Satu Islam Untuk Semua

Tuesday, 16 August 2022

Kolom Haidar Bagir: Mencoba Meraba Makna Batin Ayat Kursi


islamindonesia.id –  Kolom Haidar Bagir: Mencoba Meraba Makna Batin Ayat Kursi

Mencoba Meraba Makna Batin Ayat Kursi

Oleh Haidar Bagir | Presiden Direktur Kelompok Mizan, penulis buku-buku tentang Tasawuf, dan Dai Islam Cinta

اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ ۖ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ

“Allah. Tak ada pujaan kecuali Dia. Yang Selalu Hidup dan Jaga (Mengawasi/Melindungi/Memelihara). Tak menghinggapinya rasa kantuk (keterlenaan), tak juga tidur (ketaksadaran). Di bawah genggaman Wujud/Kuasa-Nya semua yang di lelangit (fisik dan ruhani) serta di bumi. (Begitu luhur Dia sehingga) tak ada yang mampu membantu menghubungkan (kita, yang fakir) dengan-Nya kecuali sesiapa yang diberi izin/kemampuan untuk itu. Tak lolos dari pengetahuan-Nya apa saja yang dikemukakan atau disembunyikan oleh mereka (para makhluk-Nya). Dan tak ada yang bisa menguasai sedikit pun dari ilmu-Nya kecuali yang Dia kehendaki/beri kemampuan untuk itu. Sedemikian jembar kursi-kendali (Kemahatahuan)-Nya (atas segala sesuatu) sehingga mencakupi lelangit dan bumi. Dan tak membuatnya lelah pemeliharaan keduanya, sedang Dia Maha Luhur dan Maha Agung.” (Ayat Kursi, QS al-Baqarah [2]: 255)

Ayat ini bicara tentang Allah Yang Maha Transenden (Munazzah/Berbeda dan Terpisah dari ciptaan-Nya) dengan segala Kuasa, Pengetahuan, dan Pengendalian terus-menerus atas semua Ciptaan-Nya. Lalu, meski seolah sepintas, Allah menyisipkan suatu hal penting di ayat ini. Yakni, tentang adanya perantara-perantara (rasul-rasul dan nabi-nabi, serta para awliya’)-Nya—yang dekat dengan-Nya, memiliki ma’rifat tentang-Nya, dan dapat menampung imanensi (keintiman)-Nya dengan makhluk-Nya, berkat maqam ruhani mereka. Sehingga melalui mereka kita bisa berharap dapat mencapai (setidaknya maqam-maqam tanazzul)-Nya.

Menarik bahwa ayat tentang para pemberi syafa’at itu diletakkan di tengah, sejajar dengan peran perantaraan-Nya. Lalu, seolah Allah Swt. tak ingin pembacanya salah paham dengan mengira bahwa Allah bisa dicapai sepenuhnya, menutup lagi dengan ayat-ayat yang menekankan sifat Transendensi-Nya.

Jadi, pengungkapan sifat Imanensinya, dihimpit kanan-kiri/atas-bawah oleh ayat-ayat yang menegaskan Transendensi-Nya. Bahwa setinggi apa pun maqam ruhani seseorang, yang bisa diraihnya hanyalah tanazzul-Nya yang Imanen itu.

Nabi Muhammad Saw., Sang Insan Kamil (al-Insan al-Kamil) pun paling jauh “hanya” bisa mencapai martabat tanazzul Ahadiyah-Nya. Sedang Dzat-Nya selalu tinggal sebagai Ghaybul Ghuyub (Yang Gaib dari semua Yang Gaib), dan tak pernah tercapai manusia.

Ayat ini mencakup tentang Allah Swt. dan alam semesta selebihnya (maa siwalLaah) dan (cara ber)-hubungan makhluk dengan-Nya. Inilah “koentji“. Mungkin itu sebabnya ia disebut ayat Alquran yang paling agung. WalLaah a’lam. []

PH/IslamIndonesia/Foto utama: Gana Islamika

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *