Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 31 October 2013

Santri Al Hikmah Kunjungi Vihara


Guna mempererat silaturrahim, para santri Pondok Pesantren Al-Hikam yang tergabung Organisasi Santri Pesantren Mahasiswa (OSPAM) berkunjung ke Vihara Dhammadipa Arama, Batu, Malang pada Minggu (27/10). Demikian berita yang dirilis oleh situs NU online pada Kamis (31/10). 

Kedatangan rombongan OSPAM disambut hangat oleh para samanera (santri putra) dan antasilani (santri putri) di vihara tersebut..  Mereka kemudian berkumpul di Auditorium Dhammadipa Arama. Pertemuan antar anak muda beda agama itu berlangsung santai. Dalam kata sambutannya, Bhikhu Khantidharo Mahathera, Kepala Vihara Dhammadipa Arama Batu Malang mengenalkan  keberadaan tiga aliran utama Buddha, yaitu Buddha Theravada, Buddha Mahayana: Zen dan Buddha Vajrayana di Indonesia. 

“Kami sendiri menganut aliran Theravada” ungkap Kepala Dhammadipa Arama tersebut. 

Kendati ada tiga aliran Buddha di Indonesia, namun, kata  Bhikhu Khantidharo Mahathera, mereka masih bisa berinteraksi dengan rukun dan damai. Menurutnya, perbedaan antara aliran tersebut tidak menjadi suatu hal yang harus diperdebatkan ataupun diperselisihkan,. “Perbedaan ada justru menjadikan kita memiliki kesempatan untuk bertoleransi dan menghargai pendapat masing-masing.,”ujarnya. 

Bikkhu Khantidharo menuturkan dalam Buddha diajarkan konsep nibbana  atau dalam bahasa jawa yaitu nirwana. Nibbana dapat dicapai didalam hidup sekarang atau dapat pula dicapai setelah mati. 

Agama Buddha di manapun juga tidak menyatakan bahwa tujuan tertingginya dapat dicapai hanya dalam satu kehidupan  di alam baka. Disinilah terletak perbedaan antara gambaran/konsep Nibbana agama Buddha dengan gambaran suatu surga yang abadi dari non-Buddha yang hanya dapat dicapai setelah kematian. 

Usai berkumpul dan ngobrol sesama santri,  pihak tuan rumah mengajak tamunya untu berkeliling padepokan Dhammadipa. Pengurus OSPAM diajak melihat dan dipersilahkan bertanya tentang simbol atau fungsi dari apa yang dilihat baik itu bangunan, sejarah maupun makna filosofisnya. 

Salah satu anggota OSPAM Rizal Akbari Nanda mengajukan pertanyaan kepada para santri Buddha mengenai makna patung di dalam vihara yang berpose sedang tidur miring. “Itu adalah posisi Buddha saat meninggal. Maka hal itu diabadikan oleh penganut Buddha sebagai penghormatan kepada Sang Buddha,”jawab salah seorang antasilani. 

Saat disinggung soal manfaat kunjungan tersebut, seorang anggota OSPAM lain yakni  Ahmad Tamami menyatakan“Kami jadi bisa secara langsung berinteraksi dan saling menghargai antar penganut ajaran agama. Selain itu kami juga belajar bahwa di dalam padepokan mereka tidak hanya belajar agama, tetapi juga berkebun.”ujarnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *