Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 26 May 2016

KHAS–Sinau Bareng Cak Nun, Gitaris Jikustik: Lagu ‘Puisi’ Sejatinya Religius


IslamIndonesia.id – Sinau Bareng Cak Nun, Gitaris Jikustik: Lagu ‘Puisi’ Sejatinya Religius

 

Meski dirilis sembilan tahun yang lalu, salah satu lagu populer Jikustik, “Puisi”, masih sangat akrab di telinga banyak orang khususnya kawula muda. Walaupun liriknya ditulis pertama kali oleh Dadi, gitaris Jikustik ini menolak disebut sebagai pencipta lagu.

“Kalau saya pribadi sih bukan pencipta lagu, tapi suasananya waktu itu, rasanya seperti memetik. Jadi lagunya itu sudah ada …” kata Dadi dalam sinau (belajar) bareng Cak Nun di Mocopat Syafaat, Bantul, Yogyakarta (17/5).

Tampil bersama budayawan Emha ‘Cak Nun’ Ainun Najib, gitaris dari band yang berdiri sejak 1996 ini berkisah bagaimana hingga lagu ‘Puisi’ itu dipetik di tahun 2003. Di tengah-tengah hiruk pikuk Jakarta dan rutinitasnya sebagai personil band, Dadi mengatakan dirinya pernah ‘menghilang’ beberapa hari.

“Teman-teman waktu itu lagi sibuk-sibuknya rekaman di Jakarta. Saya waktu itu sangat bosan. Trus saya pergi ngga pamit ke siapa-siapa. Saya pergi ‘menghilang’, handpone mati, uang sengaja bawa sedikit,” katanya.

Pria berkacamata ini akhirnya pergi ke salah satu makam Wali Songo. Dadi lalu bercerita suka dukanya hidup berhari-hari di kompleks makam itu, mulai dari perjumpaan dengan berbagai musafir hingga bagaimana orang lain membangunkannya ketika azan Subuh berkumandang. Tak lupa Dadi menceritakan kondisinya ketika dia terlihat lapar dan oleh pemilik warung di sekitar komplek diberi pisang.

Setelah mendapat ketenangan ‘menyendiri’ di makam itu, Dadi tidak langsung ke Jakarta tapi balik menuju Yogyakarta. Setibanya di kota Gudeg, Dadi mengambil gitar, “dan di situlah saya merasa memetik (lagu Puisi). Sekali jadi, ” katanya.

“Kalau didengerin mungkin seperti lagu pop, cinta-cintaan. Tapi sebenarnya  ‘Engkau’ yang saya maksud di situ ialah Allah Swt dan ‘Puisi’ itu sebenarnya adalah doa.”

Setelah mendengarkan lagu Puisi yang dinyanyikan langsung oleh Dadi, Cak Nun memberikan apresiasi sambil mengatakan bahwa sejatinya tidak ada manusia yang mencipta. Penulis puisi “Lautan Jilbab” ini lalu menjelaskan perbedaan kata ‘ja’ala’ (membikin) dan ‘khalaqa’ (mencipta) yang ada dalam Al-Qur’an. Semuanya telah disediakan oleh Allah, manusia tinggal memetik atau istilah lainnya; download (mengunduh).

“Dan Anda bisa sampai pada tahap, kapanpun Anda inginkan, Anda tinggal petik,” kata Cak Nun sambil menjelaskan tingkatan ‘software’ manusia demikian juga ilham, fadhilah, karomah hingga wahyu yang tiap orang bisa memperolehnya.

“Jangankan manusia, binatang seperti lebah saja, oleh Allah diberi wahyu,” katanya sambil mengutip ayat Alquran.

Niat awal datang hanya ingin mendengar kajian Cak Nun di Maiyah, Dadi malah diminta naik ke atas panggung untuk berbagi ilmu bersama hadirin yang memadati pekarangan TK Alhamdulillah Bantul.

“Ini adalah pengalaman menggetarkan. Ini malam pertama saya hadir di Maiyah, dan saya berharap seterusnya bisa datang. Sebelumnya saya sering mengikuti via youtube. Dan selalu saya bertanya-tanya, kok bisa Cak Nun (berfikir dengan cara pandang) seperti itu ya,” kata Dadi yang juga ditemani vokalis Letto, Sabrang “Noe” Mowo Damar Panuluh.

Bagi Cak Nun, musik mampu memperkenalkan kita kepada sesuatu melampaui perkenalan dengan cara sentuhan fisik. Karena fisik banyak keterbatasannya. Masih terentang jarak. Karena itulah musik dihadirkan untuk menggapai rentang itu. Demikian halnya sastra. Dengan musik, kata Cak Nun, cinta bisa dengan kontan dapat dirasakan. []

 

“Aku yang pernah Engkau kuatkan
Aku yang pernah Kau bangkitkan
Aku yang pernah Kau beri rasa

Saat ku terjaga hingga ku terlelap nanti
Selama itu aku akan selalu mengingatMu

Kapan lagi ku tulis untukMu
Tulisan-tulisan indahku yang dulu
Pernah warnai dunia
Puisi terindahku hanya untukMu”

 

YS/IslamIndonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *