4 Pelajaran Cinta dari Nabi Termulia

islamindonesia.id – Nabi Muhammad s.a.w adalah pribadi yang dikenal lembut dan memiliki kasih sayang yang berlimpah. Itulah mengapa segala bentuk tindakan yang pernah beliau lakukan dijadikan sebagai panutan dan suri tauladan bagi umat Islam dalam mejalankan kehidupan atau aktivitas sehari-hari.
Rasulullah tidak hanya mengajarkan kita bagaimana mencintai Allah SWT sebagai sang Pencipta, tetapi juga bagaimana mencintai ciptaan Allah yang lainnya. Beliau adalah cahaya yang menerangi kegelapan, lambang belas kasihan, serta teladan kebajikan.
Nabi Muhammad s.a.w mengajarkan bahwa kita harus lebih baik dalam menghadapi kebencian, daripada harus berada di tingkat yang sama dengan mereka yang membenci.
Berikut ini 4 pelajaran cinta dan kasih sayang dari Nabi Muhammad s.a.w yang harus kita teladani.
1. Memaafkan lebih baik daripada membalas dendam
Kita pasti sudah sering mendengar tentang peristiwa perjalanan hijrah Nabi Muhammad dari Makkah menuju Thaif, ketika Nabi memilih belas kasihan daripada pembalasan dendam dan juga harapan daripada keputusasaan.
Sebagai bagian dari misi Nabi untuk menyebarkan pesan dan ajaran Islam bahwa Tuhan itu hanya satu yaitu Allah SWT, maka Rasulullah pergi ke Thaif untuk mengajak mereka agar beriman kepada Allah.
Namun, pesannya tidak hanya ditolak, tetapi beliau juga dihina oleh orang-orang Thaif. Anak-anak diperintahkan oleh orang tua mereka untuk melempar batu ke arah Nabi dan beliau pun diusir dari kota.
Ditolak dan disakiti secara fisik, Nabi s.a.w mengadu kepada Allah dengan memanjatkan doa, “Ya Allah, kepada-Mu aku mengadukan kelemahanku, kekurangan daya upayaku di hadapan manusia. Wahai Tuhan Yang Maharahim, Engkaulah Tuhan orang-orang yang lemah dan Tuhan pelindungku. Kepada siapa hendak Engkau serahkan nasibku? Kepada orang jauhkah yang berwajah muram kepadaku atau kepada musuh yang akan menguasai diriku? Asalkan Engkau tidak murka kepadaku, aku tidak peduli sebab sungguh luas kenikmatan yang Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung kepada nur wajah-Mu yang menyinari kegelapan dan karena itu yang membawa kebaikan di dunia dan akhirat dari kemurkaan-Mu dan yang akan Engkau timpakan kepadaku. Kepada Engkaulah aku adukan halku sehingga Engkau ridha kepadaku. Dan, tiada daya upaya melainkan dengan kehendak-Mu.” (Al-Mu’jam Al-Kabir oleh Imam At-Tabrani)
Begitulah Nabi Muhammad s.a.w tidak menanggapi perilaku buruk dengan kemarahan dan pembalasan. Sebaliknya, beliau mendoakan mereka yang telah menghina dan menyakitinya. Nabi bangkit di atas kebencian dan permusuhan. Hatinya penuh harapan dan belas kasihan. Sampai pada akhirnya, saat ini, Thaif adalah kota yang indah dengan penduduknya yang memeluk agama Islam.
2. Selalu melihat yang terbaik dari orang lain
Nabi Muhammad s.a.w juga mengajarkan kita bahwa melalui cinta dan kasih sayang, seseorang dapat tertarik pada keindahan Islam. Contohnya bisa terlihat dari perjalanan sebagian sahabat Nabi yang pada awalnya dikenal sangat memusuhi dan menentang pesan Nabi sebelum mereka menjadi seorang Muslim. Namun pada akhirnya mereka menerima Islam berkat kelembutan hati Nabi dalam memperlakukan mereka.
Dari kisah tersebut terlihat jelas bahwa melalui cinta dan belas kasih sayang, bahkan hati yang paling keras pun dapat dilunakkan.
Umumnya, banyak dari kita mungkin berpikir bahwa semakin keras kita, semakin baik bagi kita untuk melawan mereka yang membenci kita. Namun, hal itu tidak dilakukan oleh Nabi s.a.w. Beliau justru menunjukkan bahwa cinta mampu mengalahkan kebencian. Kebencian harus dilawan dengan cinta dan belas kasihan, bukan permusuhan dan kekerasan.
3. Cinta terhadap sesama dan menjunjung kemanusiaan
Salah satu ajaran cinta dari Nabi Muhammad s.a.w adalah agar kita saling mencintai. Nabi s.a.w mengajarkan kita bahwa apa yang kita cintai untuk diri kita sendiri juga harus menjadi apa yang kita cintai untuk orang lain.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah mengingatkan kita pada aturan bahwa: “Salah seorang di antara kalian tidaklah beriman (dengan iman sempurna) hingga ia mencintai untuk saudaranya sebagaimana ia mencintai untuk dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Seorang ulama Syria, Syekh Mustafa Bugha mengomentari hadis ini dalam bukunya Al-Wafi Syarah Hadis Arbain Imam An-Nawawi, menyebutkan bahwa “saudara” di sini tidak terbatas pada sesama Mukmin saja, tetapi dapat meluas ke seluruh umat manusia.
Nabi s.a.w menekankan bahwa dalam kehidupan sehari-hari kita harus menjadi tetangga yang baik. Kita tidak boleh merampas hak orang lain dan melakukan hal-hal yang dapat mengganggu dan merugikan mereka.
4. Cinta untuk ciptaan dan makhluk Allah SWT yang lain
Selain berbuat baik kepada sesama manusia, Nabi Muhammad s.a.w juga menunjukkan bagaimana kita harus memperlakukan makhluk hidup lainnya dengan cinta dan kasih sayang. Di antaranya, beliau memperingatkan agar tidak menyakiti hewan.
Dalam sebuah hadis, disebutkan kisah nasib seorang perempuan yang menelantarkan kucing.
Diriwayatkan Rasulullah s.a.w. bersabda, “Seorang perempuan disiksa karena seekor kucing yang dikurungnya sampai mati, dan dia masuk neraka karena kucing itu, karena dia tidak memberinya makan dan tidak memberinya air ketika dia menguncinya, juga tidak membiarkannya memakannya.” (HR. Muslim)
Nabi Muhammad s.a.w selalu bersikap lembut dengan ciptaan Allah SWT yang lain. Meskipun kita menganggap beberapa hewan tidak suci, umat Islam diharapkan untuk menghormati dan menangani mereka dengan cinta dan kasih sayang.
Misalnya, dalam berurusan dengan anjing, Nabi s.a.w tidak mengajarkan kita untuk membenci mereka. Bahkan, Nabi s.a.w memberi tahu tentang manfaat memberi makan anjing.
Tidak hanya binatang, Nabi Muhammad s.a.w juga menekankan kepada kita bahwa kita memiliki kewajiban untuk merawat dan memperhatikan lingkungan.
Hal ini seperti yang beliau sampaikan dalam sebuah hadis: “Tidaklah seorang Muslim yang menanam pohon atau menabur benih, kemudian burung, atau manusia, atau binatang memakannya, kecuali itu termasuk sedekah.” (HR. Bukhari)
Itulah di antara 4 pelajaran cinta dan kasih sayang dari Nabi Muhammad s.a.w yang perlu kita ketahui dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
EH/Islam Indonesia
Leave a Reply