Satu Islam Untuk Semua

Tuesday, 02 June 2015

SOSOK – Mengenang Abduljaleel Alarbash: Santo dari Dammam


Dia yang selalu tersenyum, ringan tangan dan bahkan rela menyerahkan jiwanya demi keselamatan dan kebahagiaan orang lain.

PROFESOR Preethika Kumar, perempuan, dosen di jurusan elektro di Wichita State University, Amerika Serikat, tak ingin mempercayai berita yang baru saja dia baca. Layar monitor komputer di ruang kerjanya memperlihatkan foto dua orang pemuda yang gugur saat berusaha menghentikan serangan bom bunuh diri militan Islamic States atas ratusan orang jemaah salat Jumat di Dammam, kota terbesar di timur Arab Saudi, pekan lalu.

Dia mengenal salah satunya.

“Ini, inilah dia,” katanya menunjuk sosok di sudut kiri foto yang terpajang di situs The Independent ke wartawan yang datang bertanya.

Ya, pemuda dengan rambut berombak, kaca mata modis, dahi lebar dan senyuman merekah itu adalah murid kesayangannya: Abduljaleel Alarbash.

Masih 25 tahun, Jaleel, begitu dia kerap disapa, adalah tipe mahasiswa yang sukar hilang dari ingatan dosen dan sahabat.

Setiap kelas berjalan, katanya, dia selalu memilih duduk di depan dan selalu tersenyum, tak peduli serumit apapun topik yang sedang dibahas. “Dia sosok paling bersahabat, paling baik, peduli dan dihormati yang pernah saya kenal, yang selalu siap membantu selama bisa.”

April silam, jelang semester berakhir, Jaleel datang ke ruang sang dosen. Dia pamit hendak kembali ke Dammam untuk sesuatu yang besar dalam hidupnya: dia bakal menikah.

He was so excited,” kata Kumar mengenang kegembiraan muridnya menyambung pertunangan di kampung halaman.

Sempat terpikir di benak Kumar kala itu untuk mengejar ke luar pintu dan berpesan agar Jaleel kembali dengan selamat. Tapi dia mengerungkannya. Toh, Jaleel menjanjikan kembali saat kelas kembali buka di musim gugur mendatang.

Abduljaleel

Jumat silam di pekarangan sebuah mesjid agung di Dammam. Jaleel dan sepupunya, Muhammad Hassan Ali bin Isa, ikut berjaga bersama barisan pemuda mesjid lainnya. Serangan bom bunuh diri ISIS atas sebuah mesjid di Qatif, masih di kawasan timur Arab Saudi, sepekan sebelumnya membuat masyarakat memutuskan memperkuat pengamamanan swakarsa. Mereka tak ingin tragedi itu terulang. Tugas jaga lalu jatuh ke tangan pemuda. Dalam serangan di Qatif, 21 orang jemaah salat Jumat tewas, termasuk seorang bocah usia lima tahun.

Tapi Jaleel masih dengan senyumannya, sama seperti sama saat seperti dia masih bangku kuliah di Wichita. Bersama sepupunya, dia bahkan masih sempat memfoto diri ala selfie saat berjaga di pekarangan masjid.

Bayangan yang memantul di kaca matanya yang besar dan menutupi alisnya memperlihatkan selasar dan mobil-mobil jemaah yang terparkir di pekarangan.

Senyum Jaleel nampak lebih merekah. Baru beberapa hari sebelumnya dia menikah.

Lalu tragedi itu datang. Saat ceramah khatib sudah separuh jalan, seseorang berbusana perempuan mendekat dan berusaha masuk via pintu wanita. Jaleel dan sepupunya Hassan bin Ali merasa ada yang tak beres.

Menurut saksi mata, mereka bergegas mencegah, meringkus tamu itu, menyeretnya menjauh dari pekarangan masjid.

Tapi… Boom! Bom di badan tamu itu, yang ternyata seorang lelaki, terlanjur meledak. Jaleel dan Hassan bin Ali tewas di saat yang sama.

Bagian-bagian tubuh merekan berceceran di kawasan parkiran masjid.

Di dalam, kamera jemaah merekam kerasnya guncangan ledakan. Andai meledak di dalam masjid, korbannya bisa jadi lebih banyak dari serangan sepekan sebelumnya. ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan biadab itu.

Kabar gugurnya Jaleel mengguncang banyak orang di Dammam. Tapi ibunya, Kawthar Alarbash, seorang kolumnis kenamaan Arab Saudi, menunjukkan ketegaran yang berkelas.

Di sebuah akun twitter dia menulis: “Jaleel membuatku menangis, tapi dia telah menyelamatkan ratusan ibu dari perihnya menangisi anak-anak mereka.”

Di Wichita, Professor Kumar larut dalam kenangan atas Jaleel. “Dalam kepercayaan saya, saat seseorang selalu mendahulukan kepentingan lingkungannya, bahkan sampai rela menyerahkan nyawanya, dia mestilah seorang santo.”

(Andi/Islam Indonesia)

One response to “SOSOK – Mengenang Abduljaleel Alarbash: Santo dari Dammam”

  1. Abu myrtadha says:

    Luar biasa. Sangat mengharukan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *