Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 02 November 2017

HIKMAH – Keutamaan Meluangkan Waktu Bertafakur


islamindonesia.id – HIKMAH –  Keutamaan Meluangkan Waktu Bertafakur

 

Tafakur adalah aktivitas akal, yakni penataan kembali masalah-masalah yang sudah diketahui guna mencapai kesimpulan-kesimpulan yang belum diketahui. Aktivitas  ini cakupannya lebih umum dari kontemplasi yang menjadi salah satu ciri kaum sufi dan para penempuh jalan ruhani.

Syekh Abdullah Al Anshari mendefenisikannya sebagai “Aktivitas pengelihatan batin untuk mencapai tujuan yang didambakan.” Jelas, bahwa makrifat merupakan sesuatu yang didambakan hati. Oleh sebab itu, tafakur dalam hadis ini mengandung makna khusus yang berkenan dengan hati dan kehidupan hati itu sendiri.

Jika kita membaca Al-Qur’an, istilah ‘hati’ digunakan dalam berbagai makna.  Seperti, “….dan hati telah melonjak naik hingga ke tenggorokan” (Al Ahzab: 10). Makna ‘hati’ di sini, menurut para ulama tafsir, digunakan sebagaimana yang diistilahkan para dokter.

Istilah ‘hati’ pada ayat “Mereka mempunyai hati, [tetapi] tidak mereka gunakan untuk memahami dan mereka mempunyai mata [tetapi] tidak melihat” (Al A’raf: 197), digunakan oleh para filsuf.

Dan pada ayat “Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengaran, sedangkan dia sangat menyaksikan” (Qaf: 37) dipahami semakna dengan penggunaan istilah dalam dunia kaum arif.

Nah, dalam konteks tafakur pada artikel sederhana ini, hati yang dimaksud ialah sebagaimana dimaknai oleh para filsuf yang merujuk pada Al-Qur’an surat Al A’raf di atas.  Tafakur dalam makna ini adalah kunci pembuka pintu-pintu makrifat dan merupakan khazanah kekayaaan pengetahuan dan keutamaan.

Aktivitas batin ini merupakan langkah pertama yang harus dilalui dapam perjalanan manusia menuju kesempurnaan  sejatinya. Al-Qur’an dan hadis-hadis Nabi Saw memuji dan memuliakan aktivitas tafakur, serta mengaggap orang yang tidak melakukannya sebagai manusia yang hina dan tercela.

Dalam suatu hadis, misalnya, dinyatakan bahwa satu jam bertafakur adalah lebih baik daripada satu malam beribadah. Dan, menurut sebuah hadis lain, tafakur satu jam lebih baik dibandingkan dengan ibadah satu tahun.

Dalam hadis lain lagi, disebutkan bahwa satu jam bertafakur lebih baik dibandingkan dengan enam puluh tahun beribadah (menurut riwayat lain, tujuh puluh tahun). Beberapa pakar ilmu hadis dan fikih bahkan menyebutnya lebih baik dibandingkan dengan serbu tahun beribadah.

Betapapun, tafakur itu memiliki derajat dan tingkatan yang berbeda-beda. Dalam setiap derajatnya, terdapat hasil-hasil dan konsekuensi-konsekuensi tertentu.

Di antara bentuk tafakur ialah merenungkan keindahan-keindahan ciptaan, kesempurnaan dan ketelitiannya sejauh manusia dapat melakukan. Tafakur seperti ini berkonsekuensi pada pengenalan akan Sumber Yang Mahasempurna dan Pencipta Yang Mahabijaksana.[]

 

YS/ RK/ ISLAMINDONESIA

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *