Peringati Kelahiran Nabi Muhammad, Ribuan Warga Saksikan Grebek Maulud di Yogyakarta

islamindonesia.id – Peringati Kelahiran Nabi Muhammad, Ribuan Warga Saksikan Grebek Maulud di Yogyakarta
Seperti peringatan Maulid Nabi tahun-tahun sebelumnya, ribuan warga masyarakat kembali menyemut di depan regol Masjid Gede Kauman (12/12), menyaksikan prosesi kirab gunungan Grebeg Maulud yang dimulai pukul 10.00 WIB. Bahkan sejak pagi, warga telah banyak berdatangan dan sebagian dari mereka rela menginap agar bisa datang lebih awal.
Menurut laporan detik.com, warga yang datang tidak hanya dari Yogyakarta tetapi banyak juga dari Jawa Tengah, Jawa Timur dan lain-lain. Ribuan warga ini di antaranya telah berkumpul sejak pagi di halaman Masjid Gede Kauman Yogyakarta, Minggu (12/12).
Kraton Yogyakarta sendiri membuat tujuh buah gunungan dalam Grebeg Maulud 1950 Je kali ini. Sebanyak 3 buah Gunungan Kakung, 1 Gunungan Putri, 1 Gunungan Gepak, 1 Gunungan Darat dan 1 Gunungan Pawuhan diarak menuju Masjid Gede Kauman dan 1 ke Kepatihan serta 1 ke Pura Pakualaman.
Seperti diketahui, tradisi ini merupakan rangkaian dari upacara Sekaten yang dilaksanakan selama tujuh hari, yaitu sejak tanggal 5 Mulud (Rabiulawal) sore hari sampai dengan tanggal 11 Mulud (Rabiulawal) tengah malam.
Dalam sejarahnya, upacara Sekaten diselenggarakan untuk memperingati hari kelahiran (Mulud) Nabi Muhammad SAW. Dan dalam kalender Jawa, Rabiul Awal biasanya disebut bulan Maulud. Sejumlah tafsir mengenai asal mula nama Sekaten.
Di antarannya, kata ‘sekaten’ berasal dari kata sekati. Yaitu, nama dari dua perangkat gamelan pusaka Kraton Yogyakarta yang bernama Kanjeng Kyai Sekati yang ditabuh dalam rangkaian acara peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Tafsir lainnya, ‘sekaten’ berasal dari kata suka dan ati yang berarti suka hati atau senang hati. Hal ini didasarkan bahwa pada saat menyambut perayaan kelahiran Nabi Muhammad SAW, orang-orang dalam suasana bersuka hati.
Adapun, acara puncak peringatan Sekaten ini ditandai dengan Grebeg Muludan yang diadakan pada tanggal 12 (persis di hari kelahiran Nabi Muhammad SAW). Dengan dikawal oleh 10 macam bregada (kompi) prajurit Kraton: Wirabraja, Dhaheng, Patangpuluh, Jagakarya, Prawiratama, Nyutra, Ketanggung, Mantrijero, Surakarsa, dan Bugis.
Sebuah gunungan yang terbuat dari beras ketan, makanan, dan buah-buahan serta sayur-sayuan akan dibawa dari istana Kemandungan melewati Sitihinggil dan Pagelaran menuju masjid Agung. Setelah didoakan, gunungan yang melambangkan kesejahteraan kerajaan Mataram ini dibagikan kepada masyarakat yang menganggap bahwa bagian dari gunungan ini akan membawa berkah bagi mereka.
Bagian gunungan yang dianggap sakral ini akan dibawa pulang dan ditanam di sawah/ladang agar sawah mereka menjadi subur dan bebas dari segala macam bencana dan malapetaka.[]
YS / islam indonesia / foto: budaya-indonesia.org
Leave a Reply