Be Like Khadijah: 4 Karakter Istri Salehah

islamindonesia.id-Be Like Khadijah: 4 Karakter Istri Salehah
Khadijah Al Kubro merupakan wanita cerdas, terhormat, setia, berbudi luhur dan dermawan. Demikian Imam Al Dzahabi menggambarkan Ibu bagi orang-orang beriman, Ibunda Fatimah Az Zahra, Ibunda kita semua: Khadijah binti Khuwaylid.
Dialah salah satu dari empat wanita terbaik di dunia. Anas bin Malik meriwayatkan, Rasulullah pernah bersabda:
“Dari seluruh wanita di dunia yang mencapai kesempurnaan dan patut diikuti adalah: Maryam putri Imran, Khadijah putri Khuwalid, Fatimah putri Muhammad, dan Asiyah istri Firaun.” (Tirmizi).
Umumnya, para gadis belajar berumahtangga dari ibu mereka, baik ibu mereka aktif mengajarinya maupun tidak. Ibu menjadi model bagi mereka ketika membangun rumah tangga baru.
Karena itu, marilah kita menimba ilmu kepada ibu bagi orang-orang beriman walau hanya sedikit. Pada kali ini, seperti catatan laman abautislam.net, setidaknya empat karakter Khadijah yang dapat menjadi pelajaran bagi kita semua.
1) Dia yang memilih suaminya dengan bijak.
Sejarah mencatat, Khadijah menolak banyak lamaran dari para pembesar dan orang kaya Arab sebelum akhirnya menjatuhkan pilihannya kepada Muhammad Saw. Khadijah tidak memandang kekayaan dan garis keturunan adalah segala-galanya, bukan juga sebagai tujuan hidup.
Membuat keputusan bijak dalam memilih calon suami merupakan tahap krusial. Namun dengan memilih orang yang benar-benar Anda kagumi dan hormati, Anda dapat mencintai sepenuh hati.
Penghormatan yang tentunya bukan berdasar pada kekayaan materi maupun garis keturunan. Karena kekayaan paling agung bagi Khadijah adalah Muhammad Saw dengan segala akhlak mulianya.
2) Dia setia mendampingi suami walau dalam keadaan sesulit apapun
Pernikahan tidak menyulap kehidupan menjadi serba senang dan ringan. Justru ragam gelombang datang silih berganti menerjang sebagai ujian dalam kehidupan keluarga.
Semakin besar tanggungjawab suami, semakin besar pula ujian yang didahapi sang istri. Di sinilah Khadijah menjadi contoh ketika suaminya mendapatkan mandat Ilahi untuk menyampaikan risalah-Nya kepada umat manusia. Bayangkan jika Anda berposisi sebagai Khadijah, apa yang bakal ada di benak Anda?
Ketika menerima wahyu pertama – sebagian riwayat mengatakan Muhammad syok-, kepada siapa putra Abdullah itu bercerita dan meminta dukungan? Bukan kepada pamannya, bukan juga kepada para sahabatnya tapi kepada istrinya tercinta: Khadijah.
Perempuan yang dijuluki Al Kubra (yang agung) itu dilaporkan dengan tulus berkata, “Tuhan adalah pelindungku Wahai Abul Qasim!” Ibu Fatimah ini melanjutkan, “Bergembiralah. Ia yang menggenggam kehidupanku adalah saksiku bahwa kau akan menjadi Rasul umat-Nya…Bukankah kau selama ini bersikap baik kepada kaum dan tetanggamu, murah hari kepada orang-orang miskin, ramah terhadap orang asing, menepati setiap janjimu dan selalu membela kebenaran?”
Adalah wajar bila Khadijah langsung menerima kerasulan suaminya dengan mengucap dua kalimat syahadat. Putri Khuwaylid ini termasuk dari segelintir orang Makkah yang masih mengikuti ajaran Nabi Ibrahim.
Dengan kepercayaan ini, dalam kondisi sesulit apapun yang dihadapi suaminya, Khadijah senantiasa hadir mendampinginya dengan penuh empati, optimis, kehangatan, kedermawanan, kecintaan.
3) Dia penasehat yang bijak
Dia senantiasa memberikan masukan, baik berupa informasi akurat dan saran yang bijak bagi suaminya. Jika perlu, ia mendatangkan penasihat terbaik seperti Waraqah bin Naufal – salah satu sepuh dari keluarga Khadijah, pengikut ajaran Tauhid Nabi Ibrahim.
Waraqah-lah yang mendengarkan apa yang disaksikan dan dialami oleh Muhammad Saw lalu – sebagai orang yang mendalami ajaran Nabi Ibrahim -, ia memprediksi apa yang bakal terjadi di masa depan sebagai masukan bagi suami Khadijah.
Karena itu, beupayalah menjadi Muslimah yang berwawasan luas dengan menimba ilmu tanpa henti. Jika perlu, belajarlah topik yang terkait tanggungjawab yang diemban suami.
Dengan demikian, kapan saja Sang Suami butuh masukan, Anda telah siap berbagi informasi dan berdiskusi dengannya. Semakin tekun Anda belajar, semakin meningkatkan kapasitas Anda sebagai Muslimah yang bijak.
4) Dia mendedikasikan harta dan jiwanya
Kurang lebih seribu hari, Muhammad dan Khadijah, beserta para pengikutnya diboikot di lembah ‘Sy’ib Abu Thalib’. Menariknya, dari 400 orang warga lembah, yang terdiri dari wanita, laki-laki dan anak-anak, tidak ada satu pun yang menyerah apalagi ‘membelot’ menyerahkan Muhammad Saw pada Bani Umayah.
Padahal, tidak ada yang bisa memastikan kapan berakhirnya pengasingan yang membuat mereka selalu dalam kelaparan, kehausan, kepanasan, kedinginan dan kesakitan hampir setiap hari. Khadijah, sang Ratu Makkah, yang sebelumnya hidup ‘serba ada’ dan nyaman, menjelma menjadi sumber ketegaran bagi yang lain di tengah-tengah bencana dan kesusahan.
Dalam waktu tiga tahun, kekayaan Khadijah ludes diwakafkan untuk menyelamatkan orang-orang tertindas di lembah pengasingan. Sebagian besar kekayaannya untuk mendapatkan pasokan air dari kota Makkah.
Ketika risalah Islam menghadapi tantangan yang berat, Khadijah mengorbankan kekayaannya, kenyamanannya, dan pikirannya untuk Islam. Lepas dari pengungsian, bukan hanya menjadikan Khadijah jatuh miskin tapi juga jatuh sakit.
Belakangan, pasca pemboikotan, Khadijah tampaknya harus mengorbankan hidupnya. Menjelang pagi, tubuhnya yang lemah tak mampu lagi menahan serangan demam. Meskipun sakitnya tidak lama, tapi kesehatannya sangat terpuruk hingga sang perempuan agung itu menghembuskan nafas terakhirnya.
Ketika wafat, Khadijah tidak lagi memiliki harta benda bahkan untuk membeli sehelai kain kafan pun. Dengan jubah Muhammad, suaminya yang tercinta, jasad Khadijah dikafani lalu dimakamkan.
Pelajaran yang dapat dipetik dari Khadijah: berjuanglah bersama suami Anda. Tentunya berjuang bukan di jalan yang diharamkan Allah Swt. Jangan biarkan desas-desus menggerogoti kepercayaan Anda padanya.
Bersabarlah melalui derita dan cobaan. Walau seluruh dunia melawan suami Anda, tetaplah teguh mendukungnya seperti apa yang dilakukan Khadijah.
YS/Islamindonesia/Foto: aboutislam.net
Leave a Reply