Satu Islam Untuk Semua

Tuesday, 18 March 2014

Pergilah ke Dusun Pokapaka!


foto:langitperempuan.com

“Dalam gulita, lebih baik menyalakan sebatang lilin daripada kita terus mengutuki kegelapan…” (Mahatma Ghandi) 

 

Pergilah ke Dusun Pokapaka! Anda akan bertemu seorang perempuan tua yang sangat mengagumkan. Namanya Katrina Koni Kii, nenek berusia 71 tahun, pemilik raut muka tegas namun ramah. Mulutnya laksana warna senja menjelang gulita: merah pucat karena campuran sirih dan pinang. “Saya menyukainya. Karena ini akan membuat gigi bagus,” katanya sambil tersenyum. 

Katrina memang sepuh. Tapi untuk urusan semangat dan produktifitas, jangan tanya. Bisa jadi melebihi para alay yang saban sore kumpul-kumpul di Plaza Senayan atau Grand Indonesia. Bayangkan saja, sejak 1976 tiap hari ia harus berjalan naik turun jalan sejauh 4 Km. Niatnya cuma satu: menjadikan tanah kering kerontang peninggalan mendiang suaminya sebagai sebuah kawasan hijau.

Katrina berupaya mewujudkan mimpinya dengan menanam empat pohon cendana. Keempat pohon terkenal itu dia dapatkan dari seorang petugas lapangan dari Departemen Pertanian. Sayangnya, hanya dua pohon yang bisa tumbuh dengan baik sampai kini, ”Dua lainnya tidak tumbuh, karena tanahnya banyak berbatu,” ujar perempuan peraih Kalpataru 2005 itu. 

Tapi ia tidak hanya menanami tanahnya hanya sebatas pohon cendana saja. Jenis-jenis pohon lainnya seperti kemiri, johar, lame, ello dan mahoni, coba ia tanam juga. Hasilnya, sekitar 500 pohon tumbuh subur di wilayah Dusun Pokapaka. Padahal jauh sebelum ada upaya penghijauan oleh Katrina, wilayah yang termasuk Kabupaten Sumba Barat, NTT itu, dikenal sebagai tanah tandus berbatu dan miskin sumber air. 

Lalu bagaimana cerita nasib dua pohon cendana yang pada 1976 lalu pernah ditanamnya? Sekarang dua pohon Cendana itu telah menghasilkan ratusan tunas-tunas baru. Dari tunas-tunas itulah Katrina memulai kembali apa yang sudah dia lakukan 36 tahun yang lalu. “Tapi kalau sekarang, saya ditemani oleh anak-anak saya,” kata ibu lima anak itu. 

Sampai detik ini, Katrina masih terus berupaya menghijaukan bagian-bagian lahan yang masih tandus di dusunnya. Seolah tak mengenal rasa lelah, dia menanam sendiri pohon-pohon itu dengan cara tradisional dan tanpa bantuan dari petugas Departemen Pertanian. Alih-alih ikut kumpul-kumpul dengan para petugas Departemen Pertanian, malah: ”Kalau ada penyuluhan, saya tidak pernah ikut dan memilih di kebun saja,” ujar Katrina. Karena dusunnya miskin sumber air, biasanya Katrina menjalankan operasi penanaman pohon saat musim hujan.

Apa yang dilakukan oleh Katrina membawa perubahan luar biasa terhadap tanah tumpah darahnya. Bukan hanya sebatas perubahan lingkungan semata, lebih dari itu, orang-orang dusun yang sudah sejak dahulu memiliki kebiasaan nomaden dalam bertani, kini tak perlu lagi berpindah tempat. Ini terjadi, selain tanah di Dusun Pokapaka sudah hijau dan bisa ditanami apa saja, di sana juga sekarang tidak ada lagi cerita warga dusun kekurangan air. Maka tak aneh jika saat ini di Dusun Pokapaka, orang-orang jadi mengikuti jejak Katrina. Ramai-rama mereka menanam apa pun yang bisa tumbuh di masa depan. Ya rupanya provokasi mulia Katrina memang tidak sia-sia.

Pernahkah Anda bertemu dengan seorang perempuan tua yang sangat mengagumkan? Pergilah ke Dusun Pokapaka, maka Anda akan menemukan Katrina, seorang perempuan sepuh yang sepulang menerima penghargaan Kalpataru dari Presiden SBY tidak lantas kagum pada diri sendiri dan mencalokan dirinya jadi caleg, melainkan langsung kembali mengambil bibit pohon, parang dan pacul. Dan seolah tanpa lelah, untuk kesekian ribu kalinya menyusuri empat kilometer perjalanannya. Sendiri saja. 

 

Sumber: Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *