Satu Islam Untuk Semua

Saturday, 28 May 2016

KHAS—Cak Nun: Siti Jenar Sudah Mati, “Siti Jenar” Masih Hidup (1)


IslamIndonesia.id–Cak Nun: Siti Jenar Sudah Mati, “Siti Jenar” Masih Hidup

 

Di kalangan masyarakat Muslim, khususnya Muslim Jawa, polemik perihal kematian Syekh Siti Jenar terus berlangsung tak kalah hebat dibandingkan dengan pro-kontra terkait ajaran Manunggaling Kawula Gusti yang terlanjur identik dengan sosok kontroversialnya. Jika kurang berhati-hati, bisa-bisa siapapun yang coba-coba membahas dua hal itu, ujug-ujug akan ketiban stigma sesat di tengah masyarakat.

Berbicara tentang Syekh Siti Jenar dalam konteks mistik memang sering memancing perdebatan. Setidaknya, banyak pihak cenderung sontak menghakimi bahwa Syekh Siti Jenar penganut ajaran sesat. Dia menyimpang dari petuah wali. Sementara itu, ada juga yang justru angkat topi terhadap paham mistiknya. Paling tidak, yang setuju ini akan berkilah bahwa Syekh Siti Jenar bukan penganut mistik sesat. Jika ada yang mengatakan demikian, maka berarti pemahaman penghujatnya lah yang maqam mistiknya masih dangkal.

Seperti pernah dimuat dalam tiga serial tulisan terdahulu, Menguak Misteri Kematian Syekh Siti Jenar, sempat muncul setidaknya dua versi kuat tentang kematian Syekh Siti Jenar–yang mengimplikasikan sang Syekh berada di pihak yang salah atau benar. Pertama, di kalangan pesantren selalu ditekankan bahwa kematian Syekh Siti Jenar dihukum pancung oleh para Wali. Alasan hukuman adalah karena ajarannya dianggap menyesatkan masyarakat. Kedua, seperti yang pernah dikisahkan Abdul Munir Mulkan dalam bukunya  Ajaran dan Jalan Kematian Syekh Siti Jenar dan Achmad Chodjim dalam bukunya Syekh Siti Jenar, Makna Kematian–Syekh Siti Jenar mati karena memilih kematiannya sendiri. Proses semacam itu, senada pula dengan kematian pujangga besar Jawa R. Ng. Ranggawarsita–di satu pihak ada yang mengisahkan dia mati terbunuh dan di lain pihak dia mati karena memilih jalan kematiannya sendiri.

Begitulah maka pembahasan seputar tokoh yang satu ini seringkali memantik kontroversi. Bahkan para pembahasnya pun kerap ikut terkena dampak stigma sesat itu. Padahal, kalangan arif tak pernah mempermasalahkan siapapun, sepanjang dia berakal sehat dan bermodal ilmu, untuk menguliti dan menyingkap tabir misteri beragam pengetahuan, tak terkecuali dalam urusan keyakinan. Sebab seperti kata Cak Nun, “Ilmu selalu membukakan cahaya. Meski di setiap ujung langkah, kegelapan kadang mencegatnya. Ternyata, itulah yang memungkinkan perjuangan menjelajahi arasyi ilmu, “berjanji” untuk mengantarkan kita ke keabadian. Sebut: ke Tuhan.”

Justru, jika seseorang menggenggam keyakinan ilmu tanpa menyisakan “ruang tak terduga”, sesungguhnya dia sedang melamar “kematian”.

Kata kematian sengaja kita taruh di antara tanda petik karena kosmologi yang kita pahami—seperti Syekh Siti Jenar memandangnya—ternyata terbalik.

Wali “sempalan” itu memandang dunia dan kehidupan absurd adanya. Kejelasannya sangat tidak jelas dan ketidakjelasannya sangat jelas. Mungkin ada kata tertoreh yang lebih lugas: “Saksikanlah, kematian
bertebaran dalam kehidupan!”

Baca juga: Menguak Misteri Kematian Syekh Siti Jenar (2) dan Menguak Misteri Kematian Syekh Siti Jenar (Tamat)

EH/IslamIndonesia/ Sumber: Sang Siti Jenar, Emha Ainun Nadjib

 

0 responses to “KHAS—Cak Nun: Siti Jenar Sudah Mati, “Siti Jenar” Masih Hidup (1)”

  1. Kobrit says:

    Siti jenang itusesat
    Mengaku tuhan

Leave a Reply to Kobrit Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *