Satu Islam Untuk Semua

Sunday, 11 September 2016

HIKMAH — Pertalian Nasab, Syafaat dan Rahmat Allah


IslamIndonesia.id- HIKMAH — Pertalian Nasab, Syafaat dan Rahmat Allah

 

Cicit Rasul SAW yang bernama Zainal Abidin meyakini bahwa sumsum ibadah adalah doa.

Beliau sendiri paling gemar berdoa di tirai Kabah dengan doanya, “Wahai Rabb-ku, Engkau menjadikan aku merasakan rahmat-Mu kepadaku seperti yang kurasakan dan Engkau berikan nikmat kepadaku sebagaimana yang Engkau anugerahkan, sehingga aku berdoa dalam ketenangan tanpa rasa takut dan meminta sesuka hatiku tanpa malu dan ragu. Wahai Rabb-ku, aku berwasilah kepada-Mu dengan wasilah seorang hamba lemah yang sangat membutuhkan rahmat dan kekuatan-Mu demi melaksanakan kewajiban dan menunaikan hak-Mu. Maka terimalah doaku, doa orang yang lemah, asing dan tak ada yang mampu menolong kecuali Engkau semata, wahai Akramal Akramin…”

Ada seseorang yang kerap melihat Zainal Abidin berdiri di bawah bayang-bayang Baitul Atiq (Kabah), gelagapan seperti orang tenggelam yang mulutnya kemasukan air, menangis seperti ratapan seorang penderita sakit dan berdoa terus-menerus seperti orang yang sedang terdesak kebutuhan yang teramat sangat.

Tanpa mau menyia-nyiakan waktu, seketika dilihatnya Zainal Abidin selesai berdoa, orang itu mendekat dan berkata kepadanya, “Wahai cicit Rasulullah, kulihat Anda dalam keadaan demikian padahal Anda memiliki tiga keutamaan yang semula saya yakini bisa mengamankan Anda dari rasa takut.”

“Apakah itu, wahai Saudaraku?” tanya Zainal Abidin.

“Pertama, Anda adalah keturunan Rasulullah SAW. Kedua, Anda akan mendapatkan syafaat dari kakek Anda dan ketiga, rahmat Allah senantiasa tercurah bagi Anda dan keluarga Anda.”

“Wahai Saudaraku ketahuilah, garis keturunanku dari Rasulullah tidak menjamin keamananku setelah kudengar firman Allah: “…kemudian ditiup lagi sangkakala, maka tidak ada lagi pertalian nasab di antara mereka hari itu” (QS. Al-Kahfi: 99).

“Adapun tentang syafaat kakekku, Allah SWT telah menurunkan firman-Nya: “Mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridhai Allah.” (QS. Al-Anbiya: 28).

“Sedangkan mengenai rahmat Allah, lihatlah firman-Nya: “Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Araf: 56). Jadi bagaimana menurutmu aku bisa merasa aman?”

***

Mencermati kisah di atas, jika cicit Rasul SAW yang mulia saja merasa demikian, maka patut kiranya kita renungkan: lalu bagaimana halnya dengan kita?

 

EH/IslamIndonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *