Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 12 October 2023

Berita Palsu dalam Perspektif Islam


islamindonesia.id – Sejak sepekan lalu hingga kini, jagad media sosial mendadak ramai dengan berbagai informasi “mengerikan” tentang apa yang terjadi di Palestina. Terbaru, adalah tentang berita palsu yang tampaknya sengaja disebarkan secara massif oleh media mainstream di Amerika dan Inggris, yang menyebutkan bahwa pejuang Hamas telah memenggal kepala ratusan bayi selama operasi Badai Al-Aqsa yang mereka lancarkan atas Israel.

Begitulah, perubahan zaman telah membawa kita kepada kemudahan dalam mengakses informasi. Perkembangan teknologi yang mumpuni sangat memungkinkan kita untuk mengakses dan memberikan informasi cukup dari genggaman kita saja. Padahal satu hal yang lebih penting dari sekadar kemudahan dalam mendapatkan dan memberikan informasi, yaitu kebenaran dan keakuratan dari informasi tersebut.

Banyak orang yang ketika menerima informasi dari group WhatsApp, akun X (Twitter), Instagram, dan Facebook, tanpa mengecek dan mencari tahu kebenarannya terlebih dahulu, mereka langsung sharing informasi tersebut, sehingga informasi yang belum tentu kebenarannya itu sudah dibagikan ke banyak orang, dan pada akhirnya jika informasi itu tidak benar, para pembaca telah termakan isu yang tidak valid.

Survei MASTEL yang dilakukan oleh Kominfo menyatakan bahwa sumber hoaks yang paling banyak beredar adalah melalui media sosial.

Secara Bahasa, informasi yang tidak benar, tidak relevan dengan keadaan sebenarnya, disebut hoaks. Hoaks memang terlihat baru di era digital ini, namun dalam perspektif Islam, pada hakikatnya hoaks telah terjadi pada zaman Rasulullah s.a.w sehingga turunlah ayat Al-Quran: “Wahai orang- orang yang beriman, jika ada seorang faasiq datang kepada kalian dengan membawa suatu berita penting, maka tabayyunlah (telitilah dulu), agar jangan sampai kalian menimpakan suatu bahaya pada suatu kaum atas dasar kebodohan, kemudian akhirnya kalian menjadi menyesal atas perlakuan kalian.” (QS. al-Hujurât:6)

Kebiasaan masyarakat dalam membicarakan suatu topik atau orang lain (ghibah) juga menjadi penyebab terbesar hoaks itu beredar. Allah SWT telah melarang orang-orang yang beriman untuk saling menggunjing (ghibah) dalam surah al-Hujurât ayat 12: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purbasangka (kecurigaan), karena sebagian dari purbasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”

Maraknya isu hoaks ini juga tidak terlepas dari rendahnya literasi dan budaya baca di kalangan masyarakat kita. Agama Islam menganjurkan umatnya untuk berhati-hati dan selalu mengecek informasi dan berita yang diterima terlebih dahulu. Secara bahasa keagamaan hal ini disebut tabayyun

Ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang berita bohong adalah surah an-Nuur ayat 11: “Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar.”

Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa agama Islam sangat memperhatikan dan peduli tentang hoaks ini sehingga dianjurkan bagi umatnya untuk selalu mengecek informasi atau berita yang diterima terlebih dahulu serta mencari tahu sumber dari mana asal informasi atau berita tersebut berasal.

Lantas apa yang harus kita lakukan ketika menerima informasi atau berita hoaks? Hal yang pertama perlu kita lakukan adalah jangan buru-buru menyebarkan atau mem-posting ulang informasi yang kita terima kepada orang lain. Baca dan cek terlebih dahulu kebenaran dari berita yang kita terima atau tabayyun. Karena jika kita langsung menceritakannya kepada orang lain atau mem-posting ulang berita hoaks tersebut kepada yang lain, maka akan dapat berdampak negatif dan merugikan pihak-pihak tertentu.

Tidak jarang, gara-gara berita hoaks tersebut bisa merusak nama baik orang lain, bisa menimbulkan permusuhan, perselisihan, pertengkaran, bahkan bisa menimbulkan perpecahan. Maka berhati-hatilah, jangan sampai kita menjadi salah satu orang yang suka menyebarkan berita palsu, bohong atau hoaks.

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *