Satu Islam Untuk Semua

Sunday, 24 September 2023

Salah Paham Soal Dosa dan Ampunan


islamindonesia.id – Adakah manusia yang bisa menjamin dirinya terlepas dari dosa dalam sehari saja? Mulai dari dosa yang muncul dari mata, telinga, mulut, tangan, kaki, badan, hingga hati yang senantiasa berjibaku dengan nafsu dan godaan setan al-rajīm.

Nafsu dan godaan setan merupakan tantangan yang niscaya akan dihadapi oleh setiap anak Adam. Apabila ia sanggup menahan dan mengendalikan setiap keinginan hawa nafsu dan godaan setan, tentu ia akan menang dan memperoleh pahala di sisi Allah. Namun, jika ia kalah dan terjerumus sehingga menjadi budak hawa nafsu dan menuruti godaan setan, maka dosa akan menyelimutinya.

Rasulullah s.a.w bersabda: “Setiap anak Adam pasti berbuat salah dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat.” (HR. Tirmiżi)

Hadis ini menggambarkan bagaimana kesalahan (dosa) merupakan perkara yang tidak terlepas dari diri manusia. Akan tetapi, Allah SWT memberikan solusi dan jalan keluar bagi hamba-Nya yang berbuat kesalahan, yaitu dengan cara bertaubat dan memohon ampunan kepada-Nya.

Dalam sebuah Hadis Qudsi, Allah SWT berfirman: “Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kalian semuanya melakukan dosa pada malam dan siang hari, padahal Aku Maha mengampuni dosa semuanya. Maka mintalah ampun kepada-Ku, niscaya akan Aku ampuni kalian.” (HR. Muslim)

Senada dengan hadis sebelumnya, hadis qudsi ini menggambarkan betapa lemahnya sebagian besar manusia dalam menghadapi setiap dorongan syahwat dan godaan setan sehingga kencenderungannya terhadap kesalahan dan dosa begitu tinggi. Karenanya, Allah SWT membuka lebar pintu ampunan-Nya setiap saat bagi hamba-Nya yang ingin bertaubat.

Salah Paham tentang Ampunan

“Tenang saja, Allah Maha Pengampun,” begitu kata hati kita berbisik saat hendak berbuat dosa.

Pengetahuan tentang pengampunan Allah Yang Maha Luas kadangkala disalahartikan oleh sebagian dari kita. Sehingga kita melakukan dosa-dosa dengan mudahnya disebabkan keyakinan bahwa Allah akan mengampuni perbuatan itu.

Terdapat dua kelompok manusia dalam menyikapi dosa dan maksiatnya kepada Allah SWT.

Pertama: Orang awam. Ia tidak mengetahui banyak tentang dalil-dalil yang umum diketahui bahwa Allah Maha Mengampuni dosa-dosa hamba-Nya. Dengan demikian, ia berputus asa terhadap dosa yang telah ia lakukan. Tidak ada tekad untuk kembali bertaubat, bahkan ia semakin dalam terjerumus ke dalam dosa yang lebih parah –wal ‘iyāżu billāh.

Oleh karenanya, mempelajari ilmu agama amatlah penting bagi setiap hamba Allah sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w: “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim.” (HR. Ibnu Majah)

Dengan mengetahui ilmu agama, seorang hamba memperoleh jalan yang terang untuk menuju Allah. Setiap tantangan duniawi maupun ukhrawi dapat ia hadapi dengan berpedoman pada ilmu yang telah Allah ajarkan melalui Rasul-NyaSetiap ia melakukan kekeliruan berupa dosa dan maksiat, ia segera sadar dan kembali mengingat hakikat penciptaan dirinya kemudian bertekad untuk tidak mengulangi dosa tersebut dan memperbaikinya dengan amalan saleh.

Kedua: Orang yang mengerti namun salah paham. Dalil-dalil yang menjelaskan luasnya ampunan Allah tentu saja diperuntukkan bagi hamba-hambaNya yang ingin kembali ke jalan yang benar dengan bertaubat dengan taubatan naṣuhā. Bukan pula maksud dalil tersebut sebagai alasan bagi pelaku maksiat untuk kembali ke dalam kubangan dosa sebab keyakinannya bahwa Allah itu Maha Pengampun.

Bukankah banyak kisah nyata yang kita saksikan, seorang yang dikenal saleh sepanjang hidupnya namun berakhir tragis di akhir hayatnya dengan kematian yang sū’ul khātimah?

Rasulullah s.a.w bersabda: ”… Sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli surga hingga jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta. Akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka, maka masuklah dia ke dalam neraka … ” (HR. Bukhari-Muslim)

Bagaimana jika saat orang tersebut sedang melakukan kemaksiatan, tiba-tiba malakul maut datang menjemputnya? Bukankah setiap amalan seorang hamba tergantung pada akhirnya?

Rasulullah s.a.w bersabda: “Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya.” (HR. Bukhari)

Allah SWT tidak sesaat pun lalai dari perbuatan orang-orang yang berbuat maksiat kepada-Nya, sebagaimana firman-Nya: “Dan janganlah sekali-kali engkau (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim …”  (QS. Ibrahim:42)

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *