Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 05 November 2014

Rasulullah, Teladan Cinta Puspa dan Satwa


Shaun Monson dalam film dokumenternya, mendefisinikan earthling sebagai segala sesuatu yang mendiami dan hidup di muka bumi tanpa dibedakan antara jenis kelamin, spesies, atau rasnya. Melalui karya yang berjudul Earthlings tersebut, Shaun ingin mengingatkan bahwa manusia bukanlah satu-satunya spesies yang tinggal di planet biru karena ia terus berbagi kehidupan dan tumbuh bersama dua elemen penting lain di bumi ini: alam dan hewan.

Dalam Islam, manusia diposisikan sebagai sebaik-baiknya makhluk sehingga alam semesta beserta isinya diciptakan untuk manusia. Namun hal tersebut tidak menjadikan Islam meyakini anthropocentrism karena ada puluhan ayat yang mengingatkan bahwa Tuhan adalah pemilik alam semesta. Karunia berupa alam semesta dan kemampuan untuk mengelolanya tidak serta-merta menjadikan manusia sebagai satu-satunya makhluk istimewa. Kombinasi antara makhluk yang tercipta dari unsur alam (tanah) seringkali mengalahkan unsur ketuhanan dalam diri manusia.

Hal itulah yang membuat kondisi dan keindahan alam semesta beserta hewan-hewan di dalamnya mulai terkikis akibat manusia-manusia yang gemar membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah. Jikalau sekawanan hewan memenuhi nafsu untuk dirinya—yang berasal dari alam—hanya demi kebutuhan, manusia sering kali memenuhi nafsu karena keserakahannya.
 
Hasil sebuah studi menunjukkan bahwa penebangan hutan dengan tujuan menjadikannya sebagai lahan industri yang terjadi di Indonesia telah melebihi angka deforestasi hutan Amazon. Deforestasi tersebut tidak hanya telah merusak pepohonan tetapi juga mengancam keberadaan satwa yang hidup di dalamnya dan manusia yang memperoleh manfaat darinya. Lebih dari itu, kerusakan alam tentunya juga akan meningkatkan potensi terjadinya bencana alam yang dampaknya kembali pada manusia itu sendiri.

Lebih dari seribu tahun yang lalu sebelum para aktivis lingkungan mengkampanyekan istilah-istilah seperti konservasi, perlindungan, ataupun daur-ulang, Rasulullah saw. telah mencontohkan kepada pengikutnya tentang pentingnya menjaga bumi. Beliau menjadikan membuang sampah pada tempatnya sebagai sebuah tanda keimanan dan memerintahkan siapapun yang memiliki sebuah tunas tumbuhan untuk menanamkannya, sekalipun kiamat sedang terjadi.

Ketika akan menanam sebuah pohon, Rasulullah saw. juga menganjurkan untuk membasahi akarnya dan menyatakan bahwa siapa saja yang mengairi sebuah pohon, seolah ia telah memberi minum seorang mukmin yang kehausan. Ganjaran yang akan diterima oleh seseorang akan lebih besar di akhirat nanti, kata Rasulullah saw., jika pohon tersebut dimanfaatkan oleh manusia dan hewan.
 
Lebih dari seribu tahun yang lalu pula sebelum lembaga kesejahteraan hewan pertama (RSPCA) didirikan pada tahun 1824, Rasulullah saw. telah mempraktikkan perlindungan terhadap hak-hak hewan, bahkan pada hal-hal yang dianggap kecil sekalipun. Pernah suatu ketika Rasulullah saw. sedang membaca Alquran, seekor kucing tertidur di jubahnya yang terurai. Dengan tidak mengganggunya, beliau justru memotong jubahnya dan melanjutkan berjalan.

Rasulullah saw. melarang menjadikan punggung hewan sebagai tempat duduk untuk sekedar berbincang-bincang dan memberikan beban yang berlebihan; melarang orang-orang untuk mengadu hewan; melarang memisahkan hewan yang masih kecil dari induknya; melarang menyembelih hewan di depan hewan lainnya. Keharusan untuk menjaga hak-hak hewan tersebut juga berlaku bagi hewan yang dipandang haram, karena bagaimanapun ia juga merupakan makhluk Tuhan.

Indonesia yang disebut sebagai negara megabiodiversity karena keanekaragaman puspa dan satwanya dihuni juga oleh lebih dari delapan puluh persen manusia muslim. Oleh karena itu, segala hal yang berkaitan dengan keberlangsungan lingkungan juga menjadi tanggung jawab manusianya. Jika program-program pemerintah untuk meningkatkan kesadaran lingkungan dianggap kurang berpengaruh, tidakkah meneladani rasul yang diutus untuk semesta alam merupakan sebuah kewajiban?

Tidaklah seorang muslim menanam sebuah tumbuhan lalu tumbuhan itu dimakan manusia, binatang ataupun burung melainkan tumbuhan tersebut akan menjadi sedekah baginya sampai hari kiamat. (HR. Muslim)

Ditulis untuk memperingati Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional, 5 November 2014.

(ARA/IslamIndonesia)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *