Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 21 January 2015

Pesan Rasulullah untuk Generasi Muda


DR. Haidar Bagir.

Ketika berbicara mengenai muda dan tua, banyak orang akan mengaitkannya dengan umur. Padahal umur berbeda dari usia. Dalam Bahasa Arab, umur berhubungan dengan sesuatu yang dimakmurkan. Usia berarti lama waktu kita hidup dan umur adalah seberapa banyak usia kita diisi amal saleh (baqiyatush shâlihât) yang akan menyumbang bekal menghadap Allah di hari hisab nanti.

Ingatlah surah Al Mulk ayat 2 ketika Allah berfirman, Dialah yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kalian, siapa di antara kalian yang lebih baik amalnya.” Menarik bahwa Allah menciptakan hidup dan mati untuk menjadikannya sebagai ujian siapa orang yang paling sempurna amal-amalnya.

Lalu, apa betul Islam dan Rasulullah memberikan kemuliaan kepada orang tua dan tidak terlalu memperhatikan anak muda dan menganggapnya hal biasa?

Ada peristiwa di akhir masa hidup Rasulullah saw. Beliau mempersiapkan ekspedisi ke perbatasan jazirah Arab dengan Syam untuk mengatasi persoalan nabi palsu. Rasulullah membentuk pasukan dan menunjuk seorang anak muda berusia 18 tahun sebagai panglima. Namanya Usamah bin zaid. Para sahabat saat itu terkejut. Riwayat menyebutkan, Rasulullah saw meninggal tapi ekspedisi belum juga dikirim. Kemudian Sayidina Abu Bakar memutuskan untuk melanjutkan ekspedisi. Namun Sayidina Umar datang berkata, “Kalaupun engkau hendak mengirim, gantilah panglimanya. Usamah terlalu muda untuk memimpin ekspedisi yang besar.” Abu Bakar loncat dan memegang janggut Umar dan berkata, “Apakah engkau meragukan keputusan Rasulullah? Aku tidak akan mengubah keputusan yang sudah diambil beliau.”

Waktu Nabi mengangkat Usamah, banyak sahabat dan calon panglima lain yang lebih berpengalaman protes. Tapi apa respon Rasulullah? “Ketahuilah anak muda ini dan orang tuanya adalah pendukungku yang setia.” Rasulullah lalu membacakan surah Al-Hadid ayat 16, “Janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepada mereka, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.Lewat ayat ini, Rasulullah seperti mengingatkan dan menyindir bahwa orang yang sudah tua belum tentu lebih baik.

Jadi, jangan kira bahwa kebaikan itu berhubungan dengan usia. Rasulullah ingin mengatakan meski usia Usamah baru 18 tahun tapi umur Usamah sudah jauh lebih banyak dari usia orang yang lebih tua karena Usamah sejak awal menjadi pengikut yang sangat setia.

Rasulullah pernah mengatakan, ”Aku berpesan kepada kalian untuk memperhatikan anak muda dengan baik, karena hati mereka sangat lembut.” Sedang dari ayat di atas, kita tahu kalau orang yang sudah terlau tua dan lama pada masa hidupnya akan memiliki hati yang keras. Karenanya, pesan ini sangat penting: janganlah menunggu tua.

Rasulullah juga menyampaikan, “Sesungguhnya Allah mengutusku sebagai pembawa kabar gembira dan peringatan. Anak-anak muda menyambutku, sementara orang tua menentangku.” Riwayat ini membuktikan sekali lagi bahwa Rasulullah memberi apreasiasi luar biasa pada anak muda.

Tapi saya juga ingin mengingatkan orang yang usianya sudah terlalu tua untuk tidak khawatir. Jadikanlah usia tua itu memiliki umur yang masih muda dengan diisi amal salih yang terus kekal, hingga nantinya tidak ada kerugian.

Dalam sejarah tercatat banyak pendukung awal Nabi adalah anak-anak muda dan berusia di bawah 20 tahun — kalau sekarang ini, bisa dikatakan pendukung Rasulullah banyak berasal dari kalangan anak SMA. Merekalah pendukung dakwah Rasulullah. Sebut saja Imam Ali, Musab bin Umar, Attab, Usamah bin Zaid, Arqam, Jafar bin Abi Thalib, Amin bin Fakhirah, dan lainnya. Bahkan di antara mereka ada yang ditunjuk sebagai pejabat-pejabat masyarakat Islam. Misal, wakil pertama Nabi ke Madinah adalah Mushab bin Umair yang berusia 20 tahun. Gubernur pertama kota Makkah berusia21 tahun. Panglima pembawa pasukan besar berusia 18 tahun. Bukan hanya itu, bahkan semua nabi yang ditunjuk oleh Allah berasal dari kalangan anak muda. Nabi Ibrahim juga masih sangat muda ketika melawan kaum penyembah berhala. Begitu pula Ashabul Kahfi, anak-anak muda yang dijamin masuk surga, termasuk anjing mereka.

Sebagai penutup, saya ingin menyampaikan pesan Nabi pada kita tentang usia muda.”Berhati-hatilah atas lima terhadap yang lima. Masa muda sebelum tua, sehat sebelum sakit, kaya sebelum miskin, senggang sebelum sibuk, dan hidup sebelum mati.” Semua ini berhubungan dengan waktu.

Mungkin kita bertanya-tanya usia berapa masuk kategori muda? Kalau menurut hadis, di bawah 40 tahun. Ada hadis yang menyebutkan, “Siapa yang sudah berusia 40 tahun sedang amal baiknya belum cukup dibandingkan amal buruknya, hendaklah bersiap-siap masuk neraka.” Jadi boleh saja kita menyebut life begins at 40. Tapi sebelum 40 tahun hendaknya kita sudah menjadi orang yang amal baiknya melebihi amal buruk. Jangan seberti kebiasaan sekarang: muda foya-foya, tua baru taubat. Siapa yang tahu tentang kematian? Rasulullah dalam hadis mengatakan, “Jauhkan dirimu dari at-taswif.” Taswif itu merasa masa hidup masih panjang hingga boleh santai dan foya-foya. Mendahulukan yang tidak penting dan menunda yang penting. Itu namanya taswif.

Nabi juga pernah berkata, “Jadikan dirimu orang yang sangat bakhil dengan usiamu, lebih bakhil dari caramu memperlakukan dinar dan dirhammu.” Bakhil itu merupakan hal buruk; banyak uang tapi disimpan terus. Dalam urusannya dengan usia, bayangkan, kita harus lebih bakhil lagi.

Sebuah hadis juga mengatakan, “Orang mukmin sibuk dalam amal saleh hingga kematian menjemput mereka.” Artinya, tidak ada alasan bagi orang mukmin untuk berleha-leha. Berleha-leha tidak sama dengan rekreasi. Dalam kitab Ihyâ , Imam Ali berkata orang yang kurang rekreasi dadanya akan sempit. Rekreasi itu penting, seperti makan dan minum, penyemangat dalam beramal saleh.

Allah berfirman dalam surah Alam Nasyrah, “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.” Mudah-mudahan setelah keluar dari acara yang berkah ini kita sadar. Jangan pernah berpikir kita masih muda karena kita belum tentu sampai tua. Jangan saat mencapai tua kita menyesal karena tidak memenuhi masa muda dengan baqiyatush shâlihât sebagai bekal satu-satunya menghadap Allah.

(Eja/Islam Indonesia)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *