Satu Islam Untuk Semua

Monday, 05 May 2014

Sekolah Agama Yahudi dibuka di Al Quds


Wordlbulletin

Sekolah ini konon bertujuan untuk merangkul warga Palestina, dan agar kedua belah pihak dapat hidup bersama secara berdampingan dengan damai.

 

Untuk pertama kalinya sebuah lembaga pendidikan bagi para calon Rabbi Yahudi dibuka di kawasan bisnis Al Quds. Tepatnya di Saladin Street, sebuah jalan raya perbelanjaan utama seberang tembok kawasan Kota Tua, Al Quds.

Sekolah agama bernama Otzmat Yerushalayim ini dapat menampung sedikitnya 300 pemuda Israel. Berada di gedung yang sama dengan kantor pos yang melayani ribuan warga Palestina setiap hari.

Penempatan sekolah di sebuah lokasi pusat bisnis di Al Quds dan satu gedung dengan warga Palestina inilah yang menyebabkan berbagai pihak, termasuk kritikus Palestina dan Israel merasa khawatir. Sebab, menurut mereka, hal ini akan sering memicu pertikaian.

“Ketegangan di sini pasti semakin tinggi. Hal ini tidak akan mudah,” ujar Maral, seorang apoteker Palestina di Saladin Street, seperti dikutip dari Wordlbulletin pada Senin (05/05).

“Mereka hanya akan menutup akses kita. Semua pekerjaan akan terhenti,” katanya.

Selama ini, semangat keagamaan di kota suci tersebut tergolong tinggi. Terutama antara Muslim dan Yahudi—di mana keduanya sama-sama menghormati situs keagamaan tersebut sebagai tempat suci. Islam begitu menghormati masjid al Aqsa, sementara Yahudi menyebut Tembok Barat yang berada di wilayah kota tua Yerusalem sebagai tempat paling sakral, baik secara tradisi maupun religi.

Pembukaan formal

Ateret Cohanim, sebuah organisasi swasta di balik didirikannya proyek sekolah tersebut, telah memindahkan ratusan keluarga Yahudi ke Yerusalem Timur, yang selama bertahun-tahun dihuni warga Palestina, dengan cara membeli properti atau mengklaim kepemilikan atas tanah Yahudi, bahkan sebelum deklarasi kemerdekaan Israel pada tahun 1948.

Organisasi tersebut berharap, upacara pembukaan resmi berlangsung akhir bulan ini sebagai bagian dari perayaan ulang tahun Israel ke-47.

Sementara itu, Daniel Luria, juru bicara Ateret Cohanim, menolak mengomentari sekolah agama tersebut yang berada di lingkungan perumahan Palestina, saat ditemui Reuters.

Luria mengatakan Ateret Cohanim, yang menunjukkan adanya campur tangan Amerika—dengan memberikan separuh dana pembangunan sekolah itu, bertujuan untuk merangkul warga Palestina, dan agar kedua belah pihak dapat hidup bersama secara berdampingan dengan damai, bukan menggantikan mereka.

“Kami benar-benar hanya melakukan apa yang Zionisme selalu diartikan sebagai  kembalinya orang Yahudi ke Tanah Israel. Tapi kami melakukan itu di sebuah daerah di jantung Yerusalem,” kata Luria.

Sekitar 200.000 warga Israel telah menetap di Yerusalem Timur, yang merupakan rumah bagi sekitar 280.000 warga Palestina. Sebagian besar tinggal di daerah yang sebagian besar terpisah. .

 Sumber: Worldbulletin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *