Satu Islam Untuk Semua

Monday, 23 June 2014

Sunni, Syiah, atau Wahabi: Apa Bedanya?


theistitute.wordpress.com

Apa yang membedakan seorang Suni dari Syiah dan Wahabi? Dan apa perbedaan mendasar antara ketiganya?

 

Allah Swt berfirman:

“Dan berpeganglah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan nikmat-Nya, kamu menjadi bersaudara.” (Qs. Ali Imron: 103).

Perintah Ilahi ini merupakan ungkapan yang menyeru semua umat Islam untuk bersatu menjadi satu umat (komunitas orang yang beriman). Dan untuk alasan ini, semua bentuk perpecahan dan sektarianisme menjadi Islami.

Sayangnya, fakta sejarah seolah berbanding terbalik dengan apa yang diserukan Allah, dan ini berlangsung selama berabad-abad. Hal ini terjadi karena penafsiran dari beberapa ayat-ayat Qur’an dan arti dari beberapa hadis yang berbeda.

Interpretasi ini telah menyebabkan terbentuknya beberapa sekte dalam komunitas Muslim. Tapi Islam jauh lebih beruntung dibandingkan sistem kepercayaan lain, di mana Islam hanya memiliki jumlah sekte yang  jauh lebih sedikit.

Sejarah mencatat bahwa Suni dan Syiah adalah dua kelompok utama di kalangan umat Islam. Tapi kebanyakan orang percaya bahwa Suni dan Syiah saling mengenali diri mereka sebagai Muslim sejati (kecuali untuk beberapa aliran sesat).

Keduanya, pengikut Suni dan Syiah sama-sama beriman kepada Allah Swt., sama-sama percaya pada Nabi Muhammad Saw. dan percaya pada datangnya Hari Akhir sebagaimana dicontohkan Al-Qur’an dalam ayat berikut;
 
“Rasulullah telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, dan juga orang-orang yang beriman; semuanya beriman kepada Allah, dan malaikat-malaikatNya, dan kitab-kitabNya, dan rasul-rasulNya. (Mereka berkata): “Kami tidak membedakan antara seorang dengan yang lainnya”. Mereka berkata lagi: Kami dengar dan kami taat (Kami mohon ampunanMu, wahai Tuhan kami, dan kepadamu lah tempat kembali”. (Qs. Al-Baqarah 2:285)

Bahkan, pembagian antara Suni dan Syiah terjadi setelah kematian Nabi Muhammad. Muncul pertanyaan pada saat itu siapa yang mengambil alih kepemimpinan umat Muslim.

Muslim Suni berpandangan, bersama dengan sebagian besar Sahabat Nabi, bahwa pemimpin baru harus dipilih dari kalangan mereka yang mampu memimpin. Saat itu, jatuhlah pilihan mereka pada sahabat dekat Nabi Muhammad yang juga sekaligus penasihatnya, yakni Abu Bakar. Melalui pilihan inilah, Abu Bakar kemudian resmi menjadi khalifah pertama negara Islam.

Tapi ada sekelompok Muslim yang berpandangan bahwa kepemimpinan masyarakat harus diambil dari anggota keluarga Nabi sendiri, atau seseorang yang khusus ditunjuk oleh beliau, atau Imam hanya boleh diangkat oleh Allah sendiri.

Lebih lanjut, mereka menyatakan bahwa sepeninggal Rasul, Ali lah yang harus terpilih sebagai pemimpin. Sebab mereka percaya bahwa Ali—di mana merupakan suami Fatimah (anak kandung Rasul, yang berarti Ali merupakan menantu Rasul), dulu sempat ditunjuk langsung oleh Rasulallah, sebagai pengganti beliau.

Sementara itu, kata “Syiah” berasal dari ungkapan, ‘Shiat Ali’ atau ‘Partai Ali’. Dari pernyataan awal ini, kepemimpinan politik, beberapa aspek kehidupan spiritual telah dipengaruhi, dan karenanya perbedaan antara dua kelompok Muslim pun tak terhindarkan.

Mayoritas (85%) dari umat Islam saat ini adalah Suni, sedangkan sisanya Syiah. Meskipun terjadi perbedaan dalam hal ini, sebagian besar Muslim—apakah Suni atau Syiah—mereka meyakini bahwa mereka membaca Al-Qur’an yang sama, berkunjung ke Ka’bah yang sama untuk melakukan ibadah haji, dan mereka sama-sama lebih senang bila disebut sebagai Muslim.  

Ulama terkemuka dunia,  Sheikh Yusuf Al-Qaradawi menulis:

“Hal ini penting bagi kaum Suni untuk berkonsentrasi pada poin-poin kesepakatan, bukan perbedaan, ketika berdialog dengan Syiah, poin-poin kesepakatan ini teruatama diperhatikan pada isu-isu fundamental agama, sedangkan titik perbedaan harus dijelaskan pada anak-anak yang masih di bawah umur.

Hal yang paling penting untuk dipertimbangkan adalah bahwa ada banyak kesepakatan antara yurisprudensi Suni dan Syiah. Hal ini karena keduanya tergantung pada sumber yang sama, Al-Qur’an dan Sunah, dan juga karena tujuan mereka dalam melakukan penelitian tentang agama adalah sama, yaitu, membangun keadilan dan rahmat Allah di antara semua orang.”(dalam karyanya yang berjudul Sunis & Shiites: Overlooking Differences, yang diakses pada 9 Maret 2009).

Terkait Wahhabisme, seorang wartawan Barat menulis:

“.. .Itu juga menjadi jelas bahwa penyebaran Wahabisme, yang paling terkenal adalah Osama bin Laden, harus ditanggapi dengan serius.”

Dan dalam kalimat lain, ia menulis:

“Bahkan banyak Muslim menganggap Wahabisme merupakan sekte ekstremis, tapi pengikutnya, termasuk Arab Saudi—bersikeras menyatakan bahwa sebutan Islam Wahabisme yang kemudian menyebar luas di dunia Muslim, terjadi pasca Revolusi Iran pada 1979. Diam-diam, Saudi didorong oleh Amerika Serikat dan sekutunya, menggunakan sumber daya keuangan yang sangat besar mereka untuk memastikan bahwa Syiah Islam radikal tidak menyebar ke dunia Muslim Suni.”(Tulis Carole O’Leary, dengan judul Extremists in a Moderate Land, dimuat di Washington Post, Minggu, 11 Agustus 2002, dan diakses pada 9 Maret 2009).

Muhammad bin Abdul Wahhab dari abad kesembilan belas, adalah seorang pembaharu yang fokus pada tauhid (monoteisme) dan melawan praktik politeistik yang entah bagaimana kembali ke rakyatnya, seperti berdoa kepada orang-orang yang dianggap suci, memberikan persembahan korban kepada orang-orang suci, dll. Murid-muridnya mulai menyebut diri mereka sebagai muwahhidun (Unitarian), sedangkan pengkritiknya menyebut mereka “Wahabi” – dengan konotasi yang buruk.

Kita bisa melihat bahwa apa yang disebut ‘Wahabisme’ adalah sebuah gerakan Islam yang benar-benar dinamai Ibnu Abdul Wahhab yang memulai gerakan reformasi di Saudi untuk mempertahankan bentuk murni dan asli dari Islam terhadap beberapa inovasi yang diperkenalkan oleh apa yang disebut sufi pada saat itu.

Dia menjunjung tinggi gagasan dua tokoh Islam terkemuka, Sheikh Ibnu Taimiyyah dan muridnya, Ibn Al-Qayyim, dan mengikuti pendapat hukum dari Imam Ahmad bin Hanbal, dalam pengakuan iman serta hal-hal hukum. Dan gerakannya itu membuat kontribusi yang signifikan terhadap Islam pada waktu itu, dengan menghapus banyak praktik menyimpang yang telah merayap ke dalam masyarakat Muslim.

Sebagai hasil karyanya, ajaran sesat, inovasi, dan praktik-praktik jahat menghilang dari kalangan umat Islam Arab. Misalnya, ia berhasil menebang pohon-pohon yang digunakan orang untuk menyembah dan berdoa dalam Najd. Mereka menggunakan pohon-pohon untuk meminta hal-hal yang hanya Allah Swt. mampu berikan.

Ibnu Abdul Wahhab juga menghancurkan tempat atau bangunan-bangunan yang sering digunakan untuk ritual pagan. Tapi orang-orang yang fanatik terhadap golongan sendiri, menabur benih kebencian terhadap dirinya dan para pengikutnya, yang benar-benar berpegang pada Kitab Allah dan Sunah Rasul-Nya Muhammad.

Hal tersebut berarti bahwa Wahabisme tidak benar-benar ada hubungannya dengan jenis terorisme, terutama mereka dikaitkan dengan Barat. Wallahu A’lam Bishowab. {LS]

 

Sumber: OnIslam

 

11 responses to “Sunni, Syiah, atau Wahabi: Apa Bedanya?”

  1. Eren Ikrama / Ernando Nur M says:

    Its good for my knowledge about Islam thank you very much

  2. Anonymous says:

    Iya… Aneh di internet banyak yang menjelekkan syaikh Muhammad bin Abdul Wahab,

    Kalo dia sesat tidak mungkin dijadikan ulama,

    Kebanyakkan di internet menjelekkan beliau dari sejarahnya, bukan dari karangan beliau yang sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah

    Kalo begitu sama saja seperti orang kafir yang menjelekkan Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam dari sejarahnya, bukan dari ajaran beliau Shalallahu Alaihi Wa Sallam.

    Kalo menurut saya pribadi, kedatangan beliau adalah salah satu tanda akhir jaman seperti yang telah disabdakan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam

    “Dunia ini tak akan berakhir sampai jazirah Arab dikuasai oleh seorang dari ahli baitku. Namanya menyamai namaku.” (HR. Tirmidzi dan Abu Dawud)

    Dalam riwayat Abu Dawud dinyatakan,

    “Namanya sama dengan namaku, demikian pula nama ayahnya sama dengan ayahku.”

    Namanya Muhammad bin Abdul Wahab
    (Al-Wahab juga termasuk salah satu nama Allah)

    • Muttah boy says:

      Bukan menjelekkan tapi kenyataan dalam alquran dan hadis mmg sperti itu, muslim sj yg tdk mmpercayai krena sdh didoktrin bhwa ajaran Muhammad pdhl sesungguhnya tdk sperti itu.

  3. Ndres says:

    Tetap saja wahabi itu perusak

  4. Ndres says:

    Pantas disebut intoleran, enyahlah dari Indonesia

  5. Hamba Allah says:

    Jqngan biarkan kaum intoleran menjamur di Indonesia

  6. jirokul says:

    fakta di lapangan sangat berbeda dgn apa yg diteoritikan. wahabi yg tekstualis selalu merasa yg paling benar. itu yg sering kali bikin rusuh.

  7. rangga says:

    mau wahabi kah atau safalafi kah, yang pasti saya berpegang alquran dan al hadist (Shahih). dari pada mementingkan golongan,

  8. Elmi says:

    I have a friend from Iran..am Sunni and he’s Shia…but we have no problem in having relationship…because we both have the same Allah and the same Quran…what make differences are the individual personality.

  9. Burhan says:

    menurut Muhsin
    Hariyanto, salah seorang staff pengajar
    Fakultas Agama Islam (FAI) di Universitas
    Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dalam
    laman resmi universitas, pelabelan salafi
    dan wahhabi bermula dari penjajah Inggris
    ketika mendapat perlawanan keras dari
    mujahid muslim (Hariyanto, 2012)

  10. Nawawi Syafi'i says:

    WAHABI adalah Agama Kerajaan Saudi.

    Pengikut “Wahabisme” biasanya tidak mau disebut Wahabi. Mereka lebih suka disebut “Salafi”, sejatinya adalah “minoritas agama penguasa” yang menjalin patron dengan rezim politik.

    *Prof. Sumanto Al Qurtuby.*
    _(Antropologi Budaya Universitas King Fahd of Petroleum and Minerals, Arab Saudi)._
    _Minggu, 19/04/2020 21:20 WIB_
    https://www.law-justice.co/artikel/84967/prof-sumanto-al-qurtuby-gagal-paham-tentang-arab-saudi/

    Menurut Prof. Sumanto Al Qurtuby, *penduduk Arab Saudi* terdiri dari:

    *1. SYI’AH.*
    Sekitar 10 -15 persen dari penduduk Saudi adalah pengikut Syi’ah.

    *2. WAHABI (Salafi)*
    Salafi Wahabi sejatinya adalah *minoritas Agama Penguasa.*
    Pengikut Wahabi Salafi kebanyakan terpusat di kawasan NAJD (Saudi bagian tengah), khususnya Al-Qassim, Ha`il (juga Riyadh), tempat lahirnya *pendiri Wahabi* (Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab) dan *leluhur Dinasti Saud.*

    *3. SUNNI Aswaja.*
    Mayoritasnya rakyat Arab Saudi adalah *Sunni bermazhab* (Syafii, Maliki, Hanafi, Hanbali) yang tersebar di berbagai daerah.
    ——————————-
    *Putra Mahkota, Mohammed bin Salman:*
    Wahhabisme Disebar Saudi atas perintah Yahudi Barat.
    _Sumber valid:_
    https://international.sindonews.com/berita/1293547/42/putra-mahkota-wahhabisme-disebar-saudi-atas-permintaan-barat
    ——————————-

    *Streaming Persahabatan Zionis Yahudi dengan WAHABI:*
    https://m.vidio.com/watch/1270184-persahabatan-antara-zionis-dan-wahabi

    *NAJD (Riyadh).*
    *Pengikut *Wahabi Salafi* kebanyakan terpusat di kawasan NAJD (Saudi bagian tengah), khususnya Al-Qassim, Ha`il (juga Riyadh), tempat lahirnya *pendiri Wahabi* (Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab) dan *leluhur Dinasti Saud.*

Leave a Reply to Anonymous Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *