuhan tersebut. Sedangkan Yagiz kadang-kadang menangis, dan pada saat itu dia akan menyusuinya sampai dia berhenti menangis.

Penyelamatan Camuz dan Yagiz

Pada akhirnya di hari ketiga, Camuz tiba-tiba mendengar gonggongan anjing dan suara-suara yang mendekat. “Kamu tidak apa apa?” salah satu suara bertanya. “Ketuk sekali untuk Iya.”

Tim penyelamat dari Departemen Pemadam Kebakaran Kota Istanbul dengan hati-hati menggali puing-puing sampai mereka menemui Camuz dan Yagiz. Camuz menyerahkan bayinya yang baru lahir kepada tim penyelamat dan Yagiz pun dibawa pergi dengan tandu.

Keduanya berhasil diselamatkan dan dilarikan ke rumah sakit setempat melalui ambulans. Saat Camuz ditemui, ia terlihat sambil menggendong Yagiz yang sedang berbaring tengkurap saat gempa terjadi.

Kini dia berterima kasih kepada bayinya yang baru lahir karena telah memberi harapan hidup kepadanya, sehingga mereka berdua selamat. “Saya pikir jika bayi saya tidak cukup kuat untuk menangani ini, saya juga tidak akan kuat,” jelasnya.

Camuz dan Yagiz tidak terluka parah meski terjebak di reruntuhan. Sehingga keduanya bisa keluar dari rumah sakit, setelah 24 jam mereka dirawat.

Suami Camuz, Irfan dan putra tertuanya, Yigit, juga selamat. Namun, keduanya mengalami luka serius di kaki mereka.

Camuz dan bayinya kini tinggal di tenda darurat bersama 11 anggota keluarga lainnya, karena semuanya kehilangan rumah akibat gempa. Meskipun begitu dia tetap bersyukur karena semua keluarganya masih hidup, dan senang putra mungilnya hanya memiliki sedikit ingatan tentang pengalaman mengerikan itu.

“Saya sangat senang, dia adalah bayi yang baru lahir dan tidak akan mengingat apa pun,” ungkapnya.

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *