Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 15 September 2016

KHAS—Inilah Ajaran Pokok Syekh Siti Jenar tentang Jati Diri Manusia Hakiki


IslamIndonesia.id—Inilah Ajaran Pokok Syekh Siti Jenar tentang jati Diri Manusia Hakiki

 

Di antara sembilan pokok ajaran Syekh Siti Jenar, selain ajaran yang menyatakan bahwa Tuhan Tak Perlu Nama sebagaimana telah dijelaskan dalam tulisan terdahulu. Terdapat juga pembahasan mengenai keharusan untuk menjadi Manusia Hakiki, yaitu manusia yang merupakan perwujudan ideal dari hak, kemandirian, dan kodrat.

Saat membicarakan tentang hak, kebanyakan orang berpendapat bahwa kita harus mendahulukan kewajiban daripada hak. Contoh paling umum yang sering kita lihat di negeri kita adalah ketika para pejabat kita selalu menuntut rakyatnya untuk menjalankan kewajiban terlebih dulu sebelum mendapatkan haknya. Warga dituntut membayar pajak, mematuhi undang-undang dan peraturan yang ditentukan oleh para elit politik, dan melaksanakan berbagai macam kepatuhan. Sedangkan hak yang harus mereka peroleh, belum tentu juga dapat dipenuhi.

Padahal menurut Syekh Siti Jenar, justru sebaliknya, harus terlebih dulu ada dan diberikan hak hidup kepada setiap orang, sebelum kita menuntut orang itu memenuhi kewajibannya. Inilah yang disebut kebenaran!

Ibaratnya, tak ada kewajiban apapun yang bisa diberikan kepada seorang bayi yang baru dilahirkan. Oleh karena itu, begitu seorang bayi manusia dilahirkan, maka semua hak-haknya sebagai manusia harus terlebih dahulu dipenuhi.

Tidak peduli ia dilahirkan di tengah keluarga kaya atau miskin, hak memperoleh pengasuhan, perawatan, penjagaan, perlindungan, dan mendapatkan pendidikan harus dipenuhi. Hak-hak tersebut harus dipenuhi agar ia menjadi manusia yang dapat menjalankan kewajibannya sebagai anggota keluarga, masyarakat, dan negara. Dengan cara itu akhirnya ia menjadi manusia hakiki, manusia sebenarnya yang dapat berkiprah dalam kehidupan nyata, baik sebagai pribadi maupun warga sebuah negara.

Selain hak, salah satu unsur untuk menjadi manusia yang hidup merdeka adalah kemandirian. Pemenuhan hak dan kewajiban barulah tahap awal untuk menjadi manusia hakiki. Tahap berikutnya adalah mendidik, mengajar, dan melatihnya agar bisa menjadi manusia yang hidup mandiri. Ia harus diarahkan agar mampu hidup tidak tergantung kepada orang lain. Dengan demikian, kehidupan mandiri akan tercapai bila terjadi kesalingtergantungan antar anggota masyarakat dan sekaligus kemerdekaan (interdependence and independence).

Namun faktanya, perhatikanlah keadaan ekonomi masyarakat Indonesia sekarang ini. Kita amat sangat tergantung pada bantuan atau hutang luar negeri. Negara yang dilimpahi kekayaan alam yang luar biasa ini justru dihisap oleh negara-negara maju di dunia ini. Setiap bayi yang dilahirkan yang seharusnya merupakan aset negara, ternyata tumbuh menjadi manusia-manusia pencari kerja dan bahkan menjadi beban negara. Kenapa bisa begitu?

Hal yang memprihatinkan ini terus terjadi disebabkan adanya manusia-manusia yang begitu tergantung kepada manusia lain, dan menciptakan semacam hubungan atas-bawah antara orang-orang kuat dengan orang-orang lemah. Yang lemah merasa sangat memerlukan yang kuat, sedangkan yang kuat cenderung berbuat semena-mena terhadap mereka yang lemah.

Akibat dari keadaan tersebut, tak heran bila tambah tahun kesenjangan ekonomi dan sosial serta pengangguran semakin membesar. Karena yang menjadi gantungan relatif tetap, sedangkan yang menggantungkan diri kian bertambah banyak. Terjadi relasi yang tidak seimbang, sehingga kehidupan masyarakat menjadi rawan dan sangat potensial jatuh pada kondisi disharmoni sosial.

Sedangkan unsur berikutnya yang menopang asas hak dan kemandirian dalam kehidupan manusia dan masyarakat adalah kodrat.

Kodrat pada manusia merupakan kuasa pribadi. Kodrat tidak didapat dari luar diri. Dengan demikian kodrat tidak berasal dari pelatihan dan pendidikan. Tetapi kodrat harus diberi ruang yang kondusif agar suatu bentuk kemampuan khusus yang dianugerahkan pada setiap orang bisa terwujud. Dalam hal ini, pendidikan dan pelatihan hanya akan meningkatkan kualitas kodrat yang telah dimiliki seseorang.

Dalam psikologi, kodrat dapat dikatakan hampir sama dengan talenta. Bila seseorang tidak diberikan kesempatan untuk dapat mengaktualisasikan dirinya, maka kodratnya kemungkinan besar tak akan terwujud. Padahal, kodrat yang ada pada diri seseorang itulah yang bisa menjadi sarana untuk memperoleh keuntungan bagi dirinya. Bila setiap orang bisa mewujudkan kodratnya, maka akan terwujud hubungan yang saling memberikan dan sekaligus saling membutuhkan. Dengannya, setiap orang akan memiliki nilai tawar bagi orang lain.

Harmonisasi dan ikatan antar warga negara akan menguat bila sebagian besar penduduknya bisa mewujudkan ketiga unsur manusia hakiki tersebut. Yakni pemahaman tentang hak, kemandirian dan kodrat. Keragaman masyarakat pun kecil dan kesenjangan ekonomi dapat dinihilkan.

Maka dengan terpenuhinya hak, kemandirian dan kodrat itulah, jati diri manusia yang hakiki akan muncul dengan sendirinya.

Kita berharap, dengan semakin banyaknya manusia hakiki di negeri kita, insya Allah kita akan menjadi bangsa yang kokoh. Bangsa yang saling menghormati hak, kemandirian dan kodrat sesama kita sehingga tidak lagi akan mudah diadu-domba dan gampang termakan upaya provokasi dari kelompok pemecah-belah yang dapat mengganggu keharmonisan hidup kita.

 

EH/IslamIndonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *