Secuil Daging Penentu Hidup Manusia
Apakah secuil daging ini sedang koma?
Ada secuil daging yang dimiliki manusia, dan konon memiliki faedah ampuh bagi keberlangsungan hidup mereka. Bahkan dianggap sebagai ukuran sekaligus penentu bahagia atau tidaknya manusia dalam menjalani hidup di dunia, hingga ke akhirat kelak.
Bahkan, dalam karya Muttafaq Alaih dijelaskan bahwa apabila secuil daging itu jelek, maka jelek pula seluruh tubuh. Dan, apabila rusak secuil daging, maka rusak pula semua badan.
Dalam karya monumentalnya, Ihya Ulumuddin, Imam Al Ghazali mengatakan bahwa, sayangnya, tidak semua orang menyadari akan pentingnya secuil daging ini. Atau mungkin pula menyadarinya, namun lebih menyukai berselingkuh terhadap Tuhannya dan mengesampingkan peran secuil daging yang sejatinya luar biasa tersebut.
Dari secuil daging ini, kemudian muncul segala macam ucapan, juga perilaku (akhlak)—dalam bentuknya yang lembut, menentramkan, baik, bermanfaat bagi orang lain atau sebaliknya—kejam, kasar, buruk, merugikan, dan lain sebagainya.
KH. Anwar Zahid, ulama sekaligus pengasuh pondok pesantren Attarbiyah Islamiyah Assyafi’iyah asal Bojonegoro–yang terkenal dengan gaya ceramahnya yang khas dengan dipenuhi guyonan namun berbobot ini mengatakan bahwa,
“Bila diibaratkan, secuil daging ini layaknya teko berisi teh, kopi atau minuman sejenisnya—yang apabila dituangkan, akan mengeluarkan hal yang serupa dengan isinya. Teko berisi teh, pasti akan mengeluarkan teh. Teko berisi kopi, sudah dapat dipastikan mengeluarkan kopi. Teko berisi jus, pasti yang keluar jus. Pun dengan jenis minuman lainnya.”
Dari teko tersebut, terkadang muncul minuman yang terasa manis—dengan mungkin dibubuhi gula. Namun, tak jarang pula teko itu berisi minuman pahit—tanpa gula atau pemanis lainnya, yang bisa merugikan bagi peminumnya atau juga malah sebaliknya.
Pun begitu dengan secuil daging. Ucapan atau tindakan manusia akan secara otomatis keluar serupa dengan bentuk secuil daging. Jika tidak, sejatinya manusia tersebut tengah melawan arus, bahkan melawan kodrat Tuhan pencipta secuil daging.
“Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik.” (HR. Muslim, no.1015)
Lantas, apakah yang dimaksud dengan secuil daging ini?
Al Ghazali menyebutnya dengan Al-Qalb atau hati. Menurutnya, Al-Qalb adalah secuil daging yang kecil, namun memiliki beragam manfaat yang mampu mengantarkannya pada syurga dunia dan akhirat. Ia adalah bagian terpenting bagi manusia yang mampu memahami, mengerti, merasakan, mendamaikan, mencintai, dan segala sikap baik lainnya.
Bahkan, Imam besar yang lahir di Persia pada 450 H, ini mengatakan bahwa satu-satunya tempat yang layak bagi berbagai ilmu pengetahuan adalah hati.
Dalam pandangannya, tindakan akan mengikuti suasana hati. Suasana hati mengikti pengetahuan. Dan, pengetahuan mengikuti pikiran.
Kemudian, dari pikiran itulah muncul sebagai pembuka segala kebaikan. Atau bahkan sebaliknya. Ini semua tergantung dari sesuatu yang dimasukkan dalam teko/Qalb/hati. Jika yang dimasukkan hal baik, berpikir positif, senantiasa membubuhinya dengan vitamin yang menyehatkan, atau gula sesuai porsinya, maka yang kita keluarkan—baik berupa ucapan maupun tindakan, pun akan sama dengan yang kita isi. Begitu pun sebaliknya.
Al Ghazali menambahkan bahwa, energi yang terdapat dalam setiap hati manusia ini harus secara terus menerus di-upgrade. Sebab, layaknya baterai dalam handphone, lama kelamaan akan low dan mati—energi hati pun sama, ia akan terkuras habis bila pikiran Anda secara terus menerus melawan kodrat hati yang baik lagi santun.
Leave a Reply