3 Tipe Manusia yang Bangkrut Dunia-Akhiratnya

islamindonesia.id – Dalam perdagangan, setiap manusia tentu ingin meraih keuntungan, bukan kerugian, apalagi sampai bangkrut, yakni bukan hanya untung yang tidak diperolehnya, tapi modalpun sampai habis sehingga ia punya utang yang banyak.
Dalam hubungan dengan Allah SWT, disebut juga dengan hubungan perdagangan sebagaimana firman Allah SWT: “Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?, (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahuinya.” (QS. Ash Shaff:10-11)
Ketika keuntungan dalam perniagaan dengan Allah SWT mau dicapai oleh manusia, ternyata bisa jadi banyak manusia yang bangkrut. Rasulullah s.a.w memberikan contoh dalam sabdanya: “Tahukah kamu, siapakah yang dinamakan muflis (orang yang bangkrut)?” Sahabat menjawab: “Orang yang bangkrut menurut kami ialah orang yang tidak punya dirham (uang) dan tidak pula punya harta benda.”
Sabda Nabi: “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku datang di hari kiamat membawa shalat, puasa dan zakat. Dia datang dalam keadaan pernah mencaci orang ini, menuduh (mencemarkan nama baik) orang ini, memakan (dengan tidak menurut jalan yang halal) harta orang ini, menumpahkan darah orang ini dan memukul orang ini. Maka kepada orang tempat dia bersalah itu diberikan pula amal baiknya. Dan kepada orang ini diberikan pula amal baiknya. Apabila amal baiknya telah habis sebelum utangnya lunas, maka, diambil kesalahan orang itu tadi lalu dilemparkan kepadanya, sesudah itu dia dilemparkan ke neraka.” (HR. Muslim)
Dari hadis di atas, ada tiga tipe manusia yang bangkrut sehingga amal baiknya tidak cukup untuk menutupi keburukannya:
1. Mencaci dan memfitnah
Mencaci apalagi memfitnah merupakan perbuatan yang sangat tercela. Dalam kehidupan sekarang, banyak orang yang melakukannya sehingga terjadi banyak konflik antara satu orang dengan orang yang lain atau antara satu kelompok dengan kelompok lainnya.
Pada zaman sekarang saling mencaci bahkan sudah digunakan untuk mencari nafkah seperti pelawak dengan menghina teman lawaknya juga meskipun yang dihina tidak marah, tapi paling tidak hal itu telah membangun budaya saling menghina, apalagi yang dihina adalah ciptaan Allah SWT seperti menghina postur tubuh yang pendek, kulit yang hitam, gigi yang tonggos, bibir yang monyong, dll. Ini semua akan menjatuhkan martabat manusia dan rasa percaya dirinya menjadi rendah sehingga menjadi sesuatu yang sangat tidak dibenarkan.
Dalam konteks fitnah, hal yang sangat tragis adalah orang yang tidak bersalah dituduh sebagai orang yang bersalah, sedangkan orang yang bersalah seolah-olah menjadi tidak salah, namun hal ini sebenarnya sangat merugikan pelakunya.
Allah SWT berfirman: “Hai orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita yang lain (karena) boleh jadi wanita (yang diolok-olok) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olo) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.
Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. Hai orang yang beriman, jauhilah sebagian dari prasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain, sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Hujurat:11-12).
2. Memakan harta orang lain
Mencari harta merupakan sesuatu yang diperintah oleh Allah SWT agar manusia bisa memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya, apalagi sampai bisa membantu orang lain. Keharusan mencari harta bahkan bila perlu dengan menjelajah berbagai penjuru bumi sebagaimana firman Allah SWT: “Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS. Al Mulk:15)
Meskipun mencari harta merupakan sesuatu yang diperintahkan Allah SWT sehingga memiliki keutamaan yang sangat tinggi dan mulia, namun mencarinya tetap tidak boleh sampai menghalalkan segala cara, baik dengan menipu apalagi dengan mengambil harta orang lain. Bahkan yang sangat tragis adalah bila ia berusaha mendapatkan legalitas hukum untuk “menghalalkan” apa yang bukan miliknya itu, baik melalui notaris maupun hakim yang bisa disogok.
Inilah yang oleh Rasul s.a.w dikelompokkan sebagai orang yang bangkrut.
Allah berfirman: “Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antaramu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan harta benda orang lain dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.” (QS. Al Baqarah:188)
Setiap dari kita pasti tidak suka bila harta yang kita miliki apalagi hal itu dicari dengan susah payah, dimakan oleh orang lain dengan cara yang tidak benar, apalagi bila lembaga penegak hukum malah membenarkan sesuatu yang tidak benar itu.
Bila itu tidak kita sukai, maka bagaimana mungkin kita justru yang melakukan hal itu? Karenanya sangat wajar bila orang seperti itu termasuk orang yang bangkrut di hadapan Allah sehingga ia menjadi orang yang sangat rugi.
3. Menganiaya dan membunuh
Sebagai sesama manusia sebenarnya kita ini bersaudara, yang membuat kita harus saling menyayangi dan menghormati, bahkan saling melindungi bila ada pihak lain yang menganggunya. Karena itu jangan sampai seseorang menganiaya orang lain, apalagi sampai membunuhnya tanpa alasan yang bisa dibenarkan.
Allah SWT berfirman: “Dan barangsiapa membunuh seorang Mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya dan mengutuknya serta menyediakan azab yang besar baginya.” (QS. An Nisa:93)
Dalam kehidupan manusia, ternyata telah banyak orang menjadi bangkrut. Nasib yang akan membuat mereka sangat menderita dalam kehidupan di akhirat nanti. Hal ini karena kenyataan menunjukkan betapa banyak manusia yang menganiaya manusia yang lain dengan penganiayaan yang sangat kejam, bahkan tanpa sebab yang jelas, dan betapa banyak manusia yang membunuh orang lain tanpa alasan yang bisa dibenarkan sehingga nyawa manusia yang begitu berharga melayang begitu saja tanpa jelas pertanggungjawabannya di dunia ini.
Manakala manusia termasuk ke dalam kelompok orang yang bangkrut, maka nilai kebaikan yang ia lakukan di dunia, baik dalam konteks peribadatan kepada Allah SWT maupun dalam hubungannya dengan sesama manusia akan dijadikan sebagai penebus dosanya itu kepada orang yang dirugikannya. Namun karena begitu besar dosanya itu, maka ia pun harus menutupi dosanya itu dengan azab neraka jahannam yang tiada terkira pedihnya.
Bila kita percaya tentang hal ini, maka pembuktiannya adalah dengan tidak melakukan hal-hal yang membuat kita bisa menderita di neraka jahannam sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah s.a.w dalam hadis di atas.
EH/Islam Indonesia
Leave a Reply