Bolehkah Meninggalkan Puasa Karena Kerja Berat?

Islamindonesia.id-Bolehkah Meninggalkan Puasa Karena Kerja Berat?
Bekerja dengan tujuan mencari nafkah merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia. Oleh karena itu, sebagian orang rela memeras keringat meskipun menjadi pekerja kasar harian.
Lalu bagaimana jika seorang pekerja kasar yang muslim harus mencari nafkah pada siang di hari-hari bulan Ramadan? Sebagai kuli bagunan, misalnya, ia harus bekerja dengan mengeluarkan daya fisiknya secara maksimal di bawah terik matahari.
Mufasir Qurasih Shihab berpendapat sebagian orang dapat menjalankan ibadah puasa meskipun melakukan perkerjaan berat lantaran fisiknya kuat. Sebagian lagi tidak dapat menjalankannya ketika melakukan pekerjaan berat walau fisiknya sehat.
“Orang ini diizinkan tidak berpuasa dan membayar puasanya ketika dia sudah kuat. Atau, jika memang berlanjut (tidak mampu secara fisik) cukup membayar fidyah (memberi makan orang yang membutuhkan),” kata Quraish Shihab dalam program dialog Narasi TV “Antara Puasa dan Bekerja”, 1 Mei 2020.
Sementara ukuran kemampuan berpuasa, kata jebolan Universitas Al Azhar Mesir ini, dikembalikan kepada diri masing-masing. Ini senada dengan penjelasan ulama tentang sakit dalam ayat puasa, Al-Baqarah: 184:… Maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain…
“Kalau tangan luka itu sakit atau tidak? Sakit. Boleh tidak berpuasa dong kalau kita lihat teks. Tapi beragama itu nurani, dikembalikan kepada yang bersangkutan. Apakah Anda menganggap ini sudah membolehkan Anda berpuasa atau tidak?,” tutur penulis Tafsir Al Misbah ini.
Oleh karena itu, sebagian orang tetap berpuasa walau tampaknya melakukan pekerjaan berat. Sebagian perang di masa Nabi Muhammad meletus ketika umat Islam berpuasa di bulan Ramadan.
“Jangankan di masa Nabi, ketika Mesir melawan Israel dan menghantam garis pertahanan Bar Lev, itu di bulan puasa,” ujarnya.
Dengan demikian, kata mantan Duta Besar Indonesia untuk Mesir ini, beragama itu kembali pada individu masing-masing. Beragama tidak mengambil ukuran orang lain.
“Agama memberikan tuntunan secara umum dan dalam pelaksanannya dikembalikan kepada diri masing-masing,” tuturnya.
Tuntunan itu di antaranya dengan mengenal tujuan beragama. Tujuan beragama, kata Quraish Shihab ada lima: menjaga agama, akal, kesehatan, harta dan keturunan.
“Jadi setiap yang mendukung kesehatan itu didukung oleh agama dan setiap yang merusak kesehatan itu dilarang oleh agama,” katanya.
Leave a Reply