Satu Islam Untuk Semua

Monday, 27 January 2014

Syukur Itu Mudah


sayamenulissesuatu.blogspot.com

“Ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat pula kepadamu dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku”—QS. Al Baqorah: 152.

 

Syukur menurut sebagian orang adalah hal yang mudah namun sulit untuk mengaplikasikannya. Alasannya beragam, tapi hampir sebagain besar orang beralasan terkait erat dengan sebuah pencapaian hidup. Tidak sedikit orang mengartikan syukur dengan kesuksesan materi, karir, kesenangan, kebahagiaan, kepopuleran, bahkan kenyamanan dan keamanan hidup yang terjamin. Seolah inilah patokan manusia untuk bersyukur pada Sang Pencipta, Allah Swt.

Namun, bagaimana dengan manusia yang sedang tertimpa hujan, angin, badai, guntur, banjir, kemarau, sedih, sakit, menderita, terluka, sengsara, miskin, dsb. Tidak sedikit, dalam keadaan seperti ini manusia memperlakukan Pencipta seolah musuh dan berkata, “Saya sudah bersyukur, tapi kenapa saya masih dalam keadaan seperti ini? Apakah Allah tidak sayang kepada hamba-Nya?”.

Syukur bukan hanya sebuah konsep. Karena bersyukur bukanlah sekadar kata-kata. Bersyukur adalah sebuah rasa terima kasih dan penghargaan yang mendalam atas sebuah pemberian dari yang Maha Kuasa, entah bagaimanapun bentuk dan rupa pemberian tersebut. Sedih, senang, bahagia, menderita dsb merupakan pemberian-Nya. Bersyukur tidak hanya sesuatu yang wajib dilakukan oleh kita yang memiliki iman, tetapi bersyukur adalah juga alat pembuka rizki dan nikmat yang lebih banyak lagi. Allah Swt. berfirman: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat-Ku kepadamu” (QS. Ibrohim: 7).

Kesuksesan yang selama ini kita dambakan pada hakikatnya sudah ada di tangan kita. Tentu dengan syukur yang mampu kita rasakan sepenuhnya, bukan hanya sekadar berucap di bibir. Sebab duka di mata manusia, belum tentu duka pula di mata Allah. Sebaliknya, apa yang dianggap sebagai karunia bagi manusia, bisa jadi merupakan adzab tersembunyi dari-Nya. Keduanya berbeda hanya dari bungkusnya.

Abu Hudzaifah Al Atsari mengatakan bahwa syukur memiliki rukun yang pokok, yaitu pertama, mengakui dalam hati bahwa nikmat tersebut dari Allah Swt. Kedua, Mengucapkannya dengan lisan. Dan ketiga menggunakan kenikmatan tersebut untuk menggapai ridha-Nya.

Begitu banyak rizki dan anugerah-Nya yang diberikan kepada manusia. Tak ada satupun yang mampu menghitung nikmat yang diberikan-Nya. Allah Swt. berfirman: “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. An-Nahl:18).

Disebutkan pula dalam surat Al-Hasyr ayat 18:“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok”.

Lantas, bagaimana caranya hamba bersyukur kepada Pencipta?

Pertama, jangan mengeluh. Setiap jenis keluhan entah itu yang diutarakan dengan bercanda, apalagi yang serius, adalah ciri tipisnya atau bahkan tidak adanya rasa syukur. Dan ini tidak hanya meliputi keluhan terhadap kondisi personal, diri dan badan kita sendiri, tetapi juga keluhan terhadap kondisi lingkungan, masyarakat dan negara.

Kedua, jangan mengecil-ngecilkan nikmat yang telah diberikan Allah Swt., “Ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat pula kepadamu dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku. (QS. Al Baqorah: 152)

Ketiga, jangan kikir. Karena kikir merupakan salah satu tanda tidak bersyukurnya seseorang. Dia merasa bahwa yang dia miliki masih kecil jumlahnya, sehingga tidak mau berbagi atau sulit berpisah dengannya. Atau dia khawatir, cemas, dan takut tidak akan mendapat lagi, sehingga merasa harus menyimpan-nyimpan untuk diri sendiri. “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan yang menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya kepada mereka” (QS. An-Nisa: 36-37)

Keempat, jangan iri terhadap apa yang telah dimiliki orang lain. Di dunia ini, banyak orang yang merasa tidak puas dengan apa yang sudah mereka miliki. Bahkan, ia tidak bisa melihat orang lain lebih  maju. Hal inilah yang dapat merusak rasa syukur manusia terhadap apa yang telah diberikan Allah kepadanya.

Semoga kita semua merupakan hamba-Nya yang selalu bersyukur. Mudah-mudahan dengan semua rasa syukur ini, kita dapat merasakan hidup lebih nikmat, hati lebih tenang dan selalu berada dalam lindungan-Nya. Semoga media ini menjadi sarana bagi manusia untuk terus ikhlas beramal dan tidak lupa bersyukur. Amiin.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *