Satu Islam Untuk Semua

Sunday, 08 July 2018

Kidung Mantrawedha Sunan Kalijaga (1)


islamindonesia.id – Kidung Mantrawedha Sunan Kalijaga (1)

 

Mantrawedha adalah kidung karya Kanjeng Sunan Kalijaga yang terilhami dari ayat-ayat suci Al-Quran. Kidung ini mantra dan wejang yang terdiri dari 10 pupuh dhandhang gula. Karena kidung ini murni berisikan doa atau mantra, maka umumnya dilantunkan dalam suara lembut, hening tanpa diiringi gamelan alias macapat. Berikut ini contoh sajian macapat 10 pupuh Mantrawedha.

Pupuh 1-5: Inti Mantrawedha

Inti mantrawedha hanyalah yang tersurat dalam 5 pupuh pertama, yaitu doa kepada Allah SWT. Sehingga jika seseorang ingin berdoa dengan mengidung atau membaca mantrawedha, maka yang diperlukan hanya pupuh 1 sampai dengan 5 saja. Isi dari doa adalah memohon keselamatan, baik terhadap gangguan kejahatan maupun penyakit dan hama, baik dari sumber biologis dan fisik maupun dari metafisik. Pupuh-pupuh selanjutnya menggambarkan wejang dari Kanjeng Sunan Kalijaga tentang isi dan misi 5 pupuh pertama.

Beberapa bahasa daerah, tidak sepenuhnya bisa dituliskan dalam aksara Latin, terutama yang termasuk bahasa alam. Ada beberapa vokal maupun konsonan yang tidak terwakili oleh aksara Latin. Terlebih bahasa Jawa, bahkan aksara Jawa pun menjadi tidak konsisten.

Contohnya vokal “a”. Ada “a” yang diucapkan tegas ada pula yang di antara “a” dan “o”. Penulisannya yang benar tetap “a”, baik dalam aksara Latin maupun Jawa. Untuk memudahkan pembaca, setiap pupuh kidung ini ditulis 2 kali. Yang pertama adalah penulisan yang seharusnya, dan yang kedua adalah menurut pengucapannya. Namun karena tidak ada aksara Latin untuk menyatakan vokal di antara “a” dan “o”, maka disini dicoba dituliskan dengan “o”.

Pupuh 1

Ana kidung rumeksa ing wengi,
teguh ayu luputa ing lelara,
luputa bilahi kabeh,
jin setan datan purun,
peneluhan tan ana wani,
miwah panggawe ala,
gunaning wong luput,
geni atemahan tirta,
maling adoh tan ana ngarah mring mami,
guna duduk pan sirna.

Pengucapannya

Ono kidung rumekso ing wengi,
teguh ayu luputo ing leloro,
luputa bilahi kabeh,
jin setan datan purun,
peneluhan tan ono wani,
miwah panggawe olo,
gunaning wong luput,
geni atemahan tirta,
maling adoh tan ono ngarah mring mami,
guno duduk pan sirna.

Terjemah bebas

Ini doa penjaga malam,
semoga semua aman, luput dari penyakit,
dan luput dari petaka,
jin dan setan tidak akan (mengganggu),
teluh (santet) tak akan berani (beraksi),
sekalian niat jahat,
(dan) tipu daya luput,
api akan tertangkis air,
maling menjauh tak berani menyatroniku,
(dan) segala bentuk santet sirna

Penjelasan

Ini doa penjaga malam memohon kepada Allah akan keselamatan dan perlindungan dari berbagai kejahatan, baik yang dilakukan manusia, jin maupun setan, ataupun persekutuan antar mereka. Kejahatan-kejahatan tersebut akan luput atau gagal bagaikan api bertemu air.

Pupuh 2 dan 3

Sakabehing lara pan samya bali,
kehing ama pan sami miruda,
welas asih pandulune,
sakehing braja luput,
kadi kapuk tibaning wesi,
sakehing wisa tawa,
sato galak lulut,
kayu aeng lemah sangar,
songing landhak guwaning mong lemah miring,
myang pakiponing merak.

Pagupakaning warak sakalir,
nadyan arka myang segara asat,
temahan rahayu kabeh,
apan sarira ayu,
ingideran mring widadari,
rineksa malaikat,
sakathahing rasul,
pan dadi sarira tunggal,
ati Adam uteku Baginda Esis,
pangucapku ya Musa.

Pengucapannya

Sakabehing loro pan samyo bali,
kehing omo pan sami mirudo,
welas asih pandulune,
sakehing brojo luput,
kadi kapuk tibaning wesi,
sakehing wiso towo,
sato galak lulut,
kayu aeng lemah sangar,
songing landhak guwaning mong lemah miring,
myang pakiponing merak.

Pagupakaning warak sakalir,
nadyan arko myang segoro asat,
temahan rahayu kabeh,
apan sarira ayu,
ingideran mring widodari,
rinekso malaikat,
sakathahing rasul,
pan dadi sariro tunggal,
ati Adam uteku Bagindo Esis,
pangucapku yo Musa.

Terjemah bebas

Semua penyakit akan kembali (ke asalnya),
semua hama akan menyingkir,
semua melihatku penuh kasih,
semua serangan senjata (yang tertuju padaku) akan luput,
bak kapuk jatuh di atas besi,
semua racun (bisa) akan netral (bagiku),
(semua) binatang buas akan tunduk (padaku),
pohon angker, tanah gersang –
bulu landak, goa di tebing miring –
maupun sarang merak (baca: kawasan perburuan harimau) –

(dan) kubangan badak dan sebangsanya (baca: kawasan jorok sumber penyakit) –
termasuk teriknya matahari (arka) yang sedemikian hebatnya sehingga mampu mengeringkan laut (baca: kemarau panjang),
semua segera menjadi nyaman,
dan membahagiakan,
bak diiringi bidadari,
dijaga malaikat,
dan segenap para rasul,
semua bak manunggal sejiwa (denganku),
perasaan(ku) (adalah Nabi) Adam, pemikiranku (adalah Nabi) Sis,
(dan) ucapanku (adalah Nabi) Musa.

Penjelasan

Pupuh 2 dan 3 ini menunjukkan sebuah hasrat untuk beraura “pencerah”. Semua penyakit, hama maupun serangan senjata tidak ada artinya. Ganasnya binatang buas berbalik menjadi kepatuhan. Kawasan-kawasan angker, gersang, berbahaya, jorok seram dan gawat serta kekeringan (peceklik) berubah menjadi indah, damai, subur, nyaman dan penuh kebahagiaan.

Semua itu berkat keimanan kita sehingga dari dalam diri kita terpancar aura para malaikat dan para rasul. Semua manunggal dalam sanubari, ketika perasaanku seperti Nabi Adam, pemikiranku seperti Nabi Sis, dan ucapanku seperti Nabi Musa.

Apa istimewa perasaan Adam? Jelas, Nabi yang satu ini adalah satu-satunya lelaki yang pernah hidup di Surga sebelum turun ke bumi. Beliau juga manusia pertama bumi versi zaman ini. Bahkan ada kisah bahwa beliau turun ke bumi karena dosa. Semua ini menunjukkan kondisi ekstrem. Ketika di surga mendapat kenikmatan ekstrem. Setelah berbuat dosa dan diturunkan ke bumi, menjadi penyesalan ekstrem, namun harus mengatasinya dengan tawakal ekstrem. Sehingga tentu apa yang dirasakan Adam tidak bisa dibayangkan oleh manusia lain dan manusia lain tidak mungkin mengalami hal yang seperti dialami Adam.

Pemikiran Nabi Sis dan ucapan Nabi Musa, sepertinya merupakan kemenonjolan yang disimpulkan oleh Sunan Kalijaga. Hal-hal seperti ini akan dilanjutkan dalam pupuh 4 dan 5.

Pupuh 4 dan 5

Napasingun Nabi Isa luwih,
Nabi Yakub pamiyarsaningwang,
Yusuf ing rupaku mangke,
Nabi Dawud swaraku,
Hyang Suleman kasekten mami,
Ibrahim nyawaningwang,
Idris ing rambutku,
BagendAli kulitingwang,
Abu Bakar getih daging Umar singgih,
balung Bagenda Usman.

Sungsum ingsun Patimah linuwih,
Siti Aminah banyuning angga,
Ayub ing ususku mangke,
Nabi Nuh ing jejantung,
Nabi Yunus ing otot mami,
Netraku ya Muhammad,
panduluku rasul,
pinayungan Adam Sarak,
sampun pepak sakhathahing para Nabi,
dadya sarira tunggal.

Pengucapannya

Napasingun Nabi Isa luwih,
Nabi Yakub pamiyarsaningwang,
Yusuf ing rupaku mangke,
Nabi Dawud swaraku,
Hyang Suleman kasekten mami,
Ibrahim nyawaningwang,
Idris ing rambutku,
BagendAli kulitingwang,
Abu Bakar getih daging Umar singgih,
balung Bagendo Usman.

Sungsum ingsun Patimah linuwih,
Siti Aminah banyuning anggo,
Ayub ing ususku mangke,
Nabi Nuh ing jejantung,
Nabi Yunus ing otot mami,
Netraku ya Muhammad,
panduluku rasul,
pinayungan Adam Sarak,
sampun pepak sakhathahing poro Nabi,
dadyo sarira tunggal.

Terjemah bebas

Napasku Nabi Isa
penampilanku Nabi Yakub,
wajahku Nabi Yusuf,
suaraku Nabi Dawud,
kesaktianku Nabi Sulaeman,
nyawaku Nabi Ibrahim,
rambutku Nabi Idris,
kulitku (sahabat) Ali,
darahku (sahabat) Abu Bakar,
dagingku (sahabat) Umar,
tulangku (sahabat) Usman,

Sumsumku Fatimah,
cairan tubuhkan Siti Aminah,
ususku Nabi Ayub,
jantungku Nabi Nuh,
ototku Nabi Yunus,
mataku Nabi Muhammad,
penglihatanku bak rasul,
diteduhi oleh Nabi Adam dan Siti Sarah,
sudah lengkap semua nabi,
manunggal dalam jiwaku.

Penjelasan

Sepertinya menggambarkan sekujur tubuh kita luar-dalam penuh dengan aura para nabi, para sahabat dan para istri Nabi Muhammad. Entah ini benar-benar permohonan supaya aura para manusia istimewa tersebut masuk menjadi aura kita, atau sekedar kiyas ataukah punya makna lain, penulis sama sekali belum tahu. Yang jelas, Sunan Kalijaga adalah seorang wali yang umumnya tingkat ilmu dan pengetahuannya sudah makrifat. Seperti yang pernah saya tuliskan di laman Bima Suci, seorang makrifat adalah orang yang jenius, sehingga tidak selalu pola pikirnya bisa diikuti oleh orang awam. Kejeniusan Sunan Kalijaga sudah terbukti, selain melalui pengembangan seni dan budaya, juga tata kota dan teknik bangunan, meski beliau bukan insinyur sipil.

[Bersambung…]

 

EH / Islam Indonesia

3 responses to “Kidung Mantrawedha Sunan Kalijaga (1)”

  1. Samsul arifin says:

    Ada yg salah dg tesk ini…klo suku kata bhs jawanya ada yg kurang. bisa ber arti lain…..ok.koreksi dan teliti dari berbagai sumber…sebab saya sendiri hafal….dg bhs jawa medhok /asli insya Allah benar.

  2. Soegriwo says:

    kalau dari mantranya ada yg kurang lengkap

  3. Eddy says:

    Bisa disuarakan isinya dgn di youtube

Leave a Reply to Soegriwo Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *