Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 08 February 2023

Bencana dalam Perspektif Al-Quran


islamindonesia.id – Al-Quran menggunakan istilah bencana dengan beberapa term dan memiliki aksentuasi arti yang berbeda. Misal, Al-Quran menggunakan istilah mushîbah yang kurang lebih terulang sepuluh kali. Ada juga term balâ yang terulang enam kali dan term fitnah yang disebutkan sebanyak 30 kali. Dari semua 3 term tersebut harus dipahami secara komprehensif-tematik agar mendapatkan maksud dari hakikat bencana dan pesan moral di balik terjadinya bencana. 

Al-Quran banyak menceritakan berbagai peristiwa bencana yang menimpa baik umat terdahulu maupun umat Nabi Muhammad s.a.w. Pada umumnya, bencana tersebut ditimpakan kepada orang-orang kafir yang membangkang dan melakukan pelanggaran. Di antaranya, membunuh para nabi, mendustakan rasul, ingkar terhadap ayat-ayat Allah, dsb.

Al-Quran memuat beberapa kisah bencana yang terjadi; seperti banjir bandang yang menimpa kaum Nabi Nuh (QS. Al-Mu’minun:27), hujan batu yang menimpa kaum Nabi Luth (QS. Al-‘Araf:84), angin topan yang melanda orang kafir pada saat perang Khandak (QS. Al-Ahzab:9), dan bencana-bencana lainnya. 

Sebagaimana term lazim yang telah disebutkan oleh Al-Quran (mushîbah, balâ, fitnah), setiap kata memiliki relasi semantis yang kuat.

Pertama, kata mushîbah. Kata mushîbah berasal dari kata ashâba-yushîbu-ishâbatan bermakna sesuatu yang menimpa. Sedangkan kata dasar ashâba yaitu shâba, berasal dari kata shawaba yang memiliki makna benar atau tepat. Dari kata tersebut agaknya memberi kesan bahwa musibah merupakan sesuatu yang menimpa sasaran dengan tepat.

Di sisi lain kata shâba bisa juga berarti sesuatu yang turun secara terus-menerus. Hal tersebut mengapa kata al-Shawb dalam bahasa Arab yaitu hujan lebat yang turun secara terus-menerus dan al-Sayyab yaitu awan yang berpotensi menurunkan hujan yang lebat sebagaimana yang tertera dalam QS. Al-Baqarah:19. 

Kata term mushîbah telah menjadi kata serapan dalam bahasa Indonesia. Kata musibah dalam KBBI yaitu kejadian (peristiwa) menyedihkan yang menimpa. Atas dasar demikian, agaknya arti kata mushîbah dalam Al-Quran relatif sama dengan pengertian musibah pada bahasa Indonesia. Dengan begitu, term mushîbah dalam pengertian Al-Quranberhubungan dengan berbagai macam peristiwa menyedihkan yang menimpa manusia, baik mukmin, kafir maupun munafik. Meski demikian, musibah tidak akan terjadi melainkan atas kehendak Allah SWT, meski manusia juga ikut terlibat dalam mengundang datangnya musibah selama tidak berperilaku ramah pada lingkungan (QS. Ar-Rûm:41).

Kedua, kata balâ berasal dari kata balâ-yablû-balwan-wa balâ’an yang berarti menguji, rusak, sedih dan tampak jelas. Kata balâ bentuk jamaknya adalah balâyâ dengan segala derivasinya dalam Al-Quran sebanyak 33 kali. Masing-masing makna dasar tersebut memiliki relasi semantis yang sangat erat. Sebagaimana kata balâ yang bermakna ujian, Allah SWT sengaja menimpakan ujian kepada manusia untuk mengetahui objek yang diuji. Sebagaimana yang tertulis dalam QS. Al-Baqarah:155: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”

Al-Quran menggunakan kata balâ pada dua macam. Balâ dalam hal keterpurukan dan balâ dalam hal kenikmatan/menyenangkan. Sebagai contoh pada QS. Al-Baqarah ayat 155 merupakan ujian berupa hal yang tidak menyenangkan. Pada ayat yang lain, kisah Nabi Ibrahim a.s, Allah SWT juga mengujinya dengan hal yang tidak menyenangkan yaitu menyembelih anaknya, Ismail a.s (QS. Al-Shaffat:104-106). Kisah Nabi Musa a.s yang diuji Allah dengan adanya Fir’aun yang kejam (QS. Al-Baqarah:49, Al-‘Araf:141). Selain itu Allah juga menguji hamba-Nya dalam hal kenikmatan atau menyenangkan. Misal dalam kisah Nabi Sulaiman a.s yang diberikan harta yang berlimpah dan mampu berbicara dengan hewan (QS. Al-Anfal:40), ujian kemenangan umat Islam pada saat perang Badar dengan (balâan hasanan: QS. Al-Anfal ayat 17), dll. 

Ketiga kata fitnah. Dalam bahasa sehari-hari kata fitnah berbeda dengan makna yang dimaksudkan dalam Al-Qur’an. Kata fitnah dalam KBBI berarti perkataan bohong atau tanpa berdasarkan kebenaran yang disebarkan dengan maksud menjelekkan orang. Sedangkan dalam Al-Quran kata fitnah lebih dekat dengan arti balâ yaitu ujian/cobaan. Sebagaimana Allah menguji Ibu Nabi Musa a.s:  “… Dan kamu pernah membunuh seorang manusia, lalu Kami selamatkan kamu dari kesusahan dan Kami telah mencobamu dengan beberapa cobaan; maka kamu tinggal beberapa tahun di antara penduduk Madyan, kemudian kamu datang menurut waktu yang ditetapkan hai Musa.” (QS. Thaha:40)

Bencana yang menggunakan frasa fitnah dapat terjadi oleh sebab ulah perilaku manusia. Misal, pada QS. Al-Taubah:49. Kisah orang munafik yang meminta izin untuk tidak ikut berperang bersama Rasulullah karena takut, akan tetapi mereka justru mendapat bencana (fitnah). Dari ayat tersebut mengisyaratkan bahwa bencana yang menimpa kepada manusia tidak semata-mata hanya kehendak Allah secara tiba-tiba dan tanpa alasan yang jelas, akan tetapi disebabkan oleh perilaku manusia yang menyebabkan Allah murka dan memberikan bencana. Oleh karena itu, hendaknya sebagai manusia mampu menjaga perilaku yang dapat merugikan manusia dan lingkungan sekitar agar terhindar dari murka dan azab Allah.

Singkat kata, bencana yang terjadi merupakan “design” Allah dan tidak akan terjadi tanpa kehendak-Nya (QS. Al-Hadid:22). Akan tetapi, sebagai manusia yang diperintahkan untuk terus berikhtiar harus tetap menjaga dan berhati-hati berperilaku yang dapat mengundang bencana dengan banyak berbuat baik dan beristighfar kepada Allah SWT.

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *