Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 01 January 2015

WAWANCARA – Direktur Utama PT Pindad, Silmy Karim : ‘Kerja Keras Tak Bisa Ditawar’


Silmy Karim, bos baru Pindad.

 

Silmy Karim, bos baru perusahaan persenjataan negara PT Pindad, punya cara unik memperkenalkan diri. Di sebuah situs jejaring karir, Linkedin, dia memulainya dengan kalimat pendek: an economist with an interest in public policy and security issues. Silmy, usianya belum lagi 40, dan ekonomi bukan barang baru. Lepas menamatkan kuliah di Jakarta pada 1997, dia menghabiskan banyak dari hari demi hari dalam hidupnya memperdalam keilmuwan di bidang ekonomi hingga jenjang S2 di Universitas Indonesia, senyampang menceburkan diri dalam dunia bisnis – dan berhasil.

Bila diperas, dalam rentang 17 tahun setelahnya, dia telah menggapai banyak posisi strategis, termasuk sebagai komisaris di sejumlah perusahaan multinasional dan penasehat di sejumlah lembaga ekonomi negara, yang umumnya baru bisa digapai oleh mereka yang usianya jauh di atas. Jadi cerita tersendiri sebab di sela-selanya, dia masih punya waktu dan tenaga untuk membangun keilmuwan dan karir di teritori yang relatif asing untuk ukuran ekonom kebanyakan: militer dan pertahanan. Pernah mengenyam pendidikan seputar pertahanan di empat universitas ternama di Amerika dan Eropa, Silmy belakangan banyak berkutat di birokrasi, termasuk sebagai penasehat di sejumlah lembaga keamanan negara. Pekan lalu, dalam sebuah wawancara singkat via telepon, dia menyempatkan berbincang ke Amira Haddad dari Islam Indonesia seputar optimismenya pada masa depan Pindad, sedikit soal bisnis persenjataan, dan kiatnya menggapai kesuksesan. Petikannya:

Kemampuan apa yang mengantarkan Anda menjadi bos besar Pindad?

Hahaha (tertawa). Kalau saya puji diri sendiri kan jatuhnya riya’. Yang bisa menilai orang lain. Bukan saya.

Konkritnya, apa yang bakal Anda perjuangkan di Pindad?

Begini, jantung industri pertahanan adalah teknologi tinggi. Jadi perusahaan kami perlu menyiapkan sumber daya manusia yang siap dan berkualitas dalam penguasaan teknologi agar bisa menghasilkan inovasi. Di sisi lain, Indonesia sebagai negara dengan kekuatan ekonomi terbesar ke-16 di dunia, perlu dukungan industri pertahanan yang maju. Industri ini juga sekaligus bakal meningkatkan posisi pertahanan Indonesia di mata dunia international. Dari sisi ekonomi, Pindad juga harus bisa mencegah larinya devisa seiring impor persenjataan yang tidak bisa diproduksi di dalam negeri. Nah, andai Pindad mampu menutup lubang devisa itu, dengan mendorong kemandirian dalam produksi persenjataan, keuntungan negara tentu berlipat ganda. Selain punya produk sendiri, produksi persenjataan dalam negeri juga mengisyaratkan hadirnya sumber daya manusia yang unggul, terciptanya lapangan kerja, dan masih banyak lagi.

Apa benar Kementrian Pertahanan bakal meningkatkan 40% anggaran pembelian persenjataan dari Pindad?

 Benar. Itu intruksi Presiden ke Menteri Pertahanan dan Panglima TNI dan Polri. Presiden minta mereka meningkatkan pembelian persenjataan ke Pindad dan pelaku industri pertahanan lain sebesar 30–40%.

Di media Anda bilang ingin menjadikan Pindad unit bisnis yang menguntungkan. Bisa Anda ceritakan secara ringkas?

Tentu yang namanya bisnis harus untung dong. Intinya, dengan adanya keuntungan yang mumpuni, Pindad bakal punya ruang manuver yang luas untuk menggelar riset persenjataan, berinvestasi dalam alat-alat produksi, dan meningkatkan kesejahteraan karyawannya.

Tapi apa memang senjata buatan Pindad bisa bersaing di pasar internasional?

Jelas bisa. Ambil contoh Panser Anoa yang kini digunakan pasukan perdamaian PBB. Itu produksi Pindad dan hasilnya sejauh ini memuastkan. Contoh lain senjata otomatis Pindad menang dalam kejuaraan menembak di ASEAN tujuh kali berturut-turut. Itu bukti senjata kami berkualitas.

Anda kabarnya kerap membagi resep sukses ke banyak kalangan, utamanya pemuda. Boleh tahu seperti apa?

Yang pasti kerja keras itu syarat mutlak. Mereka yang ingin sukses harus berani mengambil keputusan — dan cepat. Tapi keberanian tanpa perhitungan juga bisa blunder. Dalam mengambil keputusan, orang juga harus ingat fakta bahwa tak semua orang bisa kita senangkan. Selain itu, mereka yang ingin menggapai kesuksesan juga harus punya komitmen, keyakinan dan rasa mau berbagi. Modal sosial (social capital) juga penting untuk mewujudkan cita-cita besar. Dalam Islam, social capital disebut silaturahim. Terakhir, faktor keberuntungan. Kalau soal ini, Allah yang Maha Kuasa dan Maha Penentu.

Tiga bulan sebelum di posisi baru sekarang, Anda meluncurkan buku “Membangun Kemandirian Industri Pertahanan Indonesia”. Adakah ini kebetulan semata?

Tidak begitu. Proses jadi pimpinan Pindad sudah dari dua tahun lalu. Buku itu sendiri, adalah hasil pikiran selama lima tahun saya bekerja di Kementerian Pertahanan. Jadi tidak ada hubungannya antara buku dan menjadi pimpinan Pindad, walaupun ‘temanya’ berhubungan. Bagi saya, jabatan sekarang adalah bagian dari pengabdian – bukan pencapaian atau dalam rangka mengejar karir. Ini amanah. ***

(Amira/Islam Indonesia)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *