Satu Islam Untuk Semua

Saturday, 05 May 2018

Quraish Shihab: Islam Mengajarkan Politik, Tapi …


islamindonesia.id – Quraish Shihab: Islam Mengajarkan Politik, Tapi …

 

 

Perdebatan soal politik dan agama kembali mengemuka menyusul pernyataan Jenderal Purnawirawan TNI Gatot Nurmantyo soal larangan bicara politik di masjid. Gatot mengaku sakit mendengar larangan berbicara politik di masjid.

“Rasulullah saja berbicara masalah politik di Raudah,” ujar mantan Panglima yang disebut-sebut bakal bertarung dalam Pemilihan Presiden 2019 ini seperti dikutip tempo.co, 4 Mei. Namun sebagian orang tidak membenarkan jika tempat ibadah, kitab suci dan simbol agama lainnya digunakan untuk meraih kepentingan politis.

Mufasir kontemporer Quraish Shihab membenarkan, Islam tidak bertentangan dengan politik. Bahkan, kata alumnus Al Azhar Mesir ini, dalam ajaran Islam ada politik. Sebagian pandangan menegaskan, politik adalah agama kami dan agama adalah politik kami.

“Tapi politik dalam pengertian Hikmah,” katanya dalam suatu dialog yang diunggah akun Youtube Najwa Shihab Oktober silam. “Bagaimana mungkin ajaran yang mengajarkan hal-hal kecil seperti cara masuk WC tapi tidak mengatur menyangkut negara.”

Tapi di sisi lain, politik seringkali diartikan sama dengan kelakuan para politisi. Pada kenyataannya, langkah-langkah para politisi itu kerap bertentangan dengan nilai-nilai agama. Tak heran, sebagian masyarakat menilai agama bertentangan dengan politik.

“Jadi tergantung lagi pengertian kita terhadap politik,” kata pendiri Pusat Studi Al-Qur’an ini.

Mereka yang terlanjur memandang negatif politik karena ulah para politisi itu mengharamkan campur aduk antara agama dan politik. Mereka bilang, agama terlalu suci untuk dicampur dengan politik.

Menurut Quraish Shihab, politik yang diajarkan Rasulullah adalah politik hikmah. Meskipun bahasa Arab  secara umum mengartikan politik sebagai ‘siasah’ atau siasat tapi bahasa Al-Qur’an menyebut politik sebagai hikmah.

Politik hikmah adalah upaya untuk meraih kemaslatahan bersama dan menghindari keburukan bersama. Jika politik hikmah ini kembali disuarakan, kata ulama kelahiran Sulawesi ini, semua agama pasti mendukung.

Selama mengikuti rambu-rambunya  dalam upaya bersama untuk kemaslahatan bersama,  politik menjadi baik di mata agama.

Sementera kebanyakan orang sekarang ini menganggap politik itu adalah upaya untuk meraih kekuasaan baik secara konstitusional maupun non-konstitusional. Padahal, Aristoteles menyatakan, setiap manusia memiliki kecenderungan untuk meraih yang terbaik bagi dirinya sendiri.

Ketika seorang melihat kekuasaan itu dapat memenuhi hasrat pribadinya, setan mulai beraksi melalui pintu-pintu kelemahan manusia. Kalau seorang memiliki satu kekuasaan, ia akan memburu kekuasaan lainnya dan demikian seterusnya. “Di sinilah politik disebut candu,” katanya.

Nah, ketika politisi memanfaatkan agama untuk semata-mata meraih ambisi pribadi, kelompok atau partainya, di sinilah rambu politik hikmah itu dilabrak. “Orang yang menggunakan agama untuk meraih  tujuan politik kekuasaan, itu tidak benar,” ujarnya.

 

 

 

YS/Islamindonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *