Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 04 July 2019

Sekolah Bermerek “Unggul” di Mata Cak Nun


Islamindonesia.id-Sekolah Bermerek “Unggul” di Mata Cak Nun

Budayawan kondang Emha Ainun Najib menyaksikan banyaknya lembaga dagang berkedok pendidikan saat ini. Pria yang akrab disapa Cak Nun ini menilai sekolah-sekolah kekinian lebih berorientasi sebagai wadah pembuat calon buruh, karyawan, pegawai dan calon perangkat industri.

“Jadi tidak ada urusan dengan kemanusiaan, akhlak, rahmatan lil alamin,” katanya seperti direkam dalam kanal Youtube Caknun.com, 11 Juni. 

Meski demikian, penulis Lautan Jilbab ini menilai fenonema tersebut tak dapat menjadi alasan berputus asa. Menurutnya,  setiap orang memiliki kedaulatan sehingga dapat menentukan pilihan hidup masing-masing.

Pria jebolan Pondok Gontor Ponorogo ini mengatakan, pendidikan sejatinya metode orang tua untuk mengantarkan putra-putrinya menemukan siapa dirinya masing-masing. “Kalau dia ‘lombok’ dan ia tahu dirinya ‘lombok’, dirinya akan bermanfaat,” ujarnya.  Jika seorang menyangka dirinya ‘cabai’ padahal dirinya ‘bawang’, kekeliruan ini berdampak pada ‘salah manajemen’. 

Dampak orientasi dagang lainnya, sekolah-sekolah berlomba memasarkan lembaganya dengan label ‘unggul’. Pemandangan ini berkaitan dengan kompitisi perebutan pasar. “Berlomba-lomba untuk mendapatkan konsumen, murid,” katanya. 

Cak Nun bahkan menerima keluhan dari sejumlah sekolah swasta ketika sekolah negeri tidak lagi memungut biaya pendidikan alias gratis. Sekolah swasta khawatir lembaganya tidak  mendapatkan atau hanya sedikit menerima murid. 

“Jadi Anda ini dagang to?” Kata Cak Nun menanggapi pihak sekolah swasta itu. Walhasil, pria kelahiran Jombang ini semakin menyadari mekanisme sekolah saat ini berbasis pada untung-rugi.

Ketika sekolah dan perguruan tinggi mulai mengklaim dirinya unggul, Cak Nun mengaku ‘angkat tangan’. Baginya, hal ini sama terjadi pada seorang motivator di televisi yang mempopulerkan dirinya dengan slogan ‘salam super’. 

“Ketika mendengar itu, saya merasa ini akan mengalami kehancuran,” katanya. Kerena kata ‘super’ sejatinya tidak sopan disandang oleh manusia.  

Bagi Cak Nun, tidak masalah jika ada lembaga berkualitas bagus. Namun penilaian itu tentunya datang dari pihak lain bukan lembaga itu sendiri. “Anda tidak masalah cantik, tapi yang ngomong cantik harus orang lain bukan Anda. Kalau Anda yang ngomong sendiri bahwa Anda cantik berarti Anda kemayu,” katanya. 

Jadi, lembaga pendidikan yang membuat merek ‘unggul’ untuk dirinya tentu berorientasi pada dagang, bukan pendidikan.  Jika diselidiki secara mendasar lagi, lanjut Cak Nun, sejatinya di dunia ini tak ada yang unggul dibandingkan lainnya. 

Alasannya, karena setiap sesuatu memiliki fadilah (keutamaan) yang berbeda-beda. “Kalau kambing yang begitu (ukurannya), gajah yang segitu, namun tak berarti gajah lebih hebat dibanding kambing,” katanya. 

Oleh karena itu, secara umum pendidikan di Indonesia telah terseret kepada arus kapitalisme. “Sampai kadang-kadang, nyun sewu, yang maju (sebagai rektor/kepala sekolah) memang yang pintar dagang, yang pintar cari murid..,” ujar Cak Nun.

YS/islamindonesia   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *