TK “Halima”, Pionir Integrasi Muslim di Jerman
TK Halima dianggap sebagai pionir taman kanak-kanak Islam di Jerman dan berperan besar dalam integrasi kaum muslim di negara tersebut. Awalnya, ide mendirikan taman kanak-kanak di kota Karlsruhe yang disesuaikan dengan kebutuhan orangtua beragama Islam ini muncul di tahun 1993.
Motivasi utama saat itu adalah mengajarkan anak-anak tentang materi agama seperti berdoa, atau hari besar penting seperti Ramadhan dan Idul Fitri. Beberapa orangtua menjalani pengalaman negatif di taman kanak-kanak lain. Tidak ada empati bagi mereka yang beragama Islam. Seperti misalnya makanan tanpa daging babi. Demikian kisah Mesut Palanci, seperti dikutip dari laman Deutsche Welle.
Palanci kemudian mengajak Seyma Bozkurt dan Mirela Dedajic, dua orang keturunan Turki dan Bosnia yang menguasai bahasa Jerman dengan sempurna tersebut agar dapat membantunya mendidik anak-anak.
Akhirnya, pada 1994, TK Halima berhasil didirikan dengan menggunakan dua bahasa, yakni Arab dan Jerman. Sebelum Halima, ada dua taman kanak-kanak serupa. Satu di antaranya, TK Islam di München, ditutup beberapa tahun yang lalu karena dicurigai berpaham Islam radikal. Akibatnya, perjuangan TK ini pun belum berhenti di sana.
Marion Steck dari kantor urusan anak dan remaja di negara bagian Baden-Württemberg mengenal masalah ini. Ada semacam ketakutan akan munculnya gerakan radikal. Sehingga, kantornya yang bertugas memberikan ijin atau menolak pendirian sebuah taman kanak-kanak harus menilai dengan teliti tentang visi dan misi TK tersebut.
“Kami juga akan memeriksa latar belakang sang penanggung jawab”, jelas Steck. Mereka harus memastikan tidak ada hal negatif seperti kegiatan ekstrim sebuah agama yang bisa kontraproduktif. Pengurus perhimpunan di balik TK Halima lolos dengan nilai bagus.
Sekitar lima tahun kemudian, ijin mendirikan taman kanak-kanak Islam berhasil mereka dapatkan. Pihak yang berwenang ingin mengetahui secara rinci konsep pedagogik mereka. Khususnya di bagian agama.
Karena tidak ada yang tahu apa yang seharusnya dituliskan, Palanci dan orangtua lainnya menyalin konsep TK Kristen. Dan mengganti Kata “Yesus” dengan “Nabi Muhammad”.
Pada akhirnya, proposal tersebut mencapai 56 halaman ukuran A4. Palanci menegaskan, Islam hanya bagian kecil dari proses pendidikan anak. “Kami sangat terbuka”, jelasnya. “Tidak akan ada khotbah dan tidak ada yang harus menghafalkan ayat al-Quran di sini,”
Ini terbukti dengan tanggapan positif dari orangtua anak-anak di TK tersebut. Daftar tunggu untuk bisa diterima di sana sangat panjang. Banyak yang langsung mendaftarkan anaknya setelah baru dilahirkan.
“Sayangnya masih terlalu sedikit anak beragama Kristen yang mendaftar,” ujar Mesut Palanci dengan kecewa. Ini bisa menjadi campuran yang baik dan mungkin bisa turut membantu untuk mengurangi rasa takut pada agama Islam.
Beberapa orangtua Jerman mungkin mengidentifikasi Islam dengan organisasi teror. Padahal mereka bisa menarik keuntungan dengan memasukkan anak mereka ke TK Halima. Karena dibandingkan dengan banyak TK Kristen, Halima punya dana lebih besar dan staf lebih banyak.
Ketakutan gerakan radikal
Selain masalah perizinan, muncul pula masalah mengenai jilbab. Seyma Bozkurt yang kerap mengenakan jilbab ini merasa beruntung mendapatkan kesempatan untuk berperan aktif di lingkup TK yang menganut nilai-nilai toleransi.
Perempuan berusia 36 tahun ini mengatakan, anak-anak tidak peduli apa yang ia pakai. Lagipula Mesut Palanci mempekerjakannya justru karena jilbabnya.
Hal ini diamini oleh sang pendiri, Palanci. Selama ini fasilitas pendidikan di perkotaan, perempuan berjilbab akan kesulitan mendapat pekerjaan. Ia sering melihat perempuan yang harus melepaskan jilbabnya sebelum berangkat bekerja dan baru mengenakannya setelah selesai jam kerja. “Ini seperti pemisahan manusia dan saya turut merasa terluka”, ujarnya.
Campuran sempurna
TK Halima turut berperan dalam integrasi kaum muslim di Jerman. Biasanya ibu muslim yang berkarir akan mengambil cuti melahirkan dan membesarkan anak untuk waktu yang lama.
Sejak ada TK Islam, semakin banyak ibu yang berani kembali bekerja lebih awal. Dalam 1,5 tahun lagi, TK Halima kedua akan dibuka di Karlsruhe. Anak-anak mulai umur 1 tahun sudah diterima di sana. Para pengelola berharap, dengan demikian akan semakin banyak anak beragama Kristen yang didaftarkan.
Leave a Reply